Lemak tubuh, atau jaringan adiposa, sering kali disalahpahami sebagai musuh utama kesehatan dan estetika. Padahal, lemak adalah komponen biologis vital yang memainkan peran multifungsi, mulai dari penyimpanan energi hingga regulasi suhu dan produksi hormon. Memahami anatomi, fisiologi, dan jenis-jenis lemak tubuh merupakan langkah krusial untuk mencapai kesehatan metabolik yang optimal dan menjaga komposisi tubuh yang seimbang.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk lemak tubuh, membahas jenis-jenisnya yang berbeda, mekanisme hormonal yang mengaturnya, risiko kesehatan yang terkait dengan kelebihan atau kekurangan lemak, serta strategi pengelolaan yang didukung oleh ilmu pengetahuan modern.
Alt Text: Diagram sederhana yang menunjukkan dua sel lemak (adiposit), satu melambangkan penyimpanan energi dan satu melambangkan isolasi termal.
I. Definisi, Fungsi Biologis, dan Fisiologi Dasar Lemak Tubuh
Lemak tubuh adalah jaringan ikat longgar yang tersusun dari sel-sel khusus yang disebut adiposit. Jaringan ini memiliki fungsi yang jauh lebih kompleks daripada sekadar bantalan atau cadangan kalori. Lemak adalah organ endokrin yang aktif, artinya ia mampu memproduksi dan melepaskan hormon yang memengaruhi organ lain di seluruh tubuh.
1. Peran Kunci Jaringan Adiposa
- Penyimpanan Energi (Homeostasis Kalori): Ini adalah fungsi lemak yang paling dikenal. Lemak menyimpan energi dalam bentuk trigliserida. Satu gram lemak mengandung sekitar 9 kkal, menjadikannya sumber energi paling efisien yang dimiliki tubuh. Cadangan ini memastikan kelangsungan hidup selama periode kelaparan atau puasa yang berkepanjangan.
- Insulasi Termal: Lapisan lemak di bawah kulit (subkutan) bertindak sebagai isolator, membantu menjaga suhu inti tubuh (termoregulasi). Ini sangat penting untuk adaptasi terhadap lingkungan yang dingin.
- Perlindungan Organ (Bantalan Mekanis): Lemak melindungi organ vital seperti ginjal dan jantung dari guncangan fisik. Lemak bertindak sebagai bantalan alami.
- Fungsi Endokrin (Hormonal): Adiposit mensekresikan berbagai zat bioaktif yang dikenal sebagai adipokin (atau adipositokin), termasuk leptin, adiponektin, resistin, dan berbagai sitokin pro-inflamasi.
2. Siklus Metabolisme Lemak
Metabolisme lemak melibatkan dua proses utama yang terus berlangsung dan harus seimbang: lipogenesis dan lipolisis.
- Lipogenesis (Penyimpanan Lemak):
- Proses sintesis asam lemak dan trigliserida dari substrat non-lemak, seperti glukosa dan asam amino, yang terjadi ketika asupan energi melebihi pengeluaran. Hormon insulin adalah pendorong utama lipogenesis.
- Lipolisis (Pemecahan Lemak):
- Proses pemecahan trigliserida yang tersimpan menjadi gliserol dan asam lemak bebas (FFA). FFA kemudian dilepaskan ke aliran darah untuk digunakan sebagai bahan bakar oleh otot dan organ lain. Proses ini distimulasi oleh hormon seperti epinefrin (adrenalin), norepinefrin, glukagon, dan kortisol, biasanya terjadi saat tubuh membutuhkan energi (misalnya, saat puasa atau berolahraga).
II. Jenis-Jenis Lemak Tubuh dan Distribusinya
Klasifikasi lemak tubuh tidak hanya berdasarkan lokasinya, tetapi juga berdasarkan fungsinya, warna, dan aktivitas metaboliknya. Pemahaman tentang jenis-jenis ini sangat penting karena masing-masing memiliki dampak yang berbeda terhadap kesehatan metabolik.
1. Berdasarkan Fungsi dan Lokasi
Lemak Esensial (Essential Fat)
Ini adalah jumlah minimum lemak yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis normal. Lemak esensial ditemukan di sumsum tulang, otak, saraf, dan membran sel. Tanpa lemak esensial, tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, dan kekurangan ekstrem dapat mengganggu regulasi hormon dan kesuburan. Untuk pria, lemak esensial berkisar 3–5% dari berat badan, dan untuk wanita, 10–13% (karena tambahan lemak esensial terkait reproduksi).
Lemak Penyimpanan (Storage Fat)
Lemak ini berfungsi sebagai cadangan energi. Terletak di jaringan adiposa subkutan (di bawah kulit) dan visceral (di sekitar organ).
- Lemak Subkutan (Subcutaneous Fat): Lemak yang berada tepat di bawah kulit. Meskipun jumlahnya besar, lemak subkutan cenderung tidak terlalu aktif secara metabolik dibandingkan lemak visceral. Ini memberikan fungsi isolasi dan bantalan.
- Lemak Visceral (Visceral Fat/Intra-abdominal Fat): Lemak yang terletak jauh di dalam perut, membungkus organ-organ vital. Ini adalah jenis lemak yang paling berbahaya. Lemak visceral sangat aktif secara metabolik dan melepaskan adipokin serta sitokin pro-inflamasi langsung ke sistem vena porta yang mengarah ke hati, berkontribusi pada resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular.
Alt Text: Ilustrasi penampang perut yang menunjukkan lapisan lemak subkutan (luar) dan lemak visceral (mengelilingi organ dalam).
2. Berdasarkan Warna dan Aktivitas Termogenik
Penemuan bahwa lemak memiliki warna berbeda membuka jendela baru dalam terapi obesitas, karena warna-warna ini berhubungan langsung dengan aktivitas pembakaran energi.
- Lemak Putih (White Adipose Tissue/WAT):
- Ini adalah jenis lemak yang dominan. Fungsinya utama adalah menyimpan energi dalam tetesan lipid tunggal yang besar. Lemak putih bertanggung jawab atas isolasi dan sekresi hormon terkait penyimpanan energi (seperti leptin).
- Lemak Cokelat (Brown Adipose Tissue/BAT):
- Lemak cokelat sangat kaya akan mitokondria, yang mengandung protein UCP1 (uncoupling protein 1). BAT tidak menyimpan energi, melainkan membakar kalori (terutama asam lemak dan glukosa) untuk menghasilkan panas (termogenesis) tanpa menghasilkan ATP. BAT lebih banyak ditemukan pada bayi, tetapi juga ada pada orang dewasa di area leher, klavikula, dan tulang belakang. Aktivasi BAT dipandang sebagai target potensial untuk mengatasi obesitas.
- Lemak Beige (Brite/Beige Adipose Tissue):
- Dikenal juga sebagai "lemak cokelat yang diinduksi." Sel-sel ini sebenarnya adalah adiposit putih yang mengalami "pencokelatan" (browning) dan mulai menunjukkan sifat seperti lemak cokelat, termasuk ekspresi UCP1. Pencokelatan dapat diinduksi oleh paparan dingin atau oleh hormon tertentu (misalnya, irisin yang dilepaskan saat berolahraga).
III. Pengaturan Hormonal dan Kesehatan Metabolik
Jaringan adiposa tidak hanya pasif; ia adalah pabrik hormon yang sangat responsif terhadap status energi, stres, dan tidur. Keseimbangan atau ketidakseimbangan hormon yang dilepaskan dari lemak sangat menentukan kesehatan metabolik seseorang.
1. Hormon Kunci yang Diproduksi oleh Lemak (Adipokin)
- Leptin (Hormon Kenyang): Diproduksi oleh adiposit putih, leptin memberi sinyal kepada hipotalamus di otak tentang cadangan energi tubuh. Ketika cadangan lemak meningkat, leptin dilepaskan, menekan nafsu makan dan meningkatkan pengeluaran energi. Pada obesitas kronis, sering terjadi resistensi leptin, di mana otak gagal merespons sinyal kenyang, menyebabkan asupan makanan berlebihan.
- Adiponektin (Hormon Sensitivitas Insulin): Adiponektin memiliki efek anti-inflamasi dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin di hati dan otot. Ironisnya, kadar adiponektin yang rendah sering terlihat pada individu dengan obesitas visceral yang tinggi. Peningkatan adiponektin sangat terkait dengan peningkatan kesehatan kardiovaskular.
- Resistin: Dinamai berdasarkan perannya yang diduga menyebabkan resistensi insulin. Resistin dilepaskan oleh adiposit dan makrofag, dan kadarnya cenderung tinggi pada kondisi peradangan dan obesitas, yang mengganggu jalur sinyal insulin.
2. Interaksi Lemak dengan Hormon Utama Lain
- Insulin: Pendorong utama lipogenesis. Ketika kadar insulin tinggi (setelah makan karbohidrat), tubuh diberi sinyal untuk berhenti membakar lemak dan mulai menyimpannya. Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel (termasuk sel lemak) kurang responsif terhadap insulin, menyebabkan pankreas memproduksi lebih banyak, yang pada akhirnya mempercepat penumpukan lemak.
- Kortisol (Hormon Stres): Stres kronis meningkatkan kortisol. Kortisol mempromosikan penimbunan lemak, khususnya di area visceral. Mekanisme ini diduga merupakan respons evolusioner untuk mempersiapkan tubuh menghadapi ancaman jangka panjang dengan menyimpan energi di pusat tubuh.
- Estrogen dan Testosteron: Hormon seks memengaruhi distribusi lemak. Estrogen (dominan pada wanita pre-menopause) cenderung mempromosikan penyimpanan lemak di pinggul, paha, dan bokong (ginoide), yang secara metabolik lebih "aman." Testosteron (dominan pada pria) mendorong penimbunan lemak visceral (androide), yang lebih berisiko.
IV. Pengukuran Lemak Tubuh dan Penilaian Risiko
Persentase lemak tubuh (PBF) adalah indikator kesehatan yang jauh lebih akurat daripada berat badan total atau Indeks Massa Tubuh (BMI), terutama karena lemak visceral dapat tinggi bahkan pada individu dengan berat badan normal (obesitas dengan berat normal).
1. Batas Ideal Persentase Lemak Tubuh
Meskipun batasan bervariasi tergantung usia, panduan umum untuk orang dewasa adalah:
Pria Sehat: 10% hingga 20%
Wanita Sehat: 18% hingga 28%
(Catatan: Atlet mungkin berada di bawah batas ini, sementara batas atas menunjukkan peningkatan risiko kesehatan.)
2. Metode Pengukuran
- Indeks Massa Tubuh (BMI): Meskipun mudah dihitung (berat dalam kg dibagi tinggi dalam meter kuadrat), BMI tidak membedakan antara massa otot dan massa lemak, sehingga kurang akurat untuk atlet atau orang tua.
- Pengukuran Lingkar Pinggang (Waist Circumference): Pengukuran sederhana ini adalah indikator langsung dari jumlah lemak visceral. Risiko kesehatan meningkat jika lingkar pinggang melebihi 102 cm (pria) atau 88 cm (wanita) (tergantung etnis).
- Kaliper Lipatan Kulit (Skinfold Calipers): Metode ini mengukur ketebalan lemak subkutan di beberapa lokasi (trisep, bisep, perut, paha) dan menggunakan persamaan untuk memperkirakan PBF. Cepat, murah, tetapi bergantung pada keterampilan penguji.
- Analisis Bioelectrical Impedance Analysis (BIA): Alat yang populer (seperti timbangan pintar). BIA mengirimkan arus listrik kecil melalui tubuh dan mengukur resistensi; lemak menahan listrik lebih banyak daripada otot. Akurasinya sangat dipengaruhi oleh tingkat hidrasi.
- DEXA Scan (Dual-Energy X-ray Absorptiometry): Dianggap sebagai standar emas. DEXA memberikan gambar 3D yang sangat akurat dari komposisi tubuh, membedakan tulang, massa tanpa lemak, dan massa lemak di berbagai segmen tubuh.
V. Risiko Kesehatan yang Ditimbulkan oleh Disregulasi Lemak
Kelebihan lemak tubuh, terutama lemak visceral, adalah sumber peradangan sistemik dan merupakan inti dari banyak penyakit kronis modern. Kondisi ini disebut adiposopati.
1. Sindrom Metabolik dan Resistensi Insulin
Lemak visceral melepaskan sitokin pro-inflamasi (TNF-α, IL-6) yang mengganggu sinyal insulin di hati dan otot. Hati mulai memproduksi glukosa secara berlebihan dan trigliserida menumpuk. Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang terjadi bersamaan dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Kriteria sindrom metabolik meliputi: hipertensi, glukosa darah puasa tinggi, trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, dan obesitas sentral (lingkar pinggang besar).
2. Peradangan Kronis Tingkat Rendah
Adiposit yang terlalu penuh pada obesitas memicu kematian sel dan menarik makrofag (sel kekebalan). Sel-sel kekebalan ini mulai melepaskan sitokin, menciptakan kondisi peradangan kronis yang menyebar ke seluruh tubuh. Peradangan kronis ini adalah pendorong utama aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), yang menyebabkan serangan jantung dan stroke.
3. Gangguan Fisiologis Lain
- Penyakit Kardiovaskular (CVD): Peningkatan LDL (kolesterol jahat), hipertensi, dan penumpukan plak.
- Diabetes Tipe 2: Hubungan erat melalui resistensi insulin.
- Gangguan Tidur: Obesitas, terutama di sekitar leher dan perut, sering memicu Apnea Tidur Obstruktif (OSA).
- Kanker: Lemak tubuh berlebih telah terbukti meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk usus besar, payudara, dan endometrium, karena peningkatan kadar hormon (terutama estrogen) dan peradangan kronis.
VI. Faktor-Faktor Penentu Komposisi Lemak Tubuh
Komposisi lemak tubuh adalah hasil interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan perilaku. Jarang sekali satu faktor saja yang bertanggung jawab penuh atas penumpukan lemak.
1. Pengaruh Genetik dan Epigenetik
Genetika memainkan peran signifikan, terutama dalam kecenderungan seseorang menyimpan lemak di area tertentu (misalnya, pinggul vs. perut) dan seberapa efisien mereka memproses energi. Ilmu epigenetik menunjukkan bahwa gaya hidup (diet, olahraga) dapat memengaruhi bagaimana gen terkait lemak diekspresikan, yang berarti predisposisi genetik bukanlah takdir yang tidak bisa diubah.
2. Asupan Makanan (Makronutrien)
- Kelebihan Kalori: Hukum termodinamika mendasar menyatakan bahwa peningkatan lemak tubuh terjadi ketika asupan energi (kalori) secara konsisten melebihi pengeluaran energi.
- Karbohidrat dan Insulin: Asupan karbohidrat olahan yang tinggi menyebabkan lonjakan insulin, yang, seperti dijelaskan sebelumnya, mendorong lipogenesis dan menghambat lipolisis.
- Lemak Makanan: Meskipun lemak makanan sering disalahkan, penelitian menunjukkan bahwa lemak sehat (tak jenuh tunggal dan ganda, seperti Omega-3) tidak hanya penting untuk kesehatan sel, tetapi juga membantu rasa kenyang. Namun, kelebihan lemak trans dan lemak jenuh tertentu dapat meningkatkan risiko peradangan.
- Protein: Asupan protein yang cukup penting untuk manajemen berat badan karena efek termogenik makan yang tinggi (TEF) dan kemampuan protein untuk meningkatkan rasa kenyang (satiety), membantu dalam mempertahankan massa otot selama defisit kalori.
3. Peran Tidur dan Stres
Kurang tidur yang kronis dan stres yang tidak terkelola memiliki efek merusak pada komposisi tubuh. Kurang tidur meningkatkan kadar ghrelin (hormon lapar) dan menurunkan leptin (hormon kenyang), yang memicu peningkatan nafsu makan, terutama untuk makanan padat energi. Sementara itu, stres yang meningkatkan kortisol secara terus-menerus memprogram tubuh untuk menyimpan lemak visceral.
VII. Strategi Pengelolaan dan Penurunan Lemak Tubuh yang Berkelanjutan
Mengelola lemak tubuh secara efektif bukan hanya tentang diet kilat; ini adalah upaya holistik yang melibatkan perubahan permanen dalam pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan hidup.
