Ikan makerel, spesies pelagis yang vital bagi ekosistem dan ekonomi perikanan dunia.
Makerel, atau seringkali disebut makarel, adalah salah satu kelompok ikan pelagis yang paling penting di dunia, baik dari sudut pandang ekologi, ekonomi, maupun gizi. Keberadaannya tersebar luas di perairan hangat hingga sedang, mengisi rantai makanan laut dan menjadi sumber protein utama bagi miliaran manusia. Ikan ini tidak hanya dikenal karena rasanya yang gurih, tetapi juga karena profil nutrisinya yang luar biasa, menjadikannya 'superfood' sejati dari lautan.
Dalam artikel yang komprehensif ini, kita akan menyelami setiap aspek dari ikan makerel. Dari klasifikasi biologis yang rumit, migrasi epik melintasi samudra, hingga perannya yang tak tergantikan dalam industri pengolahan makanan, terutama dalam bentuk kalengan yang populer di seluruh dunia. Kita akan membahas secara rinci manfaat kesehatan yang disediakannya—khususnya kekayaan asam lemak Omega-3—dan bagaimana praktik penangkapan yang berkelanjutan menjadi kunci untuk menjaga stok ikan ini bagi generasi mendatang. Makerel bukan hanya sekadar ikan; ia adalah komoditas global, warisan kuliner, dan penopang kesehatan masyarakat.
Untuk memahami pentingnya makerel, kita harus terlebih dahulu mengenalinya dalam konteks ilmiah. Makerel termasuk dalam famili Scombridae, yang juga mencakup tuna dan bonito. Famili ini dikenal dengan spesies ikan yang bergerak cepat, ramping, dan sebagian besar bersifat pelagis (hidup di kolom air terbuka, bukan di dasar laut).
Meskipun istilah ‘makerel’ digunakan secara umum, terdapat ratusan spesies yang berbeda. Beberapa yang paling signifikan secara komersial dan biologis meliputi:
Makerel adalah ikan yang dibangun untuk kecepatan dan efisiensi di lautan terbuka. Tubuhnya berbentuk fusiform (seperti torpedo), yang meminimalkan hambatan air saat berenang. Karakteristik kunci yang membedakannya termasuk:
Sebagian besar spesies makerel bersifat migratori. Mereka berpindah secara musiman untuk mencari makanan dan tempat berkembang biak. Migrasi ini seringkali melintasi batas-batas negara, yang memerlukan kerjasama internasional dalam pengelolaan perikanan. Pola migrasi umumnya melibatkan pergerakan ke utara pada musim panas untuk mencari makan di perairan yang kaya plankton, dan kembali ke perairan yang lebih dalam dan hangat pada musim dingin untuk kawin dan bertelur.
Kelompok ikan ini biasanya membentuk gerombolan (schooling) yang sangat besar. Perilaku gerombolan ini memberikan perlindungan dari predator seperti hiu, anjing laut, dan tuna yang lebih besar, dan juga meningkatkan efisiensi saat mencari makanan.
Omega-3 dalam makerel merupakan nutrisi krusial bagi kesehatan kardiovaskular.
Jika ada satu alasan mengapa makerel mendapatkan pengakuan global, itu adalah profil nutrisinya. Makerel diklasifikasikan sebagai ikan berminyak (oily fish), yang berarti jaringan tubuhnya mengandung minyak yang kaya lemak, berbeda dengan ikan kurus (lean fish) yang menyimpan lemak di hati (seperti ikan kod). Kekayaan lemak inilah yang menghasilkan manfaat kesehatan luar biasa.
Pusat perhatian nutrisi makerel adalah kandungan Asam Eicosapentaenoic (EPA) dan Asam Docosahexaenoic (DHA). Makerel, terutama makerel Atlantik, menempati peringkat teratas dalam kandungan Omega-3, seringkali melebihi salmon per porsi. EPA dan DHA adalah asam lemak esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia dalam jumlah memadai, sehingga harus diperoleh dari makanan. Perkiraan kandungan Omega-3 dalam 100 gram makerel dapat mencapai 2.5 gram, menjadikannya salah satu sumber paling terkonsentrasi di dunia.
Peran kedua asam lemak ini sangat luas. EPA dikenal memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat. Proses peradangan kronis adalah akar dari banyak penyakit modern, dan EPA membantu memoderasi respons imun tubuh. Sementara itu, DHA sangat vital bagi struktur sel otak dan retina mata. DHA merupakan komponen utama materi abu-abu di otak, menjadikannya krusial untuk perkembangan kognitif pada bayi dan fungsi otak yang sehat sepanjang hidup. Studi menunjukkan bahwa konsumsi rutin makerel dapat mengurangi risiko degenerasi makula terkait usia (AMD) dan mendukung memori.
