Dalam khazanah tata bahasa Arab (Nahwu dan Shorof), konsep Masdar (المصدر) menempati posisi sentral yang tidak tergantikan. Masdar seringkali diterjemahkan sebagai 'Infinitive' atau 'Verbal Noun' dalam bahasa Inggris, namun fungsinya jauh lebih mendalam daripada sekadar kata benda yang berasal dari kata kerja. Ia adalah sumber hakiki dari makna, esensi dari sebuah aksi atau kejadian, bebas dari batasan waktu (lampau, sekarang, atau masa depan) dan pelaku.
Memahami Masdar adalah kunci untuk membuka struktur morfologis bahasa Arab secara keseluruhan, terutama karena ia merupakan basis pembentukan sebagian besar derivasi kata kerja. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek Masdar, mulai dari definisi fundamental, klasifikasi, pola baku (Qiyasi), pola tak baku (Sama'i), hingga jenis-jenis turunannya yang spesifik.
Gambar 1: Masdar sebagai inti esensial yang menghubungkan Akar Kata dengan Kata Kerja.
Secara etimologis, kata Masdar (المصدر) berarti 'tempat keluarnya sesuatu' atau 'sumber'. Dalam konteks gramatikal (istilah), Masdar didefinisikan sebagai:
اِسْمُ يَدُلُّ عَلَى الْحَدَثِ مُجَرَّدًا عَنِ الزَّمَانِ وَالْفَاعِلِ
Artinya: Kata benda yang menunjukkan suatu kejadian (aksi) yang terlepas dari batasan waktu dan pelaku. Misalnya, kata كَتَبَ (kataba – menulis) memiliki tiga unsur: aksi menulis, waktu lampau, dan pelaku tersembunyi. Sementara Masdar-nya, كِتَابَةٌ (kitaabatun – penulisan), hanya mengandung unsur aksi menulis itu sendiri, tanpa indikasi kapan aksi itu terjadi atau siapa yang melakukannya.
Para ahli tata bahasa mazhab Bashrah meyakini bahwa Masdar adalah asal (أصل) dari segala macam turunan kata kerja (الأفعال) dan kata benda turunannya (المشتقات). Pendapat ini didasarkan pada fakta bahwa Masdar adalah entitas makna murni yang tidak terikat waktu, menjadikannya fondasi logis sebelum kata kerja yang terikat waktu terbentuk.
Meskipun Masdar berfungsi sebagai Isim (kata benda), ia memiliki hubungan erat dengan kata kerja (الفعل). Perbedaan utamanya terletak pada kemampuan Masdar untuk bertindak sebagai kata kerja dalam kalimat (beramal). Masdar bisa mengambil objek (maf'ul bih) atau subjek (fa'il) meskipun tetap berstatus kata benda.
Pembagian Masdar yang paling fundamental didasarkan pada apakah ia mengikuti pola timbangan baku (Wazan) atau tidak. Pembagian ini sangat bergantung pada jumlah huruf asal kata kerja (Tsulatsi – tiga huruf, atau Ruba'i, Khumasi, Sudasi – empat, lima, enam huruf).
Masdar Qiyasi adalah masdar yang pola pembentukannya telah ditetapkan dan mengikuti aturan baku (قاعدة). Jenis ini berlaku untuk kata kerja yang huruf asalnya lebih dari tiga (Ruba'i, Khumasi, Sudasi) dan untuk beberapa kasus spesifik Tsulatsi.
Pola Masdar untuk Fi'il Ruba'i (kata kerja empat huruf) adalah baku dan mudah dikenali. Terdapat empat wazan utama:
| No. | Wazan Fi'il Madhi | Wazan Masdar | Contoh Kata Kerja (Fi'il) | Contoh Masdar | Terjemah |
|---|---|---|---|---|---|
| 1 | أَفْعَلَ (Af’ala) | إِفْعَالٌ (If'aalun) | أَكْرَمَ (Akrama – Memuliakan) | إِكْرَامٌ (Ikraamun) | Pemuliaan |
| 2 | فَعَّلَ (Fa‘‘ala) | تَفْعِيْلٌ (Taf'iilun) | عَلَّمَ (Allama – Mengajar) | تَعْلِيْمٌ (Ta'liimun) | Pengajaran |
| 3 | فَاعَلَ (Faa'ala) | مُفَاعَلَةٌ (Mufaa'alatun) / فِعَالٌ (Fi'aalun) | قَاتَلَ (Qaatal – Berperang) | مُقَاتَلَةٌ (Muqaatalatun) | Peperangan |
| 4 | فَعْلَلَ (Fa'lala) (Untuk Ruba'i Mujarrad) | فَعْلَلَةٌ (Fa'lalatun) / فِعْلاَلٌ (Fi'laalun) | زَلْزَلَ (Zalzala – Mengguncang) | زَلْزَلَةٌ (Zalzalatan) | Guncangan |
Masdar untuk Khumasi (lima huruf) juga sepenuhnya Qiyasi. Pola pembentukannya cenderung didasarkan pada bentuk kata kerja Madhi (lampau) dengan modifikasi tertentu.