1. Prinsip Dasar Nutrisi
Menciptakan Defisit Kalori
Ini adalah dasar yang tak terhindarkan: tubuh harus membakar lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi. Namun, defisit harus moderat (sekitar 500 kkal per hari) untuk mencegah adaptasi metabolik negatif (penurunan laju metabolisme basal).
Fokus pada Kualitas Makanan
- Densitas Nutrisi: Pilih makanan yang kaya nutrisi tetapi rendah kalori (buah, sayuran, biji-bijian utuh). Ini meningkatkan rasa kenyang dengan volume makanan yang lebih besar.
- Protein sebagai Prioritas: Konsumsi protein (daging tanpa lemak, ikan, telur, polong-polongan) pada setiap kali makan untuk memaksimalkan TEF, melindungi massa otot (penting untuk menjaga laju metabolisme), dan meningkatkan kenyang.
- Lemak Sehat: Sertakan sumber lemak tak jenuh (alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun) dan asam lemak Omega-3 (ikan berlemak) yang mendukung fungsi otak dan mengurangi peradangan.
- Batasi Gula dan Karbohidrat Olahan: Ini adalah pemicu terbesar lonjakan insulin dan penyimpanan lemak.
2. Strategi Lanjutan dan Pendekatan Diet
Beberapa pendekatan diet telah terbukti efektif, terutama karena dampaknya pada sensitivitas insulin dan keseimbangan hormon.
- Intermittent Fasting (Puasa Berselang): Pendekatan ini membatasi periode makan. Manfaatnya, selain mengurangi total kalori, adalah memberi jeda pada tubuh dari sekresi insulin, memungkinkan tubuh masuk ke mode lipolisis lebih sering (menggunakan lemak tersimpan sebagai bahan bakar).
- Diet Rendah Karbohidrat/Ketogenik: Dengan membatasi karbohidrat secara drastis, tubuh beralih menggunakan lemak (dan keton) sebagai bahan bakar utama. Ini sangat efektif untuk mengurangi lemak visceral dan meningkatkan sensitivitas insulin.
- Diet Mediterania: Lebih berfokus pada kualitas makanan — tinggi sayuran, minyak zaitun, ikan, dan kacang-kacangan — yang mendukung kesehatan jantung dan mengurangi peradangan kronis.
Alt Text: Ilustrasi timbangan yang miring, menunjukkan bahwa pengeluaran energi harus melebihi asupan kalori untuk mencapai penurunan lemak tubuh.
3. Optimalisasi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik memainkan peran ganda: membakar kalori secara langsung dan mengubah komposisi tubuh, yang meningkatkan laju metabolisme basal dalam jangka panjang.
- Latihan Kardio (Aerobik): Efektif dalam membakar kalori dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Latihan intensitas sedang dalam durasi lama paling optimal untuk memanfaatkan lemak sebagai sumber bahan bakar (fat oxidation).
- Latihan Intensitas Tinggi (HIIT): HIIT (High-Intensity Interval Training) sangat efektif dalam memicu efek EPOC (Excess Post-exercise Oxygen Consumption), di mana tubuh terus membakar kalori pada tingkat yang lebih tinggi bahkan setelah sesi latihan selesai.
- Latihan Beban (Resistance Training): Ini adalah kunci untuk mempertahankan dan membangun massa otot. Karena otot lebih aktif secara metabolik daripada lemak, peningkatan massa otot secara signifikan meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate), menjadikan tubuh pembakar kalori yang lebih efisien sepanjang hari.
4. Mengatasi Faktor Gaya Hidup
Pengelolaan lemak tubuh sering kali gagal karena faktor non-diet dan non-latihan diabaikan:
- Kebersihan Tidur: Targetkan 7–9 jam tidur berkualitas per malam untuk menyeimbangkan hormon ghrelin dan leptin, serta mengurangi kortisol.
- Manajemen Stres: Praktik seperti meditasi, yoga, atau aktivitas santai membantu menurunkan kadar kortisol, yang merupakan kunci untuk mengurangi penimbunan lemak visceral.
VIII. Lemak Tubuh dan Aspek Khusus Kesehatan
Diskusi mengenai lemak tubuh tidak lengkap tanpa meninjau bagaimana ia berinteraksi dengan kondisi kesehatan tertentu dan bagaimana penanganannya bisa bervariasi.
1. Kasus Obesitas Metabolik Normal Berat Badan (MONW)
MONW (Metabolically Obese Normal Weight), atau "tofi" (thin outside, fat inside), adalah kondisi di mana seseorang memiliki berat badan normal atau BMI normal, tetapi persentase lemak tubuhnya tinggi (terutama lemak visceral) dan menunjukkan gejala disfungsi metabolik, seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, atau dislipidemia. Hal ini menekankan bahwa fokus kesehatan harus beralih dari berat total ke komposisi tubuh.
2. Lemak dan Kesehatan Wanita
Wanita memiliki persentase lemak esensial yang lebih tinggi karena fungsi reproduksi (siklus menstruasi, kehamilan). Fluktuasi hormon wanita (estrogen dan progesteron) sangat memengaruhi penyimpanan lemak:
- Masa Subur: Estrogen cenderung mempromosikan lemak subkutan di bagian bawah tubuh.
- Menopause: Penurunan drastis estrogen mengubah pola distribusi lemak, menyebabkan lebih banyak lemak yang disimpan di perut (visceral), sehingga meningkatkan risiko metabolik wanita pascamenopause.
3. Termogenesis Adaptif dan Penurunan Lemak
Tubuh manusia memiliki mekanisme pertahanan yang kuat terhadap penurunan berat badan. Ketika defisit kalori dipertahankan dalam waktu lama, tubuh akan menyesuaikan diri dengan menurunkan laju metabolisme (termogenesis adaptif). Ini adalah alasan umum mengapa program diet "macet" (plateau). Strategi untuk mengatasi hal ini termasuk:
- Refeeding (Pemuatan Kalori Berkala): Peningkatan kalori singkat dan terencana dapat 'mengatur ulang' sinyal hormonal dan membantu meningkatkan kadar leptin.
- Peningkatan Latihan Beban: Membangun otot meningkatkan BMR, melawan penurunan laju metabolisme akibat diet.
IX. Menghilangkan Mitos Seputar Lemak Tubuh
Ada banyak kesalahpahaman populer tentang bagaimana lemak tubuh disimpan dan dibakar. Meluruskan mitos ini sangat penting untuk perencanaan strategi yang efektif.
Mitos 1: Anda Dapat Menurunkan Lemak di Titik Tertentu (Spot Reduction)
Fakta: Saat tubuh membakar lemak untuk energi (lipolisis), asam lemak dilepaskan dari depot lemak di seluruh tubuh, tidak hanya dari area yang sedang dilatih. Melakukan ribuan sit-up hanya akan membangun otot perut, tetapi tidak akan secara spesifik membakar lemak yang menutupinya. Penurunan lemak bersifat sistemik, meskipun faktor genetik menentukan di mana lemak cenderung hilang terakhir.
Mitos 2: Lemak Berubah Menjadi Otot
Fakta: Lemak (jaringan adiposa) dan otot (jaringan kontraktil) adalah dua jenis jaringan yang sepenuhnya berbeda. Lemak tidak bisa berubah menjadi otot, dan sebaliknya. Apa yang terjadi selama perubahan komposisi tubuh yang sukses adalah kehilangan massa lemak dikombinasikan dengan peningkatan massa otot (melalui latihan beban).
Mitos 3: Semua Lemak Makanan Harus Dihindari
Fakta: Lemak adalah makronutrien esensial. Selain berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K, lemak makanan sehat adalah kunci untuk kejenuhan, stabilitas energi, dan produksi hormon. Masalah muncul dari kelebihan kalori dan jenis lemak yang buruk (lemak trans, minyak olahan berlebihan).
Mitos 4: Latihan Kardio Adalah Satu-satunya Cara Membakar Lemak
Fakta: Latihan beban sangat penting. Meskipun kardio membakar lebih banyak kalori per menit, latihan beban menghasilkan perubahan jangka panjang yang lebih signifikan pada komposisi tubuh dengan meningkatkan massa otot, yang pada gilirannya meningkatkan metabolisme istirahat 24/7. Kombinasi keduanya adalah yang paling efektif.