Ketika lemak Omega-3 dikonsumsi, mereka diintegrasikan ke dalam membran sel tubuh. Ketika terjadi peradangan, mereka bersaing dengan asam lemak Omega-6 (yang cenderung pro-inflamasi) untuk diproses oleh enzim. Keseimbangan yang lebih baik antara Omega-3 dan Omega-6—yang dicapai dengan makan makerel—secara efektif menurunkan produksi molekul pemicu peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien, menggantinya dengan molekul resolvin dan protectin yang secara aktif membantu menyelesaikan peradangan. Ini memiliki implikasi besar dalam pencegahan penyakit autoimun, arthritis, dan asma.
Selain lemak sehat, makerel adalah gudang vitamin:
Makerel menyediakan protein berkualitas tinggi yang mudah dicerna, mengandung semua asam amino esensial. Selain itu, mineral penting yang terkandung meliputi:
Meskipun semua ikan mengandung beberapa jejak merkuri, makerel (terutama spesies Atlantik dan Kembung) adalah ikan yang relatif kecil dan memiliki umur pendek. Mereka berada di tingkat rantai makanan yang lebih rendah dibandingkan tuna sirip biru atau ikan todak. Ini berarti mereka mengakumulasi kadar merkuri yang jauh lebih rendah, menjadikannya pilihan yang sangat aman untuk konsumsi reguler, bahkan bagi wanita hamil dan anak-anak—kelompok yang paling membutuhkan DHA.
Makerel adalah komoditas perikanan yang luar biasa serbaguna. Ia dapat dijual segar, diasinkan, diasap, dibekukan, atau, yang paling umum, dikemas dalam kaleng. Sifat dagingnya yang berminyak memungkinkan makerel menahan proses pengolahan dengan baik, mempertahankan tekstur dan rasanya.
Keberlanjutan adalah isu krusial dalam perikanan makerel, menuntut pengelolaan kuota yang bijaksana.
Penangkapan makerel skala besar biasanya menggunakan metode pukat cincin (purse seining) atau pukat tarik (trawling). Metode ini efisien karena makerel bergerak dalam gerombolan besar. Namun, penangkapan yang berlebihan menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kelestarian stok ikan, terutama di wilayah Atlantik Utara dan Pasifik.
Karena sifat migratori makerel, pengelolaan stoknya memerlukan perjanjian internasional. Negara-negara penangkap utama sering berdebat mengenai penetapan kuota tangkapan total yang diizinkan (Total Allowable Catch/TAC). Kegagalan dalam mencapai kesepakatan ilmiah dapat menyebabkan penangkapan ikan di atas batas biologis yang aman, seperti yang sering terjadi pada stok makerel Atlantik yang melibatkan Uni Eropa, Norwegia, dan Islandia. Organisasi seperti Marine Stewardship Council (MSC) bekerja untuk mempromosikan praktik perikanan yang dapat diverifikasi sebagai berkelanjutan, yang kini menjadi standar yang dicari oleh konsumen global.
Pengalengan adalah metode pengawetan yang paling umum untuk makerel, memungkinkan ikan didistribusikan ke seluruh dunia dengan umur simpan yang panjang dan harga yang terjangkau. Proses ini meliputi:
Keunggulan makerel kalengan adalah kepraktisannya dan fakta bahwa proses sterilisasi justru meningkatkan ketersediaan kalsium, karena seluruh tulang punggung dapat dikonsumsi.
Rasa makerel yang kuat, "berminyak," dan dagingnya yang tebal membuatnya menjadi favorit koki di seluruh dunia. Daging makerel memiliki rasa umami yang kaya, yang berpasangan sempurna dengan bahan-bahan asam, pedas, atau manis.
Di Indonesia, istilah ‘makerel’ seringkali merujuk pada ikan-ikan lokal dari genus Rastrelliger (seperti kembung) atau produk kalengan impor. Peran makerel sangat krusial dalam hidangan rakyat karena harganya yang terjangkau dan ketersediaan nutrisinya.
Makerel kalengan dalam saus tomat adalah produk staples yang tak terpisahkan dari dapur Indonesia. Kecepatannya dalam penyajian menjadikan Sarden/Makerel Kaleng sebagai solusi cepat untuk lauk pauk. Meskipun sering disebut sarden (yang sebenarnya adalah ikan yang berbeda, Sardina pilchardus), produk ini di pasar Indonesia umumnya mengandung makerel atau kembung. Biasanya diolah lebih lanjut dengan tambahan irisan cabai, bawang merah, dan tomat segar untuk meningkatkan rasa dan menghilangkan sedikit bau amis kaleng.