| No. | Wazan Fi'il Madhi | Wazan Masdar | Contoh Kata Kerja (Fi'il) | Contoh Masdar |
|---|---|---|---|---|
| 1 | اِنْفَعَلَ (Infa'ala) | اِنْفِعَالٌ (Infi'aalun) | اِنْكَسَرَ (Inkasara – Pecah) | اِنْكِسَارٌ (Inkisaarun) |
| 2 | اِفْتَعَلَ (Ifta'ala) | اِفْتِعَالٌ (Ifti'aalun) | اِجْتَمَعَ (Ijtama'a – Berkumpul) | اِجْتِمَاعٌ (Ijtimaa'un) |
| 3 | اِفْعَلَّ (If'alla) (Pola intensitas warna/cacat) | اِفْعِلَالٌ (If'ilaalun) | اِحْمَرَّ (Ihmarr – Merah) | اِحْمِرَارٌ (Ihmiraarun) |
| 4 | تَفَعَّلَ (Tafa''ala) | تَفَعُّلٌ (Tafa''ulun) | تَعَلَّمَ (Ta'allama – Belajar) | تَعَلُّمٌ (Ta'allumun) |
| 5 | تَفَاعَلَ (Tafaa'ala) | تَفَاعُلٌ (Tafaa'ulun) | تَبَادَلَ (Tabaadala – Bertukar) | تَبَادُلٌ (Tabaadulun) |
Jenis Masdar ini umumnya memiliki pola tunggal yang paling sering digunakan, berfokus pada permintaan atau pencarian.
| No. | Wazan Fi'il Madhi | Wazan Masdar | Contoh Kata Kerja (Fi'il) | Contoh Masdar |
|---|---|---|---|---|
| 1 | اِسْتَفْعَلَ (Istaf'ala) | اِسْتِفْعَالٌ (Istif'aalun) | اِسْتَغْفَرَ (Istaghfara – Memohon ampun) | اِسْتِغْفَارٌ (Istighfaarun) |
| 2 | اِفْعَوْعَلَ (If’aw’ala) (Jarang) | اِفْعِيْعَالٌ (If’ii’aalun) | اِعْشَوْشَبَ (I'shawsyaba – Menghijau) | اِعْشِيْشَابٌ (I'syii’aabun) |
Masdar Sama'i adalah masdar yang dibentuk dari kata kerja tiga huruf murni (Fi'il Tsulatsi Mujarrad). Pola Masdar untuk Tsulatsi Mujarrad sangat beragam dan tidak mengikuti satu aturan baku yang kaku. Pembentukannya harus dirujuk kembali pada kamus atau penggunaan yang dipraktekkan oleh penutur asli Arab (السماع). Meskipun Sama'i, para ahli Shorof telah mengidentifikasi beberapa kecenderungan pola yang sering muncul berdasarkan makna dasar kata kerja tersebut:
| Makna Dasar | Wazan Paling Umum | Contoh Masdar | Contoh Fi'il | Keterangan |
|---|---|---|---|---|
| Pergerakan/Getaran | فَعَلاَنٌ (Fa'alaanun) | غَلَيَانٌ (Ghalayaanun – Didihan) | غَلَى (Ghalaa – Mendidih) | Juga جَرَيَانٌ (Jaraayanun – Aliran) |
| Pekerjaan/Profesi | فِعَالَةٌ (Fi'aalatun) | تِجَارَةٌ (Tijaaratun – Perdagangan) | تَجَرَ (Tajara – Berdagang) | Juga زِرَاعَةٌ (Ziraa'atun – Pertanian) |
| Penyakit | فُعَالٌ (Fu'aalun) | صُدَاعٌ (Sudaa'un – Sakit kepala) | صَدَعَ (Sada'a – Memukul kepala) | Juga زُكَامٌ (Zukaamun – Flu) |
| Suara/Bunyi | فُعَالٌ (Fu'aalun) atau فَعِيْلٌ (Fa'iilun) | نُبَاحٌ (Nubaahun – Gonggongan) | نَبَحَ (Nabaha – Menggonggong) | Juga صَرِيْخٌ (Sariikhun – Teriakan) |
| Penolakan/Pengecualian | فِعَالٌ (Fi'aalun) | إِبَاءٌ (Ibaa'un – Penolakan) | أَبَى (Abaa – Menolak) | Digunakan untuk makna yang berlawanan. |
| Warna | فُعْلَةٌ (Fu'latun) | خُضْرَةٌ (Khudratun – Hijau) | خَضِرَ (Khadira – Menjadi hijau) | Pola jarang digunakan untuk warna primer. |
Meskipun Sama'i, Masdar Tsulatsi Mujarrad seringkali mengikuti pola tertentu berdasarkan harakat (vokal) dari huruf kedua (Ain Fi'il) pada bentuk Madhi dan Mudhari' (present):
1. Jika Fi'il Madhi berwazan فَعَلَ (Fa'ala) dan Mudhari' berwazan يَفْعُلُ (Yaf'ulu):
Masdar-nya paling sering berwazan فَعْلٌ (Fa'lun) atau فُعُوْلٌ (Fu'uulun).
| Fi'il Madhi | Fi'il Mudhari' | Masdar (Wazan Fa'lun) | Masdar (Wazan Fu'uulun) |
|---|---|---|---|
| نَصَرَ (Menolong) | يَنْصُرُ | نَصْرٌ (Pertolongan) | نُصُوْرٌ (Jarang) |
| قَعَدَ (Duduk) | يَقْعُدُ | قَعْدٌ | قُعُوْدٌ (Dudukan) |
| دَخَلَ (Masuk) | يَدْخُلُ | دَخْلٌ | دُخُوْلٌ (Pemasukan) |
2. Jika Fi'il Madhi berwazan فَعَلَ (Fa'ala) dan Mudhari' berwazan يَفْعِلُ (Yaf'ilu):
Masdar-nya paling sering berwazan فَعْلٌ (Fa'lun) atau فِعَالَةٌ (Fi'aalatun).
| Fi'il Madhi | Fi'il Mudhari' | Masdar (Wazan Fa'lun) | Masdar (Wazan Fi'aalun) |
|---|---|---|---|
| ضَرَبَ (Memukul) | يَضْرِبُ | ضَرْبٌ (Pukulan) | - |
| جَلَسَ (Duduk) | يَجْلِسُ | جَلْسٌ | جِلْسَةٌ (Sama'i lain) |
| رَجَعَ (Kembali) | يَرْجِعُ | رَجْعٌ | رُجُوْعٌ (Sama'i lain) |
3. Jika Fi'il Madhi berwazan فَعِلَ (Fa'ila) (Intransitif, menyatakan sifat/keadaan):
Masdar-nya paling sering berwazan فَعَلٌ (Fa'alun) atau فَعَالَةٌ (Fa'aalatun).
| Fi'il Madhi | Fi'il Mudhari' | Masdar (Wazan Fa'alun) | Masdar (Wazan Fu'uulah) |
|---|---|---|---|
| فَرِحَ (Senang) | يَفْرَحُ | فَرَحٌ (Kesukaan) | - |
| حَسُنَ (Baik) | يَحْسُنُ | - | حُسْنٌ (Kebaikan) |
Catatan Penting: Keragaman pola pada Tsulatsi Mujarrad (سماعي) adalah alasan mengapa pelajar bahasa Arab harus menghafal Masdar dari setiap kata kerja dasar secara terpisah. Tidak ada satu pun aturan tunggal yang dapat mencakup semua Masdar Tsulatsi Mujarrad.
Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif, penting untuk menguraikan secara rinci bagaimana Masdar terbentuk dari Tsulatsi Mazid (kata kerja tiga huruf yang mendapat imbuhan), yang sepenuhnya mengikuti pola Qiyasi. Pembahasan ini mencakup tiga kategori utama: Tambahan satu huruf, dua huruf, dan tiga huruf.
Masdar: إِفْعَالٌ (If'aalun). Pola ini sering digunakan untuk transitifitas (membuat objek melakukan sesuatu).
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar | Contoh Penggunaan |
|---|---|---|---|
| أَحْسَنَ (Berbuat baik) | إِحْسَانٌ | Perbuatan baik, kebaikan | إِحْسَانُهُ إِلَى الْفُقَرَاءِ (Kebaikan dia kepada fakir miskin) |
| أَرْسَلَ (Mengirim) | إِرْسَالٌ | Pengiriman | إِرْسَالُ الرِّسَالَةِ (Pengiriman surat) |
| أَخْرَجَ (Mengeluarkan) | إِخْرَاجٌ | Pengeluaran | إِخْرَاجُ الزَّكَاةِ (Pengeluaran zakat) |
| أَنْجَزَ (Menyelesaikan) | إِنْجَازٌ | Penyelesaian, prestasi | إِنْجَازُ الْمَهَامِّ (Penyelesaian tugas-tugas) |
| أَعْلَنَ (Mengumumkan) | إِعْلاَنٌ | Pengumuman, proklamasi | إِعْلاَنُ الْخَبَرِ (Pengumuman berita) |
| أَدْرَكَ (Mencapai, menyadari) | إِدْرَاكٌ | Pencapaian, kesadaran | إِدْرَاكُ الْحَقِيْقَةِ (Kesadaran akan kebenaran) |
| أَضَافَ (Menambahkan) | إِضَافَةٌ (Kasus Naqish) | Penambahan | إِضَافَةُ الْمَاءِ (Penambahan air) |
| أَقَامَ (Mendirikan) | إِقَامَةٌ (Kasus Ajwaf) | Pendirian, tinggal | إِقَامَةُ الصَّلاَةِ (Pendirian salat) |
| أَوْفَى (Memenuhi) | إِيْفَاءٌ (Kasus Naqish) | Pemenuhan | إِيْفَاءُ الْوَعْدِ (Pemenuhan janji) |
Masdar: تَفْعِيْلٌ (Taf'iilun). Pola ini sering menunjukkan pengulangan, intensitas, atau transitifitas.
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar | Contoh Penggunaan |
|---|---|---|---|
| قَدَّمَ (Menyajikan, memajukan) | تَقْدِيْمٌ | Penyajian, presentasi | تَقْدِيْمُ الْهَدِيَّةِ (Penyajian hadiah) |
| صَرَّحَ (Menyatakan) | تَصْرِيْحٌ | Pernyataan, izin | تَصْرِيْحٌ رَسْمِيٌّ (Pernyataan resmi) |
| رَتَّبَ (Mengatur) | تَرْتِيْبٌ | Pengaturan, susunan | تَرْتِيْبُ الْمَوَاعِيْدِ (Pengaturan janji) |
| فَهَّمَ (Memahamkan) | تَفْهِيْمٌ | Pemahaman (aksi memahamkan) | تَفْهِيْمُ الْمَسْأَلَةِ (Pemahaman masalah) |
| جَرَّبَ (Mencoba) | تَجْرِيْبٌ | Percobaan, eksperimen | تَجْرِيْبُ الطَّرِيْقَةِ (Percobaan metode) |
| كَرَّرَ (Mengulang) | تَكْرَارٌ | Pengulangan | تَكْرَارُ الْكَلِمَاتِ (Pengulangan kata-kata) |
| زَكَّى (Membersihkan) | تَزْكِيَةٌ (Kasus Naqish) | Pembersihan, rekomendasi | تَزْكِيَةُ النَّفْسِ (Pembersihan jiwa) |
Masdar: مُفَاعَلَةٌ (Mufaa'alatun) dan/atau فِعَالٌ (Fi'aalun). Pola ini sering menunjukkan interaksi timbal balik (مشاركة).
| Fi'il Madhi | Masdar Utama (Mufaa'alatun) | Masdar Alternatif (Fi'aalun) | Makna Masdar |
|---|---|---|---|
| نَاقَشَ (Berdiskusi) | مُنَاقَشَةٌ | - | Diskusi, perdebatan |
| جَادَلَ (Berdebat) | مُجَادَلَةٌ | جِدَالٌ | Perdebatan |
| قَاتَلَ (Berperang) | مُقَاتَلَةٌ | قِتَالٌ | Peperangan, pertempuran |
| شَارَكَ (Berpartisipasi) | مُشَارَكَةٌ | - | Partisipasi |
| عَاوَنَ (Saling membantu) | مُعَاوَنَةٌ | - | Bantuan, kolaborasi |
Masdar Khumasi memiliki keterkaitan erat dengan bentuk kata kerja Madhi, seringkali dibentuk dengan menambah alif sebelum huruf terakhir dan mendhommahkan (u) huruf sebelum alif, sambil mematahkan (i) huruf ketiga.
Masdar: اِنْفِعَالٌ (Infi'aalun)
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar |
|---|---|---|
| اِنْقَطَعَ (Terputus) | اِنْقِطَاعٌ | Keterputusan |
| اِنْفَجَرَ (Meledak) | اِنْفِجَارٌ | Ledakan |
Masdar: اِفْتِعَالٌ (Ifti'aalun)
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar |
|---|---|---|
| اِجْتِهَادٌ (Bekerja keras) | اِجْتِهَادٌ | Kerja keras, ijtihad |
| اِعْتَرَفَ (Mengakui) | اِعْتِرَافٌ | Pengakuan |
Masdar: تَفَعُّلٌ (Tafa‘‘ulun)
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar |
|---|---|---|
| تَحَسَّنَ (Membaik) | تَحَسُّنٌ | Perbaikan |
| تَذَكَّرَ (Mengingat) | تَذَكُّرٌ | Pengingatan |
Masdar: تَفَاعُلٌ (Tafaa'ulun)
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar |
|---|---|---|
| تَعَاوَنَ (Saling tolong) | تَعَاوُنٌ | Tolong menolong, kerjasama |
| تَكَلَّمَ (Berbicara) | تَكَلُّمٌ | Pembicaraan |
Masdar: اِسْتِفْعَالٌ (Istif'aalun). Pola ini adalah yang paling umum di Sudasi, biasanya menambahkan makna mencari (طلب) atau menganggap (حسب).
| Fi'il Madhi | Masdar | Makna Masdar |
|---|---|---|
| اِسْتِقْبَالٌ (Menerima) | اِسْتِقْبَالٌ | Penerimaan |
| اِسْتَخْرَجَ (Mengeluarkan, mengekstrak) | اِسْتِخْرَاجٌ | Ekstraksi, pengeluaran |
| اِسْتَثْمَرَ (Berinvestasi) | اِسْتِثْمَارٌ | Investasi |
| اِسْتَعْمَلَ (Menggunakan) | اِسْتِعْمَالٌ | Penggunaan |
| اِسْتِفْهَمَ (Meminta pemahaman) | اِسْتِفْهَامٌ | Permintaan pemahaman, interogasi |
| اِسْتَشَارَ (Meminta nasihat) | اِسْتِشَارَةٌ (Kasus Ajwaf) | Nasihat, konsultasi |
Selain Masdar utama yang berfungsi sebagai verbal noun, terdapat jenis masdar yang berfungsi untuk memberikan rincian atau spesifikasi tambahan terkait aksi, seperti menunjukkan kuantitas atau cara pelaksanaan.
Masdar Mimi adalah Masdar yang diawali dengan huruf ميم (Mim) tambahan, dan biasanya memiliki makna yang sama persis dengan Masdar aslinya, namun dibentuk dengan pola Isim Zaman (kata benda waktu) atau Isim Makan (kata benda tempat).
1. Dari Fi'il Tsulatsi Mujarrad: Masdar Mimi umumnya berwazan مَفْعَلٌ (Maf’alun) atau مَفْعِلٌ (Maf’ilun). Jika kata kerja dimulai dengan huruf Illat (Wawu atau Ya’), ia sering berwazan مَفْعِلٌ.
| Fi'il | Masdar Biasa | Masdar Mimi | Makna |
|---|---|---|---|
| وَعَدَ (Berjanji) | وَعْدٌ | مَوْعِدٌ (Maw'idun) | Janji |
| طَلَبَ (Meminta) | طَلَبٌ | مَطْلَبٌ (Matlabun) | Permintaan |
| قَامَ (Berdiri) | قِيَامٌ | مَقَامٌ (Maqaamun) | Kedudukan/berdiri |
2. Dari Fi'il Mazid (Ruba'i ke atas): Masdar Mimi mengikuti pola Isim Maf'ul (objek) atau Isim Zaman/Makan, yaitu dengan mengganti huruf Mudhari'ah dengan Mim yang didhommahkan (مُـ) dan memfatahkan huruf sebelum akhir.
| Fi'il | Masdar Biasa | Masdar Mimi | Makna |
|---|---|---|---|
| اِسْتَغْفَرَ (Memohon ampun) | اِسْتِغْفَارٌ | مُسْتَغْفَرٌ (Mustaghfarun) | Permohonan ampun |
| اِجْتَمَعَ (Berkumpul) | اِجْتِمَاعٌ | مُجْتَمَعٌ (Mujtama'un) | Perkumpulan |
Masdar Mimi sangat penting dalam teks-teks klasik karena fleksibilitasnya. Contoh: مَصِيرُ (Mashiirun) yang berarti 'nasib' atau 'tempat kembali' juga merupakan Masdar Mimi dari kata kerja صَارَ (Saara – menjadi/kembali).
Masdar Marrah menunjukkan bahwa aksi tersebut terjadi hanya satu kali. Dalam bahasa Indonesia, ini setara dengan frasa 'satu kali...'.
1. Dari Fi'il Tsulatsi Mujarrad: Selalu berwazan فَعْلَةٌ (Fa'latun).
| Fi'il | Masdar Marrah | Terjemah |
|---|---|---|
| ضَرَبَ (Memukul) | ضَرْبَةٌ (Dharbatun) | Satu kali pukulan |
| أَكَلَ (Makan) | أَكْلَةٌ (Aklatun) | Satu kali makan |
| نَظَرَ (Melihat) | نَظْرَةٌ (Nadzratun) | Satu kali lihat, pandangan sekilas |
Pengecualian: Jika Masdar aslinya sudah berakhiran Ta' Marbuthah (misalnya رَحْمَةٌ), maka Masdar Marrah-nya tetap sama, dan untuk membedakannya harus ditambahkan sifat وَاحِدَةٌ (waahidatun) – satu. Contoh: رَحْمَةٌ وَاحِدَةٌ (satu kali rahmat).
2. Dari Fi'il Mazid (Ruba'i ke atas): Dibentuk dengan menambahkan Ta' Marbuthah (ـةٌ) di akhir Masdar Qiyasi-nya.
| Masdar Qiyasi | Masdar Marrah | Terjemah |
|---|---|---|
| إِكْرَامٌ (If'aalun) | إِكْرَامَةٌ (Ikraamatun) | Satu kali pemuliaan |
| اِسْتِغْفَارٌ (Istif'aalun) | اِسْتِغْفَارَةٌ (Istighfaaratun) | Satu kali permohonan ampun |
Masdar Hai'ah menunjukkan cara atau gaya dilakukannya suatu aksi. Ia menggambarkan kualitatif dari tindakan tersebut.
1. Dari Fi'il Tsulatsi Mujarrad: Selalu berwazan فِعْلَةٌ (Fi'latun).
| Fi'il | Masdar Hai'ah | Terjemah |
|---|---|---|
| جَلَسَ (Duduk) | جِلْسَةٌ (Jilsatun) | Cara duduk (gaya) |
| مَشَى (Berjalan) | مِشْيَةٌ (Misyatun) | Cara berjalan (gaya) |
| مَاتَ (Mati) | مِيتَةٌ (Miitatun) | Cara kematian |
2. Dari Fi'il Mazid: Masdar Hai'ah tidak memiliki pola baku yang baku dari Mazid; ia dibentuk dengan Masdar biasa yang disifati (di-idhafahkan atau disifati dengan kata sifat) untuk menunjukkan gaya.
Contoh: إِكْرَامٌ اَلْأَمِيْرِ (Pemuliaan seperti seorang pangeran).
Masdar Sina'i adalah kata benda abstrak yang dibentuk dari kata benda biasa (إسم الجامد) atau Masdar lain, dengan menambahkan Ya' Nisbah (ـِيّ) dan Ta' Marbuthah (ـَة) untuk menunjukkan kualitas atau abstraksi. Maknanya adalah 'keadaan menjadi' atau 'kualitas dari'.
| Kata Dasar | Masdar Sina'i | Makna |
|---|---|---|
| حُرٌّ (Bebas) | حُرِّيَّةٌ (Hurriyyatun) | Kebebasan |
| إِنْسَانٌ (Manusia) | إِنْسَانِيَّةٌ (Insaaniyyatun) | Kemanusiaan |
| جَاهِلٌ (Bodoh) | جَاهِلِيَّةٌ (Jaahiliyyatun) | Kebodohan (era jahiliyah) |
Salah satu aspek paling rumit namun penting dari Masdar adalah kemampuannya untuk beramal (عمل المصدر), yaitu bertindak dalam kalimat layaknya kata kerja asalnya. Karena Masdar mengandung makna kejadian tanpa batasan waktu, ia dapat mempengaruhi kata benda di sekitarnya, menjadikannya subjek (Fa’il) atau objek (Maf’ul Bih).
Masdar beramal penuh (yaitu, dapat mengangkat Fa’il dan menashabkan Maf’ul Bih) jika memenuhi salah satu dari tiga syarat berikut:
Ini adalah bentuk yang paling sering digunakan. Masdar di-idhafahkan kepada Fa’il-nya (pelaku) atau Maf’ul-nya (objek).
أَعْجَبَنِيْ ضَرْبُ زَيْدٍ عَمْرًا
Saya kagum dengan pukulan (aksi memukul) Zaid terhadap Amr.
(ضَرْبُ adalah Masdar, زَيْدٍ adalah Fa’il (pelaku) secara makna, عَمْرًا adalah Maf’ul Bih (objek) yang dinashabkan).
أَعْجَبَنِيْ ضَرْبُ عَمْرٍو زَيْدٌ
Saya kagum dengan pukulan (aksi memukul) terhadap Amr yang dilakukan Zaid.
(ضَرْبُ adalah Masdar, عَمْرٍو adalah Maf’ul (objek) secara makna, زَيْدٌ adalah Fa’il (pelaku) yang dirafa’kan).
Masdar yang diawali dengan Alif Lam dapat beramal tanpa perlu Idhafah, dan Fa’il-nya biasanya di-rafa’kan (dhommah) dan Maf’ul-nya di-nashabkan (fathah).
أَعْجَبَنِيْ الضَّرْبُ زَيْدٌ عَمْرًا
Saya kagum dengan pukulan Zaid terhadap Amr.
Masdar yang bertanwin (tanpa Alif Lam dan tanpa Idhafah) dapat beramal, dan ia seringkali digunakan dalam konteks puisi atau bahasa formal.
أَعْجَبَنِيْ ضَرْبٌ زَيْدٌ عَمْرًا
Saya kagum dengan suatu pukulan Zaid terhadap Amr.
Masdar yang tidak memiliki salah satu dari tiga kondisi di atas (misalnya, Masdar yang disifati atau Masdar yang berfungsi sebagai Isim biasa) tidak dapat beramal seperti kata kerja. Dalam kasus ini, ia hanya berfungsi sebagai kata benda abstrak murni.
اَلْكِتَابَةُ مُهِمَّةٌ
(Penulisan itu penting.) – Di sini اَلْكِتَابَةُ hanya menjadi mubtada’ (subjek nominal) biasa.
Untuk benar-benar menguasai Masdar, kita harus meninjau kasus-kasus spesifik yang melibatkan perubahan vokal dan huruf Illat (Wawu, Alif, Ya’) yang sangat khas dalam Shorof Arab. Perubahan ini dikenal sebagai Ilal (perubahan) dan Ibdaal (penggantian).
Jika Fi'il Tsulatsi adalah Ajwaf, Masdarnya sering kali berwazan فَعْلٌ, namun huruf Illat akan dikembalikan ke asal atau dihapus.
| Fi'il Madhi | Huruf Illat | Masdar | Keterangan |
|---|---|---|---|
| قَالَ (Qoola – Berkata) | Wawu | قَوْلٌ (Qawlun) | Wawu kembali ke asalnya. |
| بَاعَ (Baa'a – Menjual) | Ya' | بَيْعٌ (Bay'un) | Ya' kembali ke asalnya. |
| نَامَ (Naama – Tidur) | Wawu | نَوْمٌ (Nawmun) | Wawu kembali ke asalnya. |
Masdar dari Fi'il Naqish (akhir Illat) cenderung memiliki pola فَعْلٌ atau فَعْوٌ, atau mengikuti pola-pola Sama'i lainnya.
| Fi'il Madhi | Masdar | Keterangan |
|---|---|---|
| رَمَى (Ramy – Melempar) | رَمْيٌ (Ramyun) | Masdarnya mengikuti pola asal. |
| دَعَا (Da'a – Mengajak) | دَعْوَةٌ (Da'watun) | Berakhir ta' marbuthah. |
| هَدَى (Hadaa – Memberi petunjuk) | هُدًى (Hudan) | Masdar seringkali tanpa alif lam. |
Ketika Masdar Qiyasi dibentuk dari kata kerja yang mengandung huruf Illat, sering terjadi penghilangan atau pergantian huruf untuk kelancaran pelafalan.
Wazan Masdar asli adalah إِفْعَالٌ (If'aalun). Jika Ain Fi'il adalah huruf Illat, maka huruf Illat tersebut diubah menjadi Hamzah atau dihapus dan diganti dengan Ta' Marbuthah.
Contoh: أَقَامَ (Aqaama). Jika mengikuti aturan, Masdarnya adalah إِقْوَامٌ (iqwaamun). Namun, karena dua huruf mati (alif) bertemu, wawu dihilangkan dan diganti Ta' Marbuthah: إِقَامَةٌ (Iqaamatun – Pendirian).
Sama seperti di atas, Masdar diubah menjadi اِسْتِفْعَالَةٌ (Istif’aalatun).
Contoh: اِسْتَقَامَ (Istaqaama). Masdar-nya adalah اِسْتِقَامَةٌ (Istiqoomatun – Keteguhan/Istiqomah).
Masdar sering muncul sebagai Objek Absolut (المفعول المطلق). Dalam fungsi ini, Masdar ditarik (dinashabkan) dan memiliki tiga kegunaan utama:
كَلَّمْتُهُ تَكْلِيْمًا
Saya benar-benar berbicara dengannya (penekanan kuat).
سِرْتُ سَيْرَ الْمُجْتَهِدِيْنَ
Saya berjalan dengan cara jalan orang-orang yang bersungguh-sungguh.
ضَرَبْتُهُ ضَرْبَةً
Saya memukulnya satu kali pukulan.
Peran Masdar sebagai sumber utama derivasi kata menunjukkan pentingnya ia dalam morfologi Arab. Dari Masdar-lah berbagai Isim Musytaq (kata benda turunan) dibentuk, yang mana masing-masing memiliki fungsi unik dalam kalimat.
Kata benda yang menunjukkan pelaku aksi. Masdar adalah asal maknanya.
| Masdar | Isim Fa'il | Makna |
|---|---|---|
| كِتَابَةٌ (Penulisan) | كَاتِبٌ (Penulis) | |
| اِسْتِغْفَارٌ (Permohonan ampun) | مُسْتَغْفِرٌ (Pemohon ampun) |
Kata benda yang menunjukkan objek yang dikenai aksi.
| Masdar | Isim Maf'ul | Makna |
|---|---|---|
| كِتَابَةٌ (Penulisan) | مَكْتُوْبٌ (Yang ditulis) | |
| اِسْتِخْرَاجٌ (Ekstraksi) | مُسْتَخْرَجٌ (Yang diekstrak) |
Menunjukkan waktu atau tempat terjadinya aksi, yang pola bentukannya mirip dengan Masdar Mimi.
| Masdar | Isim Zaman/Makan | Makna |
|---|---|---|
| دُخُوْلٌ (Pemasukan) | مَدْخَلٌ (Tempat masuk/waktu masuk) | |
| جُلُوْسٌ (Dudukan) | مَجْلِسٌ (Tempat duduk/majelis) |
Pemisahan makna antara Masdar Mimi, Isim Zaman, dan Isim Makan seringkali hanya dapat ditentukan melalui konteks kalimat. Jika kalimat merujuk pada aksi murni, ia adalah Masdar Mimi. Jika merujuk pada waktu atau tempat, ia adalah Isim Zaman/Makan.
Masdar bukan sekadar aturan gramatikal; ia adalah manifestasi linguistik dari konsep abstrak aksi. Dalam sintaksis Arab, Masdar memungkinkan penghematan kata yang luar biasa, menggantikan klausa kerja kompleks dengan satu kata benda yang padat makna, sambil tetap mempertahankan kemampuan kata kerja untuk beramal terhadap subjek dan objeknya.
Penguasaan Masdar, khususnya dalam membedakan antara pola Qiyasi yang terukur (untuk Mazid) dan pola Sama'i yang harus dihafal (untuk Mujarrad), merupakan pilar utama dalam studi Sharaf dan Nahwu. Dengan memahami Masdar secara mendalam, kita dapat menghargai keindahan dan presisi yang ditawarkan oleh tata bahasa Arab, di mana setiap derivasi kata (apakah itu pelaku, objek, tempat, atau cara) berakar kembali pada satu esensi makna tunggal: Masdar.
Keunikan Masdar dalam menggabungkan sifat kata benda (fleksibilitas dalam kasus I’rab: Rafa’, Nashab, Jar) dengan sifat kata kerja (kemampuan untuk mengatur Fa’il dan Maf’ul) menjadikannya topik yang tak pernah kering dieksplorasi. Ia adalah jembatan antara dunia abstraksi makna (kejadian tanpa waktu) dan dunia tata bahasa yang konkret.
-- والحمد لله رب العالمين --