Lengan Raglan, dengan garis diagonal khasnya yang membentang dari ketiak hingga leher, adalah salah satu elemen desain garmen paling serbaguna dan berpengaruh di dunia fesyen dan pakaian fungsional. Lebih dari sekadar detail estetika, konstruksi unik ini menawarkan kebebasan gerak superior dan profil yang jauh lebih santai dibandingkan lengan pasang biasa (set-in sleeve).
Popularitasnya yang abadi, mulai dari medan perang abad ke-19 hingga lapangan olahraga modern dan catwalk mode tinggi, menegaskan statusnya sebagai solusi desain yang jenius. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk lengan raglan, mulai dari sejarah, teknik konstruksi, variasi teknis, hingga signifikansi budayanya yang mendalam, memberikan pemahaman komprehensif yang melampaui sekadar definisi.
Secara definitif, lengan raglan adalah jenis lengan yang dicirikan oleh jahitan diagonal yang menghubungkan ketiak (armpit) langsung ke garis leher (neckline). Berbeda dengan lengan pasang standar, di mana jahitan melingkari bahu di sepanjang lingkar kerung lengan, raglan menghilangkan garis jahitan bahu vertikal sepenuhnya. Hal ini menciptakan siluet yang mengalir dan berkelanjutan dari leher hingga pergelangan tangan.
Konsekuensi langsung dari desain ini adalah bahwa bagian lengan mencakup sebagian besar bahu dan punggung atas serta dada depan. Potongan ini sangat mengurangi ketegangan di area bahu, memberikan ruang gerak yang jauh lebih besar, menjadikannya pilihan ideal untuk pakaian yang membutuhkan aktivitas fisik tinggi atau lapisan tebal.
Asal usul nama lengan raglan terkait erat dengan sejarah militer Inggris. Desain ini dinamai berdasarkan Field Marshal FitzRoy James Henry Somerset, Baron Raglan pertama (1788–1855). Lord Raglan adalah komandan pasukan Inggris dalam Perang Krimea.
Konon, setelah kehilangan lengan kanannya dalam Pertempuran Waterloo (1815), ia membutuhkan pakaian luar yang memungkinkan pemakaian dan pergerakan yang lebih mudah dan nyaman. Meskipun raglan sering dikaitkan dengan kemudahan bagi penyandang disabilitas, kebutuhan mendesak untuk mantel yang dapat menampung berlapis-lapis pakaian militer tebal di bahu—terutama saat cuaca dingin dan basah—menjadi pendorong utama. Mantel ini, yang memungkinkan pergerakan pedang atau senjata tanpa hambatan jahitan bahu yang kaku, dipatenkan dan diproduksi secara massal oleh perusahaan mode saat itu, menyebar dari medan perang ke penggunaan sipil.
Desain raglan yang pertama kali dipopulerkan adalah pada mantel luar (overcoat) tahan air, memastikan bahwa prajurit dapat mengenakan seragam berlapis tanpa kehilangan mobilitas, sebuah inovasi yang mengubah desain pakaian luar hingga hari ini.
Memahami raglan memerlukan analisis mendalam tentang bagaimana ia berinteraksi dengan anatomi manusia, khususnya tulang belikat dan sendi bahu (glenohumeral joint). Fleksibilitasnya bukan kebetulan, melainkan hasil perhitungan pola yang cermat.
Alt Text: Diagram menunjukkan perbandingan konstruksi Lengan Raglan (jahitan diagonal ke leher) dan Lengan Pasang Tradisional (jahitan melingkar di bahu).
Raglan dikenal menghasilkan ‘drape’ atau jatuhan kain yang lembut. Untuk tubuh dengan bahu lebar atau atletis, raglan menyamarkan atau melembutkan transisi bahu, tidak seperti set-in yang menonjolkan sudut bahu. Dalam konteks fesyen, ini menciptakan estetika yang lebih kasual dan sporty.
Selain itu, raglan lebih mudah disesuaikan (fitting) untuk berbagai ukuran tubuh. Karena jahitan tidak harus secara sempurna mengenai persis ujung bahu, satu pola raglan dapat mengakomodasi sedikit perbedaan lebar bahu antar individu, yang merupakan keuntungan besar dalam produksi pakaian siap pakai (ready-to-wear).
Meskipun ide dasarnya adalah jahitan diagonal, lengan raglan bukanlah entitas tunggal. Ada beberapa variasi penting yang menawarkan perbedaan fungsional dan estetika yang signifikan.