Ikan kembung, kerabat dekat makerel, adalah bintang dalam masakan sehari-hari. Hidangan populernya meliputi:
Di Jepang, makerel dikenal sebagai "Saba." Saba adalah ikan yang sangat dihormati dan merupakan bagian integral dari diet Jepang, seringkali disajikan dengan cara yang menonjolkan kekayaan lemaknya.
Kajian ilmiah secara konsisten menempatkan makerel pada daftar makanan yang paling bermanfaat untuk pencegahan penyakit kronis. Ini melampaui sekadar sumber protein; ini adalah paket lengkap nutrisi terapeutik.
Manfaat Omega-3 bagi jantung sudah terdokumentasi dengan baik. Konsumsi makerel secara teratur dapat:
Rekomendasi diet sering menyarankan dua hingga tiga porsi ikan berminyak per minggu; makerel adalah cara yang ekonomis dan efektif untuk mencapai target ini.
Hubungan antara diet dan kesehatan mental semakin diakui. DHA adalah unsur pembangun penting di otak, dan defisiensinya terkait dengan peningkatan risiko masalah neurologis.
Meskipun mekanisme pastinya kompleks, pola makan yang kaya ikan berminyak telah dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas insulin. Omega-3 dapat memperbaiki komposisi membran sel, memungkinkan reseptor insulin bekerja lebih efisien. Selain itu, sifat anti-inflamasi makerel membantu mengatasi peradangan tingkat rendah yang sering menjadi ciri khas resistensi insulin.
Kombinasi antara kalsium (terutama dari makerel kalengan dengan tulang yang dapat dimakan) dan Vitamin D, serta kandungan fosfor, menciptakan sinergi sempurna untuk mempertahankan kepadatan tulang. Selain itu, kemampuan makerel untuk memodulasi respons imun menjadikannya subjek penelitian penting dalam pengelolaan kondisi autoimun, seperti rheumatoid arthritis (RA). Konsumsi makerel telah terbukti membantu mengurangi kekakuan sendi dan kebutuhan akan obat anti-inflamasi pada pasien RA.
Meskipun makerel adalah sumber daya yang berlimpah, masa depan perikanan global menghadapi beberapa ancaman, terutama terkait perubahan iklim dan tekanan penangkapan ikan. Inovasi diperlukan untuk memastikan pasokan makerel yang berkelanjutan dan aman.
Peningkatan suhu lautan mempengaruhi distribusi dan pola migrasi makerel. Ketika perairan menjadi lebih hangat, spesies ini cenderung bergerak ke kutub, mengganggu ekosistem tradisional dan mengubah zona penangkapan ikan. Perubahan distribusi ini seringkali memicu ketegangan politik antar negara yang bergantung pada perikanan makerel, karena stok yang tadinya berada di perairan satu negara kini berpindah ke perairan negara lain. Selain itu, perubahan pada arus laut dan ketersediaan plankton juga dapat mempengaruhi keberhasilan pemijahan dan kelangsungan hidup larva makerel.
Sebagian besar makerel yang dikonsumsi saat ini ditangkap dari alam liar, tidak seperti salmon atau udang yang didominasi oleh budidaya. Namun, budidaya makerel semakin dieksplorasi sebagai cara untuk mengurangi tekanan pada stok liar. Budidaya makerel menghadapi tantangan teknis, terutama karena makerel adalah perenang cepat yang membutuhkan ruang besar dan lingkungan yang sangat terkontrol. Beberapa proyek percontohan di Jepang dan Eropa Utara telah berhasil membudidayakan makerel, terutama untuk pasar premium, meskipun ini belum mencapai skala industri seperti budidaya tuna atau salmon.
Inovasi juga berfokus pada pemanfaatan penuh makerel. Selain dijual utuh atau dikalengkan, produk sampingan seperti kepala dan tulang seringkali diolah menjadi pakan ternak. Upaya modern berusaha memaksimalkan pemanfaatan ini, misalnya dengan mengekstrak minyak ikan murni (untuk suplemen) atau memproses sisa-sisa menjadi hidrolisat protein yang dapat digunakan dalam industri makanan kesehatan. Pemanfaatan limbah ini penting untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan mengurangi dampak lingkungan perikanan.
Mengintegrasikan makerel ke dalam diet adalah pilihan cerdas. Meskipun ikan ini umumnya aman, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh konsumen.
Makerel, seperti anggota Scombridae lainnya (termasuk tuna), mengandung kadar histidin yang tinggi. Ketika ikan mati dan tidak segera didinginkan (atau diproses), bakteri dapat mengubah histidin menjadi histamin. Konsumsi ikan dengan kadar histamin yang tinggi dapat menyebabkan keracunan yang dikenal sebagai scrombotoksikosis, yang gejalanya mirip dengan reaksi alergi (kemerahan, sakit kepala, diare).
Oleh karena itu, keamanan rantai dingin sangat penting. