Lengan setali, atau yang dikenal secara internasional sebagai raglan sleeve, bukan sekadar gaya lengan alternatif. Ini adalah inovasi desain pakaian yang merevolusi cara interaksi pakaian dengan tubuh manusia, menawarkan kombinasi unik antara kenyamanan ergonomis dan estetika garis yang mulus. Ditemukan dan dipopulerkan di medan perang dan akhirnya diadopsi oleh dunia mode dan olahraga, lengan setali memegang posisi istimewa dalam sejarah tekstil.
Artikel mendalam ini akan mengupas tuntas setiap aspek dari konstruksi lengan setali: dari sejarahnya yang kaya, prinsip-prinsip pola dasar, hingga aplikasi modernnya dalam pakaian fungsional dan haute couture. Kita akan menjelajahi mengapa potongan ini menjadi pilihan utama dalam pakaian yang menuntut mobilitas tinggi dan bagaimana ia berbeda secara fundamental dari lengan pasang standar (set-in sleeve).
Secara teknis, lengan setali didefinisikan oleh garis jahitan yang membentang diagonal dari ketiak (armpit) langsung menuju garis leher (neckline), baik di bagian depan maupun belakang. Ini berarti bahwa lengan dan bagian bahu baju (yoke) dipotong sebagai satu kesatuan. Berbeda dengan lengan pasang biasa (set-in sleeve) yang memiliki jahitan melingkari bahu dan ketiak, lengan setali menghilangkan jahitan bahu horizontal.
Istilah "raglan" berasal dari nama seorang tokoh militer Inggris, Field Marshal FitzRoy James Henry Somerset, 1st Baron Raglan. Kisah populernya menyebutkan bahwa lengan jenis ini diciptakan untuk Lord Raglan setelah ia kehilangan lengan kanannya dalam Pertempuran Waterloo (1815). Lengan baru ini dirancang untuk memberinya lebih banyak ruang dan kebebasan bergerak, terutama saat mengenakan jubah atau mantel tebal, serta mempermudah proses pemakaian pakaian.
Meskipun kontroversi mengenai apakah desain ini benar-benar dibuat untuk menyembunyikan amputasi atau hanya untuk fungsionalitas, yang pasti adalah popularitasnya meledak ketika digunakan pada mantel yang dikenal sebagai 'Mantel Raglan' (Raglan Coat). Mantel ini terkenal karena bahunya yang miring dan longgar, ideal untuk pemakaian di atas seragam tebal, menjadikannya standar dalam pakaian luar yang fungsional dan tahan cuaca. Inovasi ini menekankan bahwa desain yang sukses seringkali lahir dari kebutuhan praktis yang ekstrem.
Perbedaan paling signifikan terletak pada titik sambungan. Lengan pasang memiliki dua titik sambungan utama: jahitan di bahu dan jahitan melingkar di lubang lengan (armhole). Lengan setali hanya memiliki satu jahitan panjang yang menyambungkan lengan langsung ke badan pakaian, dari kerah hingga ketiak. Pola badan pakaian (torso) pada lengan setali juga berubah; tidak ada lubang lengan yang dibentuk melingkar (armscye) melainkan garis diagonal. Kehadiran garis diagonal yang dramatis ini memberikan tampilan visual yang lebih dinamis dan sportif.
Gambar 1: Diagram Garis Potongan Lengan Setali, menunjukkan jahitan diagonal yang khas dari ketiak ke leher.
Membuat pola lengan setali biasanya dimulai dari pola dasar lengan pasang (block pattern). Prosesnya melibatkan manipulasi dan rotasi titik-titik pola:
Keakuratan dalam menciptakan garis melengkung yang halus di area ketiak dan memastikan panjang jahitan diagonal badan sama dengan jahitan diagonal lengan adalah kunci keberhasilan pola setali. Pola yang salah akan menghasilkan tarikan (pulling) atau lipatan berlebihan.
Karena lengan setali dirancang untuk menciptakan volume tanpa memerlukan jahitan bahu, pengelolaan kelonggaran (ease) menjadi sangat penting, terutama pada kain tenun (woven fabrics). Pada pakaian wanita, terutama mantel, seringkali diperlukan darts (kupnat) kecil yang ditempatkan di dekat garis leher atau di bagian atas lengan untuk memastikan kain melengkung dengan indah di atas tulang belikat tanpa terlihat kaku. Ease yang tepat memastikan bahwa bahkan ketika pakaiannya longgar, ia tetap menopang struktur bahu, menghindari kesan jatuh atau kebesaran yang tidak disengaja.
Inilah alasan utama mengapa lengan setali diciptakan dan mengapa ia dominan dalam pakaian olahraga dan pakaian luar. Pada lengan setali, jahitan tidak membatasi area putaran bahu (shoulder socket). Ketika lengan diangkat, seluruh panel lengan bergerak bersamaan dengan bagian atas badan, tidak seperti lengan pasang di mana gerakan yang ekstrem dapat menyebabkan seluruh pakaian tertarik ke atas dari pinggang.
Keunggulan ini sangat terasa dalam olahraga yang membutuhkan jangkauan gerak vertikal atau horizontal yang luas, seperti melempar bola (baseball), memukul (golf), atau memanjat. Garis setali mendistribusikan ketegangan kain secara merata di area dada dan punggung atas, bukan memfokuskannya pada satu titik (seperti jahitan bahu pada lengan pasang). Ini meminimalkan risiko robeknya jahitan pada gerakan cepat dan memastikan pemakai merasa tidak terbatasi.
Lengan setali sangat ideal untuk pakaian luar (outerwear) seperti jas hujan, mantel, dan jaket. Karena garis bahunya lebih longgar dan kurang terstruktur, lengan setali dapat dengan mudah dikenakan di atas pakaian yang lebih tebal (misalnya, sweater atau blazer) tanpa terasa sesak atau menggumpal di area bahu. Mantel raglan secara tradisional memiliki siluet A-line yang lebar, yang didukung oleh desain lengan ini.
Dari perspektif manufaktur dan ritel, lengan setali menawarkan keuntungan besar dalam hal fleksibilitas ukuran. Karena ia menghilangkan perlunya kecocokan yang sangat presisi di titik bahu, satu ukuran lengan setali seringkali dapat mengakomodasi berbagai bentuk dan lebar bahu. Ini mengurangi kompleksitas sizing dan mempermudah pemakaian pakaian siap pakai (ready-to-wear). Jika Anda memiliki bahu yang sangat lebar atau sangat sempit, lengan setali cenderung menyesuaikan diri lebih baik daripada lengan pasang yang kaku.
Meskipun konsep dasarnya tetap sama (jahitan diagonal), lengan setali telah berevolusi menjadi beberapa variasi yang digunakan untuk tujuan estetika dan fungsional yang berbeda.
Ini adalah versi paling murni, di mana jahitan memanjang dari ketiak hingga ke dasar leher, membentuk garis V yang jelas pada bahu. Versi ini sering dilihat pada kaus bisbol dan mantel trench klasik. Fokus utamanya adalah fungsionalitas dan kontras warna pada kaus olahraga.
Pada semi-setali, jahitan diagonal berakhir di tengah bahu, tidak mencapai garis leher. Sisa potongan bahu dipertahankan sebagai bagian dari pola badan, mirip dengan yoke (pola punggung). Variasi ini memberikan sedikit definisi bahu yang lebih terstruktur dibandingkan setali penuh, sering digunakan pada pakaian yang membutuhkan sedikit lebih banyak formalitas, seperti jaket ringan wanita atau blus kerja.
Meskipun sering dianggap sebagai kategori terpisah, desain kimono (batwing) adalah bentuk ekstrem dari lengan setali yang diperpanjang. Di sini, lengan terintegrasi sepenuhnya dengan badan, kadang-kadang hingga ke garis pinggang, menghasilkan pola T besar. Lengan ini menawarkan kebebasan gerak tertinggi dan siluet dramatis, sering terlihat pada busana malam atau pakaian santai yang dibuat dari kain yang mengalir.
Untuk memaksimalkan daya tahan dan jangkauan gerak dalam pakaian kerja berat atau pakaian luar, gusset (tambahan kain berbentuk berlian atau segitiga) sering disisipkan di area ketiak. Gusset ini memberikan ruang ekstra yang diperlukan agar lengan dapat terangkat tinggi tanpa menarik seluruh bagian samping pakaian, meningkatkan masa pakai dan kenyamanan.
Lengan setali telah menjadi elemen desain yang identik dengan kategori pakaian tertentu, didorong oleh fungsionalitas inherennya.
Dalam dunia olahraga, lengan setali adalah raja. Kaos bisbol (Raglan Baseball Tee) adalah contoh ikonik, seringkali menampilkan badan putih dan lengan berwarna kontras (biasanya ¾ panjang). Desain ini dipilih karena memungkinkan pelempar (pitcher) untuk mengayunkan lengan tanpa hambatan. Selain bisbol, lengan setali juga digunakan secara luas dalam:
Mantel Raglan tetap menjadi pokok dalam pakaian luar klasik. Dari trench coat Burberry yang ikonik hingga mantel wol musim dingin, potongan setali memberikan tampilan bahu yang lebih lembut, kurang militeristik, dan elegan. Kelembutan garis bahu ini sangat dihargai dalam mode pria maupun wanita, memberikan siluet yang mengalir dari leher ke pergelangan tangan.
Dalam beberapa dekade terakhir, desainer high fashion sering menggunakan lengan setali untuk tujuan estetika. Garis diagonal dapat digunakan untuk memecah warna atau tekstur kain, menciptakan titik fokus visual yang menarik. Dalam desain avant-garde, setali memungkinkan manipulasi volume dan bentuk yang lebih dramatis di sekitar bahu dan leher, menghasilkan siluet yang tidak mungkin dicapai dengan konstruksi standar.
Selain fungsinya, lengan setali memberikan dampak visual yang signifikan pada pemakainya. Garis potongnya bukan hanya tentang kenyamanan; ia memengaruhi bagaimana siluet tubuh dipersepsikan.
Garis diagonal dari lengan setali secara alami mengarahkan mata dari leher ke ketiak. Garis miring ini dapat membuat bahu terlihat lebih ramping dan memperpanjang torso. Pada orang yang memiliki leher pendek, garis setali dapat membantu menciptakan ilusi leher yang lebih panjang karena ia ‘meminjam’ ruang visual dari area bahu. Kontras warna (seperti pada kaus bisbol) sangat menonjolkan garis ini, mendefinisikan batas antara badan dan lengan dengan kuat.
Gambar 2: Siluet Pakaian dengan Lengan Setali, menonjolkan kontinuitas potongan dari lengan hingga kerah.
Meskipun lengan setali memberikan fleksibilitas pada pemakainya, ia bisa menjadi tantangan tersendiri saat proses menjahit, terutama karena sifat jahitan yang melengkung dan panjang.
Jahitan setali seringkali melibatkan penyambungan kurva yang berbeda panjang atau bentuk (terutama di area bahu). Untuk kain tenun yang tidak memiliki peregangan, sangat penting untuk mengelola ease (kelonggaran ekstra pada satu potongan kain agar pas dengan potongan yang lebih pendek) dengan hati-hati. Teknik penjahitan seperti gathering ringan atau easing menggunakan setrika uap sebelum menjahit sangat diperlukan agar jahitan setali terlihat mulus dan tidak berkerut.
Karena garis setali sangat menonjol, kesalahan sekecil apa pun dalam memotong atau menjahit akan terlihat jelas. Kedua garis setali (kiri dan kanan) harus memiliki panjang dan kurva yang identik. Para penjahit profesional sering menggunakan teknik basting (menjahit jelujur sementara) untuk menguji kecocokan sebelum menjahit permanen, memastikan tidak ada tarikan yang tidak diinginkan di garis leher atau ketiak.
Menjahit lengan setali berbeda dari lengan pasang di mana lengan dijahit secara melingkar ke lubang lengan yang sudah jadi. Pada setali, lengan seringkali dijahit ke badan sebelum jahitan samping badan dan jahitan bawah lengan ditutup. Prosedur ini disebut sew flat, dan umumnya lebih mudah daripada menjahit lengan secara melingkar, meskipun memerlukan perhatian ekstra pada penyelarasan di bawah ketiak.
Keberhasilan lengan setali sangat bergantung pada jenis bahan yang digunakan. Setiap bahan menuntut penanganan pola yang berbeda.
Lengan setali sangat cocok untuk kain rajut (jersey, fleece, kaus). Sifat alami kain yang elastis menghilangkan kebutuhan yang ketat untuk mengelola ease, karena kain akan menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh. Inilah sebabnya setali sangat populer pada pakaian olahraga dan sweater. Garis setali pada bahan rajut sering berfungsi sebagai detail estetika yang memungkinkan kontras warna yang mudah, seperti yang terlihat pada hoodie.
Pada mantel wol atau tweed, lengan setali harus di-draft (dibuat polanya) dengan sangat hati-hati. Pola harus mencakup kelonggaran ekstra yang substansial, dan seringkali membutuhkan penambahan bantalan bahu (shoulder pads) yang sangat ringan atau shoulder roll agar kain berat tersebut tidak jatuh terlalu lemas, mempertahankan struktur yang elegan dari mantel klasik.
Pada sutra atau kain chiffon, lengan setali dapat menghasilkan efek dramatis, terutama ketika dikombinasikan dengan variasi kimono atau batwing. Bahan-bahan ini menekankan aliran dan kelembutan garis diagonal, menciptakan siluet yang sangat feminin dan anggun. Namun, menjahit setali pada kain tipis menuntut jahitan yang sangat halus (french seams) untuk mencegah jahitan terbuka.
Ergonomi adalah studi tentang bagaimana lingkungan kerja dirancang agar sesuai dengan penggunanya; dalam mode, ini berarti bagaimana pakaian berinteraksi dengan tubuh dalam gerakan. Lengan setali adalah mahakarya ergonomis. Mari kita telaah lebih lanjut mengapa ia unggul secara fungsional.
Gerakan bahu manusia, terutama rotasi dan abduksi (mengangkat lengan ke samping), sangat kompleks. Lengan setali memberikan radius gerak yang hampir tak terbatas. Pada lengan pasang standar, jahitan armhole bertindak sebagai titik pivot. Ketika Anda mencoba mengangkat lengan, titik pivot ini menjadi penghalang, memaksa jahitan ditarik ketat di bawah ketiak dan menarik kain dari dada atau punggung. Lengan setali memindahkan titik ketegangan dari lubang lengan ke garis diagonal yang lebih panjang, mendistribusikan stres tersebut ke area yang lebih luas, sehingga pakaian dapat bergerak bersama sendi, bukan melawannya.
Pakaian yang mengalami stres tinggi, seperti jaket hiking atau pakaian militer, sering kali gagal pada jahitan bahu vertikal karena seluruh beban tarikan saat gerakan ekstrem difokuskan di sana. Dengan memanjang dan memiringkan jahitan setali, panjang total jahitan meningkat. Jahitan yang lebih panjang secara inheren lebih kuat dan mampu menyerap ketegangan dan geser yang dihasilkan oleh gerakan tubuh. Ini meningkatkan daya tahan pakaian secara signifikan, menjadikannya pilihan industri untuk pakaian yang harus bertahan lama dan diandalkan.
Bahu adalah area tubuh yang paling bervariasi antar individu, baik dari segi lebar, kemiringan, maupun massa otot. Lengan setali secara efektif membuang kebutuhan untuk menargetkan titik bahu yang tepat. Sebaliknya, lengan setali mencakup seluruh area bahu, memberikan toleransi yang besar terhadap variasi individu. Bagi orang yang memiliki bahu yang sangat miring (sloping shoulders), desain setali membantu kain beristirahat dengan lembut tanpa menonjolkan kemiringan tersebut, tidak seperti lengan pasang yang kaku yang dapat terlihat ganjil.
Di era tekstil modern, lengan setali terus beradaptasi, terutama dengan hadirnya bahan-bahan canggih.
Dalam pakaian teknikal (technical gear) seperti jaket tahan air GORE-TEX atau pakaian ski, lengan setali sering dikombinasikan dengan teknik seam sealing (penyegelan jahitan). Karena setali memiliki jahitan yang lebih panjang di bagian atas, ini berarti lebih banyak area yang perlu disegel. Namun, keuntungan fungsionalitasnya (memungkinkan lapisan dalam bergerak bebas tanpa menarik lapisan luar) melebihi kerumitan sealing tersebut. Desain ini memastikan bahwa bahkan jaket yang paling tahan cuaca pun memungkinkan pemakainya untuk mengulurkan tangan tanpa merusak integritas perlindungan lapisan.
Tren terbaru adalah penggabungan terbaik dari kedua dunia: lengan setali digunakan di bagian depan pakaian (untuk kemudahan gerak dan estetika bahu yang lembut), sementara bagian belakang menggunakan potongan lengan pasang yang lebih terstruktur atau sebaliknya. Hybrid ini sering terlihat pada blazer modern atau jaket kasual, di mana sedikit struktur bahu diperlukan, tetapi kebebasan gerak lengan tetap menjadi prioritas utama.
Memilih antara setali dan set-in tergantung pada tujuan akhir pakaian tersebut. Pertimbangan ini memandu desainer dan konsumen dalam membuat keputusan yang tepat.
Dalam konteks produksi massal modern, desain lengan setali memiliki implikasi terhadap keberlanjutan dan efisiensi pabrikasi.
Potongan pola setali cenderung lebih besar dan memiliki kurva yang lebih panjang, yang kadang-kadang dapat mengurangi efisiensi penempatan pola (lay planning) pada kain, menghasilkan sisa kain (waste) yang sedikit lebih banyak dibandingkan lengan pasang yang potongannya lebih terkotak. Namun, karena tidak memerlukan jahitan yang melingkar (armhole set-in), proses perakitan pakaian di pabrik bisa menjadi lebih cepat dan membutuhkan keterampilan yang sedikit berbeda, khususnya dalam teknik 'jahit datar' (sew flat), yang seringkali lebih cepat daripada memasang lengan pasang 360 derajat.
Desain setali yang longgar dan minim struktur memungkinkan pakaian memiliki umur pakai yang lebih panjang meskipun terjadi perubahan ukuran tubuh pemakainya. Kemampuan mengakomodasi berbagai bentuk tubuh ini secara tidak langsung mendukung keberlanjutan dengan mengurangi frekuensi pembelian pakaian baru. Mantel setali, khususnya, telah terbukti menjadi pakaian yang sangat awet, diwariskan dari generasi ke generasi karena siluetnya yang klasik dan toleransi ukurannya yang tinggi.
Lengan setali, yang berawal dari kebutuhan fungsional di medan perang, telah berevolusi menjadi salah satu konstruksi pakaian yang paling serbaguna dan estetis dalam sejarah mode. Ia berhasil menjembatani kesenjangan antara pakaian fungsional dan pakaian bergaya, menawarkan solusi elegan terhadap batasan gerak yang diakibatkan oleh desain pakaian tradisional.
Dari kaus bisbol yang sederhana hingga mantel trench yang ikonik, lengan setali membuktikan bahwa desain terbaik adalah desain yang menggabungkan kenyamanan, kebebasan, dan keindahan visual. Garis diagonalnya yang khas bukan hanya detail jahitan, melainkan sebuah pernyataan desain yang mendukung ergonomi tubuh, memperkuat siluet, dan memungkinkan pakaian bergerak seirama dengan kehidupan yang dinamis. Pemahaman mendalam tentang konstruksi ini adalah kunci untuk menghargai warisan dan peran krusialnya dalam pakaian kontemporer, memastikan bahwa lengan setali akan terus menjadi pilihan utama bagi mereka yang menuntut performa dan gaya tanpa kompromi.
Desain ini terus menjadi subjek penelitian dan inovasi dalam bidang tekstil teknis. Kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai material—dari wol yang kaku hingga nilon teknis yang ringan—menegaskan posisinya sebagai konstruksi lengan yang paling adaptif dan fungsional. Lengan setali bukan hanya warisan dari Lord Raglan; itu adalah sebuah manifesto tentang bagaimana mode dapat melayani fungsi tanpa mengorbankan estetika, sebuah kesatuan harmonis antara kain dan gerakan manusia.
Dalam dunia mode yang selalu mencari keseimbangan antara bentuk dan fungsi, lengan setali menawarkan solusi abadi. Garis potongnya yang bersih dan tanpa cela, yang mengalir dari kerah hingga ketiak, memberikan kesan kontinuitas visual yang elegan, sekaligus memberikan kelegaan tak tertandingi bagi pemakai. Kebebasan yang ditawarkan di area bahu, yang secara tradisional merupakan titik terketat pada pakaian, adalah mengapa desain ini tetap relevan dan dicari dalam setiap kategori pakaian, mulai dari pakaian santai rumah tangga hingga pakaian luar yang mahal. Eksplorasi mendalam ini menunjukkan bahwa lengan setali adalah lebih dari sekadar jahitan; itu adalah filosofi desain yang berpusat pada kenyamanan dan mobilitas optimal.
Analisis ini juga menegaskan betapa pentingnya perhatian terhadap detail dalam pembuatan pola lengan setali. Setiap milimeter dalam garis diagonal, setiap penyesuaian pada kurva ketiak, dan setiap keputusan mengenai pengelolaan kelonggaran (ease) pada bahu, secara kolektif menentukan apakah pakaian tersebut akan terasa seperti pelukan lembut atau penghalang yang membatasi. Kesempurnaan dalam lengan setali adalah hasil dari perhitungan geometris yang cermat yang dijiwai dengan pemahaman mendalam tentang anatomi gerakan. Penguasaan teknik pembuatan lengan setali adalah tanda keahlian tinggi dalam dunia menjahit dan desain pola. Bahkan dalam produksi massal, mesin-mesin canggih harus diprogram untuk mengikuti kurva yang rumit ini dengan presisi yang sama seperti yang dilakukan oleh penjahit ahli di masa lalu.
Secara keseluruhan, kontribusi lengan setali terhadap dunia pakaian fungsional dan estetika tidak dapat dilebih-lebihkan. Ia adalah salah satu contoh terbaik bagaimana sebuah inovasi yang lahir dari kebutuhan praktis dapat melampaui tujuannya dan menjadi elemen desain yang klasik dan universal. Kekuatan fungsionalnya dan keindahan visualnya menjamin bahwa konstruksi ini akan terus menjadi pilar utama dalam desain pakaian selama bertahun-tahun yang akan datang.