Manajemen: Prinsip, Praktik, dan Keunggulan Organisasi
Manajemen merupakan disiplin ilmu yang fundamental dan krusial bagi kelangsungan hidup entitas apapun—baik korporasi multinasional, usaha kecil, lembaga nirlaba, hingga unit pemerintahan. Pada intinya, manajemen adalah seni dan ilmu dalam mencapai tujuan melalui orang lain, memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien. Konsep ini melampaui sekadar pengawasan; ia mencakup perencanaan visi masa depan, pengorganisasian struktur yang solid, memimpin tim menuju sasaran, dan mengendalikan kinerja untuk memastikan semuanya berjalan sesuai jalur yang ditetapkan.
Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas seluruh spektrum manajemen, mulai dari landasan teoritis, empat fungsi utama yang universal, penerapan di berbagai bidang fungsional, hingga tantangan strategis dan tren terkini di era transformasi digital. Pemahaman mendalam tentang manajemen adalah kunci untuk mengubah kekacauan menjadi keteraturan dan potensi menjadi realisasi nyata.
I. Fondasi dan Evolusi Manajemen
Definisi Universal Manajemen
Secara etimologi, manajemen (management) sering dikaitkan dengan kata ‘manage’ yang berasal dari bahasa Italia, maneggiare, yang berarti mengendalikan, terutama kuda. Dalam konteks modern, definisi manajemen yang paling diterima adalah proses sistematis yang melibatkan serangkaian fungsi (perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Efektivitas berkaitan dengan keberhasilan mencapai target, sementara efisiensi berkaitan dengan penggunaan sumber daya minimum untuk mencapai target tersebut.
Pentingnya Manajemen dalam Organisasi Modern
Manajemen berperan sebagai jembatan antara visi dan realitas. Tanpa manajemen yang solid, sumber daya akan terbuang sia-sia, konflik akan meningkat, dan tujuan tidak akan tercapai. Fungsi utamanya adalah:
Mencapai Tujuan Kelompok: Mengarahkan upaya individu agar selaras dengan tujuan besar organisasi.
Pemanfaatan Sumber Daya Optimal: Memastikan penggunaan sumber daya fisik, manusia, dan keuangan dimaksimalkan.
Mengurangi Biaya: Menerapkan efisiensi dalam setiap proses operasional.
Membentuk Lingkungan Kerja Dinamis: Mengadaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan eksternal.
Menyediakan Arah yang Jelas: Memberikan peta jalan yang jelas bagi setiap anggota tim.
Teori Evolusi Manajemen: Dari Klasik hingga Kontemporer
Manajemen bukanlah konsep statis; ia telah berevolusi seiring perubahan revolusi industri dan sosial. Memahami evolusi ini penting untuk mengapresiasi praktik manajemen saat ini:
A. Perspektif Klasik (Awal 1900-an)
Fokus utama adalah pada efisiensi produksi. Dua pilar utamanya adalah:
Manajemen Ilmiah (Frederick W. Taylor): Menekankan studi waktu dan gerakan, pemilihan karyawan secara ilmiah, dan pengawasan berbasis kinerja. Tujuannya adalah menemukan 'satu cara terbaik' untuk menyelesaikan pekerjaan.
Manajemen Administrasi (Henri Fayol): Mengembangkan 14 prinsip manajemen universal (seperti kesatuan komando, disiplin, dan hierarki). Fayol adalah orang pertama yang mendefinisikan lima fungsi dasar manajemen: merencanakan, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
B. Perspektif Perilaku (1920-an hingga 1950-an)
Menyadari bahwa faktor manusia lebih kompleks dari sekadar mesin. Studi Hawthorne (Elton Mayo) membuktikan bahwa perhatian sosial dan hubungan interpersonal memiliki dampak besar pada produktivitas.
C. Perspektif Kuantitatif
Menggunakan teknik matematika, statistik, dan model informasi untuk pengambilan keputusan. Ini menjadi dasar dari Ilmu Operasi (Operations Research) modern.
D. Perspektif Kontemporer
Pendekatan Sistem: Melihat organisasi sebagai sistem terbuka yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung, berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
Pendekatan Kontingensi: Menegaskan bahwa tidak ada satu pun cara manajemen yang terbaik; praktik yang optimal tergantung pada situasi dan variabel lingkungan (kontingensi) tertentu.
Alt Text: Diagram roda gigi yang menunjukkan Manajemen sebagai inti yang menghubungkan SDM, Teknologi, dan Proses untuk mencapai Tujuan Organisasi.
II. Empat Fungsi Inti Manajemen (POAC)
Terlepas dari jenis organisasi atau tingkat manajerial, pekerjaan manajer dapat dikategorikan menjadi empat fungsi universal yang dikenal sebagai POAC (Planning, Organizing, Leading, Controlling).
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi dasar di mana manajer menentukan tujuan dan cara terbaik untuk mencapainya. Ini melibatkan penentuan arah, alokasi sumber daya, dan pengembangan strategi. Perencanaan adalah proses intelektual yang membutuhkan pemikiran proaktif daripada reaktif.
A. Jenis-Jenis Perencanaan
Perencanaan Strategis: Dilakukan oleh manajemen puncak, berfokus pada tujuan jangka panjang (3-5 tahun) dan posisi organisasi di pasar.
Perencanaan Taktis: Dilakukan oleh manajemen menengah, berfokus pada implementasi strategi, mencakup jangka waktu 1-2 tahun.
Perencanaan Operasional: Dilakukan oleh manajemen lini pertama, berfokus pada aktivitas harian, mingguan, atau bulanan yang spesifik.
B. Kerangka Kerja Perencanaan Strategis
Salah satu alat perencanaan yang paling efektif adalah Management by Objectives (MBO) yang dipopulerkan oleh Peter Drucker, di mana manajer dan karyawan bersama-sama menetapkan tujuan, merencanakan tindakan, dan meninjau kemajuan. Selain itu, perencanaan yang kuat harus melibatkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk memahami posisi internal dan eksternal.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah rencana ditetapkan, langkah berikutnya adalah Pengorganisasian, yaitu proses penugasan tugas, pengelompokan pekerjaan menjadi departemen, pendelegasian otoritas, dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian menciptakan struktur, yang merupakan kerangka kerja formal di mana tugas dikelompokkan dan dikoordinasikan.
A. Elemen Kunci Struktur Organisasi
Spesialisasi Kerja: Sejauh mana tugas dibagi-bagi menjadi pekerjaan terpisah.
Departementalisasi: Dasar pengelompokan pekerjaan (berdasarkan fungsi, produk, geografis, atau pelanggan).
Rantai Komando: Garis wewenang yang tidak terputus dari puncak organisasi ke garis bawah, memperjelas siapa melapor kepada siapa.
Rentang Kendali (Span of Control): Jumlah bawahan yang dapat dikelola oleh seorang manajer secara efektif.
Sentralisasi vs Desentralisasi: Sejauh mana pengambilan keputusan terpusat di tingkat puncak atau didelegasikan ke tingkat yang lebih rendah.
B. Desain Organisasi Kontemporer
Di era modern, organisasi sering mengadopsi struktur yang lebih datar dan fleksibel, seperti struktur tim, struktur matriks (menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk), atau organisasi tanpa batas (boundaryless organization) yang mengandalkan kemitraan dan teknologi.
3. Kepemimpinan/Pengarahan (Leading/Directing)
Fungsi Kepemimpinan adalah tentang memotivasi karyawan, mengarahkan aktivitas orang lain, memilih saluran komunikasi yang efektif, dan menyelesaikan konflik. Ini adalah fungsi yang paling berorientasi pada manusia dalam manajemen, di mana manajer bertindak sebagai pemimpin, motivator, dan komunikator.
A. Teori Motivasi Karyawan
Manajer menggunakan berbagai teori untuk memahami dan memotivasi tim mereka:
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow: Kebutuhan manusia disusun dalam piramida (fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, aktualisasi diri). Manajer harus mengidentifikasi tingkat kebutuhan yang belum terpenuhi.
Teori Dua Faktor Herzberg: Membedakan antara faktor Higiene (yang mencegah ketidakpuasan, seperti gaji dan kondisi kerja) dan Motivator (yang menghasilkan kepuasan, seperti prestasi dan pengakuan).
Teori X dan Teori Y McGregor: Teori X mengasumsikan karyawan tidak suka bekerja dan perlu dipaksa; Teori Y mengasumsikan karyawan menyukai pekerjaan dan mencari tanggung jawab. Pendekatan modern cenderung menggunakan Teori Y.
B. Gaya Kepemimpinan
Tidak ada satu gaya kepemimpinan yang sempurna. Efektivitas bergantung pada situasi (pendekatan kontingensi). Gaya umum meliputi Otokratis (manajer membuat keputusan sendiri), Demokratis (manajer melibatkan tim), dan Laissez-Faire (manajer memberikan kebebasan penuh).
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajerial untuk memantau kinerja organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan. Ini memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai rencana.
A. Proses Pengendalian Tiga Langkah
Penetapan Standar Kinerja: Standar harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART). Standar ini bisa berupa metrik keuangan, kualitas, atau kepuasan pelanggan.
Pengukuran Kinerja Aktual: Mengumpulkan data dan mengukurnya (melalui laporan, audit, atau observasi).
Membandingkan dan Mengambil Tindakan Korektif: Membandingkan kinerja aktual dengan standar. Jika terjadi deviasi signifikan, manajer harus menentukan apakah standar perlu diubah, atau tindakan korektif perlu diambil terhadap kinerja.
B. Jenis Pengendalian
Pengendalian Umpan Balik (Feedback Control): Dilakukan setelah aktivitas selesai (misalnya, laporan laba rugi).
Pengendalian Peringatan Dini (Concurrent Control): Dilakukan saat aktivitas sedang berlangsung (misalnya, pengawasan langsung di lini produksi).
Pengendalian Preventif (Feedforward Control): Dilakukan sebelum aktivitas dimulai untuk mencegah masalah (misalnya, inspeksi bahan baku).
Alt Text: Diagram siklus yang menggambarkan empat fungsi manajemen inti: Perencanaan, Pengorganisasian, Kepemimpinan, dan Pengendalian yang berputar dalam lingkaran.
III. Bidang Manajemen Fungsional: Spesialisasi Organisasi
Manajemen tingkat menengah dan operasional berfokus pada fungsi spesifik yang vital bagi kegiatan operasional sehari-hari. Empat area fungsional utama di setiap organisasi besar adalah sumber daya manusia, operasi, keuangan, dan pemasaran.
1. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Manajemen SDM adalah disiplin yang berfokus pada rekrutmen, pengembangan, motivasi, dan pemeliharaan sumber daya manusia dalam organisasi. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa organisasi memiliki orang yang tepat di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
A. Proses Kunci SDM yang Mendalam
Perencanaan SDM: Memperkirakan kebutuhan SDM di masa depan dan melakukan analisis pekerjaan (Job Analysis) untuk mendefinisikan tanggung jawab dan kualifikasi.
Perekrutan dan Seleksi: Mencari kandidat (internal/eksternal) dan menggunakan metode seleksi yang valid (wawancara terstruktur, tes kemampuan, assessment center) untuk memilih yang terbaik.
Pelatihan dan Pengembangan: Melatih karyawan baru (orientasi) dan mengembangkan karyawan yang ada untuk memenuhi tantangan masa depan (reskilling dan upskilling).
Manajemen Kinerja: Menetapkan standar, memberikan umpan balik berkelanjutan, dan melakukan evaluasi formal (misalnya, menggunakan metode 360 derajat).
Kompensasi dan Tunjangan: Mendesain sistem penggajian dan insentif yang adil dan kompetitif, termasuk tunjangan kesehatan dan pensiun.
Hubungan Industrial: Mengelola hubungan antara manajemen dan karyawan, termasuk penanganan keluhan dan negosiasi serikat pekerja.
Tantangan terbesar SDM saat ini adalah mengelola keragaman tenaga kerja, memastikan inklusivitas, dan mengintegrasikan teknologi HRIS (Human Resource Information Systems) untuk efisiensi administrasi.
2. Manajemen Operasi (Operations Management)
Manajemen Operasi berfokus pada desain dan pengelolaan produk atau jasa yang efisien. Ini adalah inti dari kegiatan mengubah input (bahan baku, tenaga kerja, informasi) menjadi output (produk atau jasa).
A. Cakupan dan Metodologi Operasi
Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management - SCM): Mengelola aliran barang, jasa, dan informasi dari pemasok hingga pelanggan akhir. SCM yang efisien adalah kunci untuk mengurangi biaya inventaris dan meningkatkan kecepatan pasar.
Manajemen Kualitas (Quality Management): Memastikan produk atau jasa memenuhi standar yang ditetapkan. Konsep seperti Total Quality Management (TQM) dan Six Sigma digunakan untuk mencapai hampir tanpa cacat dalam proses.
Desain Proses dan Tata Letak: Menentukan cara proses produksi dilakukan dan mengatur fisik fasilitas untuk meminimalkan waktu tunggu dan pergerakan yang tidak perlu.
Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dan Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP): Sistem IT canggih yang digunakan untuk memastikan sumber daya yang tepat tersedia pada waktu yang tepat.
Konsep Lean: Filosofi yang bertujuan menghilangkan semua jenis pemborosan (muda) dalam proses, sehingga hanya menciptakan nilai bagi pelanggan.
3. Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran berfokus pada identifikasi kebutuhan pelanggan, pengembangan produk yang memuaskan kebutuhan tersebut, dan penetapan harga, promosi, serta distribusi yang efektif. Ini adalah jembatan antara organisasi dan pasar.
A. Strategi Inti Pemasaran
Segmentasi, Penargetan, dan Pemosisian (STP): Mengidentifikasi kelompok pelanggan spesifik (segmentasi), memilih kelompok mana yang akan dilayani (penargetan), dan menciptakan citra unik produk di benak pelanggan (pemosisian).
Bauran Pemasaran (Marketing Mix - 4P):
Product: Fitur, kualitas, merek, dan layanan.
Price: Harga jual, diskon, dan syarat pembayaran.
Place (Distribusi): Saluran distribusi, logistik, dan lokasi.
Promotion: Iklan, penjualan personal, hubungan masyarakat, dan pemasaran digital.
Pemasaran Relasional: Fokus membangun hubungan jangka panjang yang kuat dengan pelanggan (Customer Relationship Management - CRM).
4. Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan dan penggunaan dana organisasi. Manajer keuangan bertanggung jawab atas keputusan investasi, pembiayaan, dan dividen.
A. Tugas Vital Manajer Keuangan
Perencanaan Keuangan: Meramalkan kebutuhan dana di masa depan dan menyusun anggaran operasional (budgeting).
Pengambilan Keputusan Investasi (Capital Budgeting): Menentukan proyek mana (aset jangka panjang) yang harus didanai, berdasarkan analisis risiko dan pengembalian.
Keputusan Pendanaan (Financing): Menentukan struktur modal yang optimal—kombinasi hutang dan ekuitas (pinjaman vs. modal sendiri).
Manajemen Modal Kerja: Mengelola aset dan kewajiban jangka pendek (kas, persediaan, piutang) untuk memastikan likuiditas dan solvabilitas.