Ini adalah desain paling umum, di mana jahitan diagonalnya membentang dari pangkal leher (sepanjang jahitan bahu) hingga ke bagian bawah ketiak. Desain ini menawarkan mobilitas maksimum dan sering ditemukan pada jaket, kaus olahraga, dan pakaian luar tahan air.
Dalam variasi semi raglan, jahitan diagonal tidak mencapai garis leher tetapi bertemu dengan panel bahu (yoke) horizontal yang terletak sedikit di bawah leher. Panel yoke ini dapat menambah detail visual atau digunakan untuk fitur struktural, seperti penempatan ventilasi atau saku tersembunyi. Jenis ini sering terlihat pada kemeja kerja atau seragam kasual yang membutuhkan sedikit lebih banyak struktur di sekitar leher.
Meskipun istilah ‘kimono’ merujuk pada lengan yang menyatu dengan badan tanpa jahitan bahu, versi kimono raglan menggabungkan keleluasaan lengan kimono yang lebar dengan garis diagonal raglan di dada. Ini biasanya digunakan dalam desain high fashion atau mantel mewah yang mengutamakan volume dan jatuhan kain dramatis.
Ini adalah raglan yang dirancang untuk pakaian berlapis tunggal dan ringan seperti kemeja atau blus. Potongan lengannya cenderung lebih tipis dan jahitan diagonalnya mungkin lebih landai, memberikan sentuhan yang lebih formal namun tetap mempertahankan kenyamanan pergerakan. Di sini, perhatian utama adalah pada estetika jahitan, yang sering dibuat dengan teknik jahitan tindas ganda (top-stitching).
Tidak ada desain pakaian lain yang sekuat lengan raglan dalam dominasinya di pasar pakaian atletik dan fungsional. Kesuksesannya di ranah olahraga didasarkan pada prinsip biomekanik dan manajemen bahan.
Aktivitas olahraga seperti melempar (baseball), mengayun (golf, tenis), atau memanjat membutuhkan rotasi penuh sendi bahu. Lengan pasang tradisional akan menciptakan titik resistensi yang kuat saat bahu berotasi, membatasi jangkauan gerak dan berpotensi merobek jahitan jika bahannya tidak elastis.
Sebaliknya, raglan memastikan bahwa area ketiak tetap longgar bahkan saat lengan diangkat ke atas kepala. Jahitan yang panjang dan miring mendistribusikan ketegangan material ke seluruh torso, bukan hanya ke satu titik. Inilah sebabnya mengapa kaus baseball dan kaus lari jarak jauh hampir selalu menggunakan konstruksi raglan.
Dalam pakaian kinerja tinggi (performance wear), manajemen kelembapan sangat krusial. Jahitan raglan memungkinkan produsen untuk menggunakan panel kain yang berbeda (paneling) di area bahu yang berkeringat. Misalnya, panel bahu bisa menggunakan bahan yang lebih ringan atau berventilasi, sementara panel torso menggunakan bahan kompresi atau insulasi.
Desain dua warna yang ikonik pada kaus baseball, yang membedakan lengan dari badan, bukan hanya estetika; itu adalah implementasi awal dari teknik paneling ini, di mana bahan lengan (sering kali kontras warna) adalah bagian integral dari badan pakaian.
Dengan munculnya kain rajut elastisitas tinggi dan bahan kompresi, raglan semakin menunjukkan keunggulannya. Ketika kain memiliki tingkat peregangan (stretch) yang tinggi, raglan memaksimalkan potensi regangan tersebut dengan menghilangkan jahitan kaku di area bahu. Dalam pakaian selam, pakaian bersepeda, dan pakaian yoga, raglan memastikan pakaian tersebut bergerak seperti kulit kedua.
Melangkah keluar dari ranah fungsional, lengan raglan telah menjadi penanda gaya yang kuat, sering dikaitkan dengan estetika tertentu, dari kasual hingga subkultur tertentu.
Kaus raglan, atau sering disebut kaus baseball (baseball tee), adalah salah satu manifestasi raglan yang paling dikenal luas. Ciri khasnya adalah badan berwarna solid atau netral dan lengan kontras, biasanya mencapai panjang tiga perempat (3/4). Pakaian ini melambangkan gaya Amerika kasual, sering diadopsi oleh musisi, skateboarder, dan subkultur punk rock.
Kaus ini menawarkan keseimbangan sempurna antara kenyamanan kaus biasa dan sentuhan desain yang lebih menarik, menjadikannya pokok lemari pakaian yang serbaguna dan tidak lekang oleh waktu.
Desainer sering memanfaatkan raglan untuk menciptakan siluet yang longgar, arsitektural, atau androgini. Pada mantel atau jaket musim dingin, raglan memungkinkan penggunaan bahan tebal seperti wol atau kasmir tanpa membuat pemakainya terlihat kaku atau berkotak-kotak. Raglan memberikan kemewahan dalam jatuhan kain, memberikan kesan rileks yang elegan.
Karena raglan tidak secara eksplisit mendefinisikan batas bahu, ia sangat efektif dalam pakaian uniseks atau pakaian yang dirancang untuk melembutkan garis-garis tubuh. Pada pakaian wanita, raglan dapat mengurangi penekanan pada bahu dan memberikan fokus pada kerah atau leher. Pada pakaian pria, ia menawarkan relaksasi formal yang diinginkan dalam pakaian kasual kelas atas.
Pembuatan pola lengan raglan adalah proses teknis yang menantang dan membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang manipulasi pola dasar (sloper). Ini bukan sekadar memotong garis lurus, tetapi mengubah kerung lengan standar menjadi dua potongan yang melengkung sempurna.
Untuk membuat pola raglan dari pola dasar badan (blok set-in sleeve), langkah pertama adalah mentransfer sebagian kerung lengan ke lengan. Ini melibatkan penggunaan titik referensi utama:
Hasil dari proses ini adalah dua potongan pola: Pola Badan yang kini memiliki kerung lengan yang diperkecil, dan Pola Lengan Raglan yang kini memiliki bentuk melengkung panjang menyerupai tulang belikat.
Pada pola badan set-in standar, terdapat penyesuaian untuk kemiringan bahu dan tonjolan dada (bust fullness). Ketika membuat raglan, semua penyesuaian bahu (dart) harus dihilangkan dan diintegrasikan ke dalam jahitan raglan itu sendiri. Kegagalan melakukan hal ini akan menghasilkan lipatan yang tidak diinginkan di area bahu.
Dalam pakaian wanita, khususnya, penyesuaian payudara (bust dart) sering kali dipindahkan ke garis raglan, mengubah bentuk potongan lengan agar dapat mengakomodasi kurva dada dengan lebih baik tanpa mengorbankan jatuhnya kain yang mulus.
Untuk pakaian yang memerlukan mobilitas maksimal—seperti pakaian luar militer atau pakaian mendaki gunung—teknik sering kali melibatkan penambahan gusset (kain tambahan berbentuk berlian atau segitiga) di bawah ketiak. Gusset ini berfungsi sebagai penyangga kain yang ekstra saat lengan diangkat tinggi, mencegah jahitan raglan tertarik ke atas dan membatasi tubuh.
Pola raglan dengan gusset adalah contoh puncak dari desain fungsional, memastikan bahwa pakaian tetap terlihat rapi dan tidak terdistorsi, bahkan ketika pemakainya melakukan gerakan yang sangat ekstrem.
Dalam kerajinan merajut (knitting) dan tekstil yang sangat elastis, lengan raglan memiliki makna teknis yang berbeda tetapi sama pentingnya. Ini sering kali merupakan teknik yang paling disukai karena kemudahan konstruksinya dalam rajutan yang melingkar (in-the-round).
Dalam merajut, sweater raglan sering dimulai dari leher (top-down) atau dari bawah (bottom-up), tetapi inti dari konstruksi raglan adalah barisan peningkatan atau penurunan jahitan yang seragam di sepanjang empat garis diagonal (dua di depan, dua di belakang) yang menandai batas lengan dan badan.
Teknik ini memungkinkan perajut untuk mencoba pakaian saat sedang dikerjakan dan menyesuaikan ukuran secara instan. Hasilnya adalah sweater atau kardigan tanpa jahitan bahu, yang memberikan drape yang sangat lembut dan nyaman. Raglan adalah pilihan klasik untuk pakaian bayi dan anak-anak karena pertumbuhan bahu yang cepat dapat ditampung dengan mudah.
Jahitan diagonal pada raglan memberikan kesempatan unik untuk teknik dekoratif. Dalam pakaian rajut, garis raglan dapat dihiasi dengan pola kabel (cable patterns) atau rangkaian lubang jarum (eyelet rows) yang menonjolkan garis diagonal tersebut. Dalam pakaian industri, jahitan tindas ganda dengan benang kontras adalah fitur desain yang sengaja ditekankan untuk menarik perhatian pada geometri pakaian.
Meskipun raglan menawarkan banyak keunggulan fungsional, ia juga menghadirkan tantangan spesifik bagi perancang pola dan penjahit.
Karena raglan membawa potongan lengan hingga ke leher, area ini menjadi sangat padat. Jika pakaian memiliki kerah berdiri (stand collar) atau tudung (hood), transisi antara lengan, badan, dan kerah harus dipertimbangkan dengan cermat. Kesalahan kecil dalam pola dapat menyebabkan leher terlalu kencang atau longgar.
Selain itu, untuk raglan yang sangat pas di badan (misalnya kaus kompresi), panjang jahitan diagonal yang lebih panjang dibandingkan kerung lengan set-in membutuhkan perhatian ekstra pada penyelarasan butiran kain (grainline) untuk mencegah jahitan melintir saat dicuci atau dikenakan.
Secara visual, raglan dapat membuat bahu terlihat lebih sempit karena tidak ada garis bahu yang jelas untuk memberikan definisi struktural. Bagi sebagian orang, ini adalah efek yang diinginkan, tetapi bagi mereka yang ingin menonjolkan lebar bahu (misalnya, pada jas atau blazer formal), raglan bukanlah pilihan yang ideal. Oleh karena itu, raglan jarang digunakan pada jas bisnis tradisional.
Untuk kaus atau jaket yang menampilkan grafis besar, jahitan raglan bisa memecah kontinuitas gambar. Desainer grafis harus memastikan bahwa desain yang diletakkan di badan tidak terpotong dengan canggung saat mencapai garis jahitan raglan yang miring, memerlukan perencanaan tata letak cetak yang berbeda dibandingkan kaus set-in.
Sejak asalnya sebagai mantel wol tebal anti-air pada era Victorian, lengan raglan terus beradaptasi dengan inovasi material dan praktik keberlanjutan.
Di masa depan pakaian pintar (smart textiles), raglan mungkin menjadi lebih penting. Karena garis jahitan raglan lebih panjang dan mengalir, mereka ideal untuk menanamkan sirkuit elektronik, serat pemanas, atau sensor kesehatan. Jalur diagonal ini memberikan rute yang lebih aman dan fleksibel bagi kabel terintegrasi dibandingkan dengan jahitan bahu yang pendek dan sering tertekan.
Dalam konteks keberlanjutan, pola raglan dapat lebih efisien dalam penggunaan kain dibandingkan pola set-in yang membutuhkan potongan kerung lengan yang kompleks. Dengan desain yang cerdas, potongan diagonal raglan dapat meminimalkan sisa kain (off-cuts) saat memotong material dari lebar standar, mendukung tujuan desain nol limbah yang semakin diutamakan oleh industri mode.
Dalam pakaian luar pelindung, seperti mantel hujan atau pakaian hazmat, raglan menawarkan keunggulan dalam hal penyegelan (sealing). Karena jahitan raglan sering kali merupakan jahitan yang paling mungkin mengalami tekanan saat bergerak, teknik penyegelan jahitan (seam sealing) pada raglan sangat penting untuk memastikan pakaian kedap air sepenuhnya. Desain diagonal memungkinkan pita segel ditempatkan dengan lebih mudah dan tahan lama dibandingkan jahitan bahu yang rentan terhadap gesekan dan tekukan.
Lengan Raglan adalah bukti nyata bahwa inovasi desain yang lahir dari kebutuhan fungsional dapat melampaui tujuannya dan menjadi ikon gaya. Dari medan berlumpur Perang Krimea hingga ketepatan biomekanik dalam pakaian olahraga modern, raglan terus menawarkan kombinasi kenyamanan, mobilitas, dan estetika yang tak tertandingi.
Fleksibilitasnya dalam beradaptasi dengan berbagai jenis material—mulai dari wol kaku hingga kain rajut lentur dan bahan teknis canggih—memastikan bahwa lengan raglan akan tetap relevan. Ia adalah solusi desain yang elegan dan cerdas, memungkinkan pakaian untuk bergerak bersama pemakainya, bukan melawannya. Dalam evolusi desain garmen, raglan bukan hanya sebuah pilihan, melainkan sebuah pernyataan fungsionalitas yang abadi, mendominasi lanskap pakaian kasual dan atletik di seluruh dunia.