Isra Miraj adalah salah satu peristiwa paling luar biasa dan monumental dalam sejarah Islam, sebuah perjalanan spiritual yang melampaui batas-batas akal manusia. Peristiwa ini bukan sekadar kisah, melainkan mukjizat besar yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk meneguhkan kenabiannya, menguatkan jiwanya, dan memberikan pelajaran abadi bagi seluruh umat manusia. Dalam satu malam yang penuh keberkahan, Rasulullah SAW diangkat dari bumi ke langit, menembus lapisan-lapisan semesta, hingga mencapai Sidratul Muntaha, tempat yang tak terjangkau oleh makhluk lain.
Kisah ini terbagi menjadi dua bagian utama: Isra, perjalanan malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem; dan Miraj, kenaikan dari Masjidil Aqsa menembus tujuh lapis langit hingga ke hadirat Allah SWT. Setiap detail dalam perjalanan ini sarat akan makna, hikmah, dan bukti kebesaran Ilahi yang tak terbatas. Bagi umat Islam, Isra Miraj adalah fondasi keimanan yang kokoh, pengingat akan keagungan Nabi Muhammad SAW, dan penegasan akan pentingnya salat sebagai tiang agama.
Mari kita selami lebih dalam setiap aspek dari perjalanan agung ini, memahami konteks historisnya, menelusuri setiap tahapannya, menggali hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, serta merenungkan dampaknya bagi dakwah Islam dan kehidupan umat hingga hari ini. Perjalanan ini adalah manifestasi cinta dan perhatian Allah kepada Nabi-Nya, sebuah oase spiritual di tengah gurun cobaan.
Konteks Historis: Tahun Kesedihan (Amul Huzn)
Peristiwa Isra Miraj terjadi pada periode yang sangat kritis dan penuh cobaan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai "Amul Huzn" atau Tahun Kesedihan. Pada tahun ini, Rasulullah SAW kehilangan dua pilar utama pendukung dakwahnya: istrinya tercinta, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya yang sangat melindungi, Abu Thalib. Kehilangan dua sosok ini secara beruntun meninggalkan duka yang mendalam di hati Nabi dan secara signifikan mengurangi perlindungan yang ia terima dari kaum Quraisy yang memusuhi.
Wafatnya Khadijah dan Abu Thalib
Khadijah adalah istri pertama Nabi, seorang wanita yang mulia, cerdas, dan kaya raya, yang selalu mendukung beliau baik secara moral maupun finansial. Ia adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi sumber ketenangan serta kekuatan di masa-masa sulit dakwah. Kepergian Khadijah adalah kehilangan yang tak tergantikan, meninggalkan kekosongan besar dalam kehidupan pribadi dan spiritual Nabi.
Tidak lama setelah itu, Abu Thalib, paman Nabi, juga meninggal dunia. Meskipun tidak secara terang-terangan memeluk Islam, Abu Thalib adalah pelindung utama Nabi Muhammad dari permusuhan kaum Quraisy. Keberadaannya sebagai kepala klan Banu Hasyim memberikan Nabi imunitas politik yang krusial. Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy merasa lebih leluasa untuk menindas dan mengintimidasi Nabi Muhammad serta para pengikutnya. Tekanan dan penyiksaan terhadap umat Islam semakin meningkat, mencapai puncaknya.
Peningkatan Tekanan dari Kaum Quraisy
Kaum Quraisy, yang sebelumnya sudah menentang dakwah Nabi Muhammad, kini semakin berani melakukan tindakan-tindakan kekerasan dan penghinaan. Nabi Muhammad dilempari batu, diludahi, bahkan kotoran unta diletakkan di atas punggungnya saat beliau salat. Cobaan ini bukan hanya fisik, tetapi juga psikologis, mencoba meruntuhkan semangat beliau dan para sahabat. Bahkan, upaya dakwah ke Thaif pun berakhir dengan penolakan keras dan lemparan batu dari penduduknya.
Di tengah suasana duka dan tekanan yang luar biasa inilah, Allah SWT menganugerahkan peristiwa Isra Miraj. Perjalanan ini bukan hanya sekadar mukjizat, tetapi juga hiburan dan penguatan rohani yang tak terhingga bagi Nabi Muhammad SAW. Allah ingin menunjukkan kepada Nabi-Nya bahwa meskipun ditinggalkan oleh manusia di bumi, beliau tidak pernah ditinggalkan oleh Sang Pencipta. Isra Miraj adalah sebuah manifestasi kasih sayang Ilahi, sebuah cara untuk mengangkat kembali semangat Nabi, memberinya perspektif baru, dan mempersiapkannya untuk fase dakwah yang lebih besar, yaitu Hijrah ke Madinah.
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
— QS. Al-Isra [17]: 1
Ayat ini menjadi pembuka sekaligus inti dari kisah Isra Miraj, menegaskan bahwa perjalanan ini adalah tanda kebesaran Allah, yang hanya dapat diwujudkan melalui kehendak-Nya semata.
Peristiwa Isra: Perjalanan Malam ke Masjidil Aqsa
Bagian pertama dari perjalanan agung ini adalah Isra, yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Perjalanan ini terjadi pada sepertiga malam hari, saat Nabi sedang beristirahat di kediaman Ummu Hani, atau sebagian riwayat menyebut di Hijir Ismail dekat Ka'bah.
Pembedahan Dada (Syara'ul Sadr)
Sebelum perjalanan dimulai, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa pembedahan dada oleh Malaikat Jibril. Dada beliau dibelah, hatinya dikeluarkan, dicuci dengan air zamzam, dan kemudian diisi dengan hikmah, iman, dan kekuatan. Peristiwa ini, yang sebenarnya telah terjadi beberapa kali dalam hidup Nabi sejak masa kecilnya, adalah persiapan spiritual dan fisik untuk menghadapi perjalanan luar biasa yang akan datang. Ini melambangkan pemurnian hati dan penambahan kekuatan rohani yang akan dibutuhkan untuk menanggung rahasia-rahasia Ilahi dan menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah.
Kendaraan Buraq
Setelah pembedahan dada, Malaikat Jibril datang membawa seekor kendaraan bernama Buraq. Buraq digambarkan sebagai hewan putih, lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari bagal, yang kecepatan langkahnya sejauh pandangan matanya. Dengan Buraq, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Isra yang sangat cepat, melintasi jarak ribuan kilometer dalam sekejap mata. Keberadaan Buraq adalah salah satu mukjizat dalam perjalanan ini, menunjukkan bahwa Allah dapat menciptakan sarana yang melampaui logika dan teknologi manusia.
Singgah di Tempat-tempat Bersejarah
Dalam perjalanan Isra, Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Jibril untuk singgah dan salat di beberapa tempat yang memiliki nilai historis dan spiritual yang tinggi bagi para nabi sebelumnya:
- Madinah (Yatsrib/Thayyibah): Tempat Nabi akan berhijrah dan membangun peradaban Islam. Salat di sini mengingatkan akan pentingnya kota ini sebagai pusat dakwah di masa depan.
- Bukit Sinai (Thur Sina): Tempat Nabi Musa AS menerima wahyu Taurat dan berbicara langsung dengan Allah SWT. Nabi salat di tempat yang diberkahi ini untuk mengenang kenabian Musa.
- Betlehem (Bait Lahm): Tempat kelahiran Nabi Isa AS. Nabi salat di tempat kelahiran salah satu nabi ulul azmi.
- Madyan: Kota Nabi Syu'aib AS.
Setiap persinggahan ini bukan tanpa tujuan. Ia menegaskan kesinambungan risalah kenabian dari Nabi-nabi terdahulu hingga Nabi Muhammad SAW, menunjukkan bahwa Islam adalah kelanjutan dan penyempurna dari ajaran-ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul sebelum beliau.
Kedatangan di Masjidil Aqsa
Akhirnya, Nabi Muhammad SAW tiba di Masjidil Aqsa di Yerusalem. Di sana, beliau terkejut melihat para nabi dan rasul dari masa lalu telah berkumpul. Nabi Muhammad SAW kemudian menjadi imam salat dua rakaat bagi mereka semua. Peristiwa ini adalah penegasan status Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin (Imam) seluruh nabi dan rasul, serta risalahnya sebagai penyempurna semua risalah sebelumnya.
Masjidil Aqsa sendiri memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam. Ia adalah kiblat pertama umat Islam sebelum Ka'bah, dan merupakan salah satu dari tiga masjid suci yang dianjurkan untuk dikunjungi, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Perjalanan ke Masjidil Aqsa menunjukkan pentingnya Baitul Maqdis (Yerusalem) dalam sejarah kenabian dan sebagai pusat pertemuan ilahi bagi para rasul.
Peristiwa Miraj: Kenaikan ke Langit
Setelah menyelesaikan salat berjamaah dengan para nabi di Masjidil Aqsa, bagian kedua dari perjalanan dimulai: Miraj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari bumi menembus tujuh lapis langit menuju Sidratul Muntaha, bahkan melampauinya.
Kenaikan Melalui Tujuh Lapis Langit
Dari Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh Malaikat Jibril naik melalui tangga cahaya (Mi'raj) yang membentang ke langit. Di setiap lapis langit, mereka disambut oleh para malaikat penjaga langit dan bertemu dengan nabi-nabi pilihan Allah:
- Langit Pertama: Bertemu dengan Nabi Adam AS, bapak seluruh umat manusia. Nabi Adam menyambut beliau dengan hangat dan mendoakan kebaikan. Pertemuan ini melambangkan asal-usul manusia dan pengakuan Nabi Adam terhadap kenabian Muhammad.
- Langit Kedua: Bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Keduanya adalah nabi yang memiliki hubungan kekerabatan dan mukjizat kelahiran yang istimewa. Pertemuan ini menunjukkan kesinambungan risalah mereka dengan risalah Nabi Muhammad.
- Langit Ketiga: Bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf terkenal dengan ketampanannya dan kisah kesabarannya menghadapi fitnah dan cobaan. Pertemuan ini bisa melambangkan pentingnya kesabaran dan keindahan akhlak.
- Langit Keempat: Bertemu dengan Nabi Idris AS. Nabi Idris adalah nabi yang diangkat ke tempat yang tinggi (QS. Maryam: 57). Ini menunjukkan ketinggian derajat ilmu dan spiritualitas.
- Langit Kelima: Bertemu dengan Nabi Harun AS, saudara Nabi Musa AS. Nabi Harun adalah pembantu Nabi Musa dalam dakwah, dikenal karena kefasihan dan kebijaksanaannya.
- Langit Keenam: Bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa adalah nabi Ulul Azmi yang terkenal dengan ketegasan dan dialognya langsung dengan Allah. Pertemuan ini sangat penting karena Nabi Musa lah yang kelak memberi nasihat kepada Nabi Muhammad terkait perintah salat, yang akan kita bahas selanjutnya.
- Langit Ketujuh: Bertemu dengan Nabi Ibrahim AS, bapak para nabi dan khalilullah (kekasih Allah). Nabi Ibrahim bersandar di Baitul Makmur, sebuah Ka'bah di langit yang setiap harinya dikunjungi 70.000 malaikat yang tidak akan kembali lagi. Ini menunjukkan keagungan dan tempat tertinggi bagi para nabi. Nabi Ibrahim berpesan kepada umat Muhammad untuk banyak berzikir.
Setiap pertemuan dengan para nabi ini adalah bentuk pengakuan terhadap kenabian Muhammad SAW dan penegasan bahwa beliau adalah pemimpin dan penyempurna risalah mereka. Dialog-dialog singkat dan sambutan hangat dari para nabi memberikan tambahan kekuatan spiritual bagi Nabi Muhammad.
Sidratul Muntaha dan Hadirat Ilahi
Puncak dari perjalanan Miraj adalah mencapai Sidratul Muntaha. Ini adalah sebuah pohon bidara raksasa yang menandai batas akhir pengetahuan makhluk. Tidak ada satupun makhluk, termasuk malaikat Jibril sekalipun, yang mampu melampaui Sidratul Muntaha. Di sanalah Nabi Muhammad SAW melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang tidak pernah dilihat oleh manusia lain sebelumnya, dan tidak akan pernah dilihat setelahnya.
Setelah melewati Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan sendirian, tanpa Jibril, menuju hadirat Allah SWT. Di sinilah terjadi dialog langsung antara hamba dengan Penciptanya. Ini adalah momen paling sakral dan paling agung dalam seluruh perjalanan. Nabi Muhammad SAW diperlihatkan alam malakut, alam gaib yang tidak bisa dijangkau oleh mata dan akal manusia biasa.
Perintah Salat Lima Waktu
Dalam pertemuan langsung dengan Allah SWT ini, Nabi Muhammad SAW menerima perintah yang sangat penting bagi umat Islam: kewajiban salat. Awalnya, perintah salat adalah 50 waktu sehari semalam. Namun, atas nasihat Nabi Musa AS (yang ditemui Nabi Muhammad di langit keenam) agar meminta keringanan, Nabi Muhammad SAW berulang kali memohon keringanan kepada Allah SWT, hingga akhirnya jumlah salat dikurangi menjadi lima waktu sehari semalam.
Meskipun jumlahnya lima, Allah SWT berfirman bahwa pahala yang diberikan adalah pahala lima puluh waktu salat. Ini menunjukkan rahmat dan kemudahan dari Allah, serta kedudukan istimewa salat dalam Islam. Salat lima waktu menjadi tiang agama, sebuah sarana komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya, sebuah ritual yang mengingatkan umat Islam akan kewajiban mereka kepada Allah sepanjang hari.
"Ketika Allah mewahyukan kepadaku, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Aku tidak mengubah keputusan-Ku. Sesungguhnya engkau akan mendapatkan pahala 50 salat untuk 5 salat ini."
— Hadits riwayat Bukhari dan Muslim
Peristiwa ini menekankan betapa agungnya salat dan bagaimana Allah SWT sendiri yang menetapkannya secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW, bukan melalui perantara malaikat.
Melihat Surga dan Neraka (Optional)
Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selama perjalanan Miraj, Nabi Muhammad SAW diperlihatkan pemandangan Surga dan Neraka. Beliau menyaksikan berbagai ganjaran bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta azab bagi orang-orang yang mengingkari dan berbuat maksiat. Pemandangan ini berfungsi sebagai penguatan keimanan dan motivasi bagi Nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan kepada umatnya, serta bukti nyata akan adanya kehidupan akhirat.
Hikmah dan Pelajaran dari Isra Miraj
Isra Miraj bukan hanya sekadar kisah perjalanan fisik, tetapi sebuah mukjizat spiritual yang sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia, khususnya umat Islam. Setiap detail peristiwa ini mengandung makna mendalam yang relevan sepanjang masa.
1. Penguatan Iman dan Kedudukan Nabi Muhammad SAW
Peristiwa Isra Miraj adalah salah satu mukjizat terbesar yang menegaskan kebenaran kenabian Nabi Muhammad SAW. Di tengah Tahun Kesedihan, Allah memberikan hiburan dan penguatan yang luar biasa. Perjalanan ini menunjukkan betapa tinggi derajat Nabi Muhammad di sisi Allah, bahwa beliau adalah kekasih-Nya yang paling mulia, yang diberikan kehormatan untuk mencapai tempat yang belum pernah dicapai oleh makhluk lain.
Pengalaman langsung Nabi Muhammad SAW menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah, bertemu para nabi terdahulu, dan berbicara langsung dengan Allah, menghilangkan segala keraguan dan memberikan keyakinan yang tak tergoyahkan bagi beliau untuk melanjutkan risalah dakwahnya.
2. Kedudukan Salat sebagai Tiang Agama
Perintah salat lima waktu yang diterima langsung dari Allah SWT tanpa perantara adalah bukti nyata betapa agungnya ibadah ini. Salat bukanlah sekadar ritual, melainkan tiang agama (imaduddin) yang menjadi penentu kualitas keislaman seseorang. Ia adalah penghubung langsung antara hamba dengan Tuhannya, sarana untuk berkomunikasi, memohon, dan bersyukur.
Fakta bahwa salat awalnya 50 waktu dan dikurangi menjadi 5 waktu atas nasihat Nabi Musa menunjukkan rahmat Allah dan pentingnya salat sebagai ujian keimanan dan disiplin diri. Meski lima waktu, pahalanya tetap disetarakan dengan lima puluh, menunjukkan kemurahan dan kasih sayang Allah SWT.
3. Ujian Keimanan Bagi Umat
Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan perjalanannya kepada kaum Quraisy, kebanyakan dari mereka mendustakan dan menertawakan beliau. Bagi mereka, perjalanan semacam itu dalam satu malam adalah mustahil secara akal sehat. Peristiwa ini menjadi ujian besar bagi keimanan umat. Siapa yang percaya dan siapa yang ingkar?
Abu Bakar Ash-Shiddiq, dengan keimanannya yang kokoh, langsung membenarkan cerita Nabi tanpa ragu sedikit pun. Kepercayaan Abu Bakar ini mengukuhkan gelar "Ash-Shiddiq" (Yang Membenarkan) yang melekat padanya. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menerima ajaran agama, keimanan dan keyakinan kepada mukjizat Allah harus lebih diutamakan daripada keterbatasan akal manusia.
4. Pentingnya Masjidil Aqsa
Perjalanan Isra yang diawali dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa menunjukkan kedudukan istimewa Masjidil Aqsa dalam Islam. Ia bukan hanya kiblat pertama, tetapi juga tempat yang diberkahi dan memiliki sejarah panjang para nabi. Peristiwa ini menguatkan ikatan spiritual antara Makkah, Madinah, dan Yerusalem, menegaskan bahwa Baitul Maqdis adalah bagian tak terpisahkan dari warisan Islam.
5. Kesinambungan Risalah Kenabian
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu dan beliau menjadi imam bagi mereka menegaskan bahwa Islam adalah kelanjutan dan penyempurna dari seluruh ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa semua nabi membawa pesan yang sama: menyembah Allah Yang Maha Esa. Nabi Muhammad adalah puncak dari mata rantai kenabian.
6. Keseimbangan Antara Akal dan Wahyu
Isra Miraj adalah mukjizat yang melampaui akal sehat manusia, namun tetap harus diimani. Ini mengajarkan kita bahwa ada batas bagi akal manusia dalam memahami kebesaran Allah. Ketika wahyu datang, tugas kita adalah menerima dengan hati yang lapang dan iman yang kokoh, tanpa mencoba membatasinya dengan keterbatasan logika kita.
7. Pentingnya Doa, Kesabaran, dan Tawakkal
Peristiwa ini terjadi setelah Nabi melewati masa-masa sulit, menunjukkan bahwa setelah kesempitan pasti ada kelapangan. Allah memberikan penghiburan dan pertolongan kepada hamba-Nya yang bersabar dan bertawakkal. Ini adalah pelajaran bahwa dalam menghadapi cobaan, kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, berdoa, dan tidak putus asa.
8. Bukti Kebenaran Hari Akhir dan Alam Gaib
Melihat Surga dan Neraka, serta alam malakut, menegaskan keberadaan hari akhir dan alam gaib yang selama ini hanya disampaikan melalui wahyu. Ini menguatkan keyakinan akan pertanggungjawaban di akhirat dan pentingnya mempersiapkan diri untuknya melalui amal saleh di dunia.
9. Pentingnya Ilmu dan Pengetahuan
Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang alam semesta, keberadaan Allah, dan hukum-hukum-Nya. Ini menggarisbawahi pentingnya mencari ilmu, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi, untuk memahami kebesaran Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.
Banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada Nabi, baik di bumi maupun di langit. Ini mendorong kita untuk senantiasa merenungi ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda di alam semesta) dan ayat-ayat qauliyah (Al-Qur'an) untuk menambah keimanan dan pengetahuan kita.
10. Keterbatasan Akal Manusia dan Kekuatan Iman
Isra Miraj adalah peristiwa yang melampaui nalar dan logika manusia biasa. Tidak mungkin menjelaskan secara ilmiah bagaimana tubuh fisik Nabi dapat melakukan perjalanan secepat cahaya menembus dimensi ruang dan waktu dalam semalam. Inilah saatnya iman mengambil alih di mana akal tidak mampu menjangkau.
Allah ingin menunjukkan kepada hamba-Nya bahwa kekuasaan-Nya tak terbatas. Apa yang bagi manusia mustahil, bagi Allah sangatlah mudah. Peristiwa ini mengajarkan kerendahan hati bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal kita yang terbatas, dan pada saat-saat seperti itu, keyakinan kepada Allah dan firman-Nya adalah pegangan yang paling kuat.
Dampak Setelah Isra Miraj
Peristiwa Isra Miraj tidak berhenti sebagai pengalaman pribadi Nabi Muhammad SAW. Ia memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan dakwah Islam dan menjadi titik balik penting dalam sejarahnya.
1. Reaksi Kaum Quraisy dan Penguatan Keyakinan Umat
Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan perjalanannya kepada kaum Quraisy, reaksi mereka terbagi dua. Sebagian besar, terutama para pemuka Quraisy, menertawakan, mengejek, dan bahkan menganggap Nabi Muhammad telah gila atau berbohong. Mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk meruntuhkan kredibilitas Nabi dan dakwahnya. Mereka bahkan meminta bukti-bukti spesifik tentang perjalanan tersebut, seperti deskripsi Masjidil Aqsa atau kafilah dagang yang Nabi lewati dalam perjalanan kembali.
Namun, di sisi lain, peristiwa ini menjadi ujian keimanan yang luar biasa bagi para sahabat. Sebagian kecil yang imannya lemah menjadi ragu dan murtad. Tetapi sebagian besar, dengan keyakinan yang kokoh, semakin teguh dalam Islam. Yang paling menonjol adalah Abu Bakar, yang tanpa ragu sedikit pun langsung membenarkan setiap ucapan Nabi, bahkan sebelum mendengar detailnya. Keyakinan Abu Bakar yang luar biasa inilah yang membuatnya mendapat gelar "Ash-Shiddiq" (Yang Membenarkan).
Nabi Muhammad SAW, dengan bantuan Allah, mampu menjelaskan detail-detail Masjidil Aqsa yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya, dan memberikan informasi tentang kafilah yang akan segera tiba, yang kemudian terbukti kebenarannya. Hal ini semakin menguatkan keyakinan sebagian umat, sekaligus membuat sebagian kaum Quraisy terdiam, meski tetap ingkar.
2. Perintah Salat sebagai Pilar Utama
Dampak paling monumental dari Isra Miraj adalah diwajibkannya salat lima waktu. Ibadah ini menjadi ciri khas umat Islam, pembeda antara mukmin dan kafir. Salat bukan hanya ritual, tetapi sarana pembersihan jiwa, pembentukan karakter, dan pengingat akan kebesaran Allah. Pelaksanaan salat secara berjamaah juga menguatkan ikatan sosial dan persatuan umat.
Sejak saat itu, salat menjadi pusat kehidupan spiritual seorang Muslim. Ia membentuk disiplin waktu, ketaatan, dan penghambaan diri kepada Allah. Perintah salat yang diterima langsung oleh Nabi dari Allah menegaskan kedudukannya yang tak tergantikan dalam Islam.
3. Persiapan untuk Fase Dakwah Selanjutnya: Hijrah
Meskipun pada awalnya Isra Miraj menimbulkan gelombang penolakan yang besar di Makkah, namun secara spiritual, ia mempersiapkan Nabi Muhammad SAW untuk fase dakwah yang lebih besar. Penguatan spiritual yang beliau alami, serta pengetahuan dan pengalaman langsung tentang alam gaib, memberinya kekuatan dan keyakinan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Tidak lama setelah Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW melakukan Hijrah ke Madinah. Perjalanan Isra Miraj dapat dilihat sebagai "pelatihan" ilahi bagi Nabi untuk perjalanan hijrah yang lebih jauh dan pembentukan negara Islam pertama. Pemandangan surga dan neraka, serta janji pahala dan ancaman azab, menjadi motivasi kuat bagi beliau dan para sahabat untuk berkorban demi tegaknya agama Allah.
4. Pengukuhan Kedudukan Masjidil Aqsa
Perjalanan Isra ke Masjidil Aqsa secara permanen mengukuhkan statusnya sebagai salah satu tempat tersuci dalam Islam. Sejak saat itu, Masjidil Aqsa menjadi pusat perhatian umat Muslim di seluruh dunia, tidak hanya sebagai kiblat pertama tetapi juga sebagai tanah para nabi, dan tempat persinggahan mulia Nabi Muhammad SAW.
Kedudukan Masjidil Aqsa ini menjadi relevan sepanjang sejarah Islam, dan memunculkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesucian dan kebebasan akses ke tempat tersebut bagi umat Muslim.
5. Inspirasi Spiritual dan Keimanan
Kisah Isra Miraj terus menjadi sumber inspirasi spiritual bagi umat Islam sepanjang zaman. Ia mengingatkan akan kekuatan Allah yang tak terbatas, keagungan Nabi Muhammad SAW, dan pentingnya iman yang teguh di tengah keraguan. Peristiwa ini mendorong umat untuk senantiasa merenungkan kebesaran Allah dan mencari tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta.
Bagi setiap Muslim, Isra Miraj adalah pengingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, dan bahwa melalui iman, seseorang dapat mencapai ketinggian spiritual yang luar biasa.
Isra Miraj dalam Kehidupan Umat Islam Kini
Meskipun peristiwa Isra Miraj terjadi berabad-abad yang lalu, relevansi dan pengaruhnya dalam kehidupan umat Islam tidak pernah pudar. Setiap kali kita memperingati atau mempelajari kembali kisah ini, kita diajak untuk merenungkan makna-makna mendalamnya dan mengaplikasikan pelajaran-pelajaran berharga dalam kehidupan sehari-hari.
1. Refleksi dan Penguatan Iman
Isra Miraj berfungsi sebagai momen refleksi tahunan bagi umat Islam untuk menguatkan kembali keimanan mereka. Kisah ini mengingatkan kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang tak terbatas, yang mampu menciptakan segala sesuatu di luar batas pemahaman manusia. Dengan merenungkan mukjizat ini, seorang Muslim diajak untuk memperbarui keyakinannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan hari akhir.
Ini adalah kesempatan untuk memandang kembali realitas dunia yang seringkali membatasi pandangan kita, dan meluaskan cakrawala spiritual kita menuju keagungan alam ghaib yang nyata.
2. Evaluasi Kualitas Salat
Karena perintah salat adalah inti dari Miraj, peringatan Isra Miraj secara alami mendorong umat Islam untuk mengevaluasi kualitas salat mereka. Apakah salat kita sudah khusyuk? Apakah kita menunaikannya tepat waktu? Apakah kita memahami makna bacaan-bacaan salat? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting untuk memastikan bahwa ibadah salat kita benar-benar menjadi tiang agama yang kokoh dalam hidup kita.
Salat adalah media komunikasi paling intim antara hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu, menjaganya berarti menjaga hubungan kita dengan Allah, yang merupakan sumber segala kekuatan dan ketenangan.
3. Memahami Pentingnya Jihad Spiritual
Konteks Amul Huzn di mana Isra Miraj terjadi mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Nabi Muhammad SAW tidak menyerah di tengah kesulitan, melainkan terus berjuang dan pada akhirnya mendapatkan anugerah ilahi. Ini adalah pelajaran tentang "jihad spiritual" – perjuangan melawan hawa nafsu, godaan dunia, dan kesulitan hidup dengan tetap berpegang teguh pada iman dan amal saleh.
Umat Islam diajak untuk mencontoh ketabahan Nabi dalam menghadapi tekanan dan kesedihan, dengan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti akan diikuti dengan kemudahan dari Allah SWT.
4. Menghargai dan Mempertahankan Masjidil Aqsa
Perjalanan Isra secara tegas menempatkan Masjidil Aqsa dalam hati umat Islam. Peringatan Isra Miraj mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk menghargai, menjaga, dan, jika memungkinkan, mengunjungi salah satu dari tiga masjid suci. Ini juga memicu kesadaran akan kondisi dan status Masjidil Aqsa saat ini, serta pentingnya persatuan umat dalam mempertahankan kesuciannya.
Masjidil Aqsa bukan sekadar bangunan, melainkan simbol sejarah kenabian dan warisan spiritual yang harus dilindungi.
5. Pesan Persatuan dan Universalitas Islam
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu di Masjidil Aqsa dan beliau menjadi imam bagi mereka adalah pesan kuat tentang persatuan risalah Ilahi dan universalitas Islam. Ini menunjukkan bahwa semua nabi membawa pesan tauhid yang sama. Islam adalah agama yang merangkul dan menyempurnakan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya.
Pelajaran ini mendorong umat Islam untuk memahami dan menghargai keragaman di antara para nabi, sambil tetap berpegang teguh pada prinsip dasar tauhid yang menyatukan mereka.
6. Motivasi untuk Menuntut Ilmu
Perjalanan Isra Miraj juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW mendapatkan pengetahuan yang sangat luas tentang alam semesta dan alam gaib. Ini bisa menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum, untuk memahami kebesaran Allah dan ciptaan-Nya.
Dengan ilmu, seseorang dapat lebih menghargai mukjizat-mukjizat Al-Qur'an dan Sunnah, serta melihat tanda-tanda kebesaran Allah di setiap aspek kehidupan.
7. Memperbarui Komitmen Dakwah
Setelah Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW kembali dengan semangat dan keyakinan baru untuk melanjutkan dakwah. Bagi umat Islam modern, ini adalah pengingat untuk memperbarui komitmen mereka dalam berdakwah, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Dakwah bukan hanya tugas ulama, melainkan tanggung jawab setiap Muslim sesuai dengan kapasitasnya.
Dengan semangat yang sama seperti Nabi setelah Miraj, umat Islam diharapkan dapat menjadi agen perubahan positif di masyarakat.
8. Menumbuhkan Rasa Syukur
Merenungkan betapa agungnya anugerah Isra Miraj kepada Nabi Muhammad SAW dan betapa mudahnya Allah SWT menjadikan salat dari 50 menjadi 5 waktu, seharusnya menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dalam diri setiap Muslim. Syukur atas nikmat Islam, nikmat iman, dan nikmat ibadah yang diberikan Allah.
Rasa syukur ini akan mendorong kita untuk lebih taat, lebih ikhlas, dan lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Penutup
Isra Miraj adalah puncak dari mukjizat kenabian, sebuah perjalanan yang melampaui batas-batas ruang dan waktu, menunjukkan kebesaran Allah SWT dan kedudukan mulia Nabi Muhammad SAW. Kisah ini bukan hanya sekadar narasi sejarah, melainkan sumber inspirasi yang tak berkesudahan bagi umat Islam di seluruh dunia. Dari pembedahan dada hingga penerimaan perintah salat, setiap tahapan dalam perjalanan ini sarat dengan hikmah dan pelajaran yang mendalam.
Di tengah Tahun Kesedihan, Allah memberikan penghiburan dan penguatan yang tak terhingga kepada Nabi-Nya, menegaskan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Peristiwa ini mengukuhkan keimanan Nabi, memperluas pemahamannya tentang alam semesta, dan mempersiapkannya untuk fase dakwah yang lebih besar.
Bagi kita, umat Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj adalah pengingat abadi akan pentingnya salat sebagai tiang agama dan penghubung kita dengan Sang Pencipta. Ini adalah panggilan untuk senantiasa menguatkan iman, bersabar dalam menghadapi cobaan, dan meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW. Semoga dengan merenungi kembali perjalanan agung ini, kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, demi meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran-Nya, serta menjadikan kita bagian dari umat yang senantiasa mencintai dan meneladani Nabi Muhammad SAW.