Analisis Keuangan: Menggunakan rasio keuangan (likuiditas, profitabilitas, leverage) untuk mengukur kesehatan dan kinerja organisasi.
IV. Manajemen Strategis: Merumuskan Arah Jangka Panjang
Manajemen Strategis adalah proses yang komprehensif dan berkelanjutan yang melibatkan perumusan, implementasi, dan evaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Ini adalah fungsi utama dari manajemen puncak.
1. Proses Manajemen Strategis Enam Langkah
Proses ini memastikan organisasi tetap relevan dan kompetitif di pasar:
Mengidentifikasi Misi, Visi, dan Tujuan: Mendefinisikan keberadaan organisasi (Misi), apa yang ingin dicapai (Visi), dan hasil yang spesifik (Tujuan).
Melakukan Analisis Eksternal: Memeriksa lingkungan makro (PESTEL: Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan, Hukum) dan lingkungan industri (Lima Kekuatan Porter: Ancaman pendatang baru, daya tawar pembeli, daya tawar pemasok, ancaman substitusi, persaingan industri).
Melakukan Analisis Internal: Mengidentifikasi sumber daya unik, kemampuan inti (core competence), dan keunggulan kompetitif organisasi.
Merumuskan Strategi: Mengembangkan strategi di tingkat Korporat (misalnya, diversifikasi), Unit Bisnis (misalnya, diferensiasi atau kepemimpinan biaya), dan Fungsional.
Mengimplementasikan Strategi: Mengalokasikan sumber daya, memodifikasi struktur, dan mengembangkan budaya organisasi yang mendukung strategi baru.
Mengevaluasi Hasil: Mengukur kinerja, meninjau kembali asumsi, dan melakukan penyesuaian (pengendalian strategis).
2. Strategi Tingkat Korporat
Ini berfokus pada industri atau pasar mana yang akan dimasuki organisasi. Pilihan utama meliputi:
Strategi Pertumbuhan: Meningkatkan operasi (misalnya, integrasi vertikal, diversifikasi produk, ekspansi pasar).
Strategi Stabilitas: Mempertahankan ukuran saat ini, terutama di lingkungan yang stabil atau dalam fase konsolidasi.
Strategi Pembaruan (Renewal): Digunakan ketika kinerja menurun, bisa berupa strategi penghematan (retrenchment) atau strategi putar balik (turnaround) yang lebih agresif.
3. Menciptakan Keunggulan Kompetitif
Menurut Michael Porter, keunggulan kompetitif utama dapat dicapai melalui tiga strategi generik:
Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership): Menjadi produsen biaya terendah dalam industri.
Diferensiasi (Differentiation): Menawarkan produk atau layanan yang dianggap unik oleh pelanggan.
Fokus (Focus): Melayani segmen pasar yang sempit (bisa fokus biaya atau fokus diferensiasi).
Alt Text: Ilustrasi pegunungan (tujuan) dan seseorang yang melihat melalui teleskop (manajemen strategis) untuk merencanakan arah ke depan.
V. Tantangan dan Tren Manajemen Kontemporer
Manajemen di abad ke-21 dihadapkan pada kecepatan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Manajer harus menjadi adaptif, berorientasi teknologi, dan sadar global. Berikut adalah beberapa tren dan tantangan utama yang mendefinisikan manajemen saat ini:
1. Transformasi Digital dan Big Data
Adopsi teknologi digital telah mengubah cara organisasi dioperasikan. Manajer harus menguasai alat digital, mengelola keamanan siber, dan yang paling penting, memanfaatkan Big Data dan analitik untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Keputusan yang didorong oleh data (data-driven decisions) menggantikan intuisi semata, meningkatkan akurasi perencanaan dan pengendalian.
Manajemen Inovasi: Diperlukan fokus pada manajemen inovasi, yaitu proses mendorong, mengelola, dan mengkomersialkan ide-ide baru. Ini memerlukan budaya yang toleran terhadap risiko dan kegagalan yang dipelajari.
2. Manajemen Perubahan (Change Management)
Perubahan adalah konstan. Manajer harus ahli dalam manajemen perubahan, yang merupakan proses terstruktur untuk memastikan bahwa perubahan diimplementasikan secara lancar dan berkelanjutan, sambil meminimalkan penolakan dari karyawan.
A. Sumber Penolakan Terhadap Perubahan
Ketidakpastian tentang masa depan (rasa takut akan hal yang tidak diketahui).
Kepentingan pribadi yang terancam.
Keyakinan bahwa perubahan itu tidak perlu atau tidak tepat.
Inersia kebiasaan dan kenyamanan zona aman.
Model manajemen perubahan (seperti Model 3 Langkah Lewin: Unfreeze, Change, Refreeze) memberikan kerangka kerja untuk mengatasi penolakan dan menanamkan perubahan baru ke dalam budaya organisasi.
3. Etika, Tanggung Jawab Sosial, dan Keberlanjutan
Ekspektasi publik terhadap organisasi telah meningkat secara dramatis. Manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemegang saham (shareholders) tetapi juga kepada pemangku kepentingan (stakeholders) yang lebih luas (karyawan, pelanggan, komunitas, lingkungan).
Etika Manajerial: Melibatkan penetapan kode etik, perlindungan pelapor (whistleblowers), dan pengambilan keputusan yang jujur dan adil.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR): Melakukan praktik bisnis yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dengan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Keberlanjutan (Sustainability): Mengelola organisasi sehingga kebutuhan saat ini dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
4. Manajemen Global dan Keragaman Budaya
Organisasi yang beroperasi di pasar global harus memahami kompleksitas manajemen lintas budaya. Manajer internasional harus sensitif terhadap perbedaan dalam norma kerja, gaya komunikasi, dan motivasi karyawan di berbagai negara.
Model Budaya Hofstede: Manajer menggunakan kerangka kerja seperti dimensi Hofstede (misalnya, Jarak Kekuasaan, Individualisme vs. Kolektivisme, Penghindaran Ketidakpastian) untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan dan komunikasi mereka.
Organisasi Tanpa Batas: Mengelola tim virtual yang tersebar di zona waktu dan budaya berbeda memerlukan keterampilan kepemimpinan digital yang tinggi dan ketergantungan pada komunikasi asinkron.
5. Agility dan Manajemen Proyek
Di lingkungan yang bergejolak, organisasi harus gesit (Agile). Ini berarti kemampuan untuk merespons dengan cepat dan fleksibel terhadap perubahan pasar. Metode manajemen yang mendukung Agility, seperti Scrum atau Kanban, semakin diadopsi di luar pengembangan perangkat lunak, termasuk dalam pemasaran dan operasional umum.
Manajemen Proyek: Kemampuan untuk mengelola proyek diskrit dari awal hingga akhir (inisiating, planning, executing, controlling, closing) menjadi kompetensi kunci, memastikan bahwa inovasi dan perubahan dapat disampaikan tepat waktu dan sesuai anggaran.
6. Pentingnya Visi dan Manajemen Diri
Pada akhirnya, manajemen modern menuntut manajer untuk memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi. Manajemen Diri, kemampuan untuk mengatur emosi, waktu, dan perilaku sendiri, adalah prasyarat untuk memimpin orang lain. Manajer harus terus belajar, beradaptasi, dan merawat visi jangka panjang mereka, sambil mempertahankan fokus operasional harian.
Disiplin manajemen, dengan seluruh kompleksitas dan fungsi yang saling terkait, tetap menjadi tulang punggung keberhasilan organisasi. Dari menentukan sasaran di ruang rapat eksekutif hingga memastikan efisiensi di lini produksi, prinsip-prinsip ini memberikan cetak biru yang diperlukan untuk mengarahkan sumber daya, mengatasi tantangan, dan menciptakan nilai yang berkelanjutan di pasar global yang semakin kompetitif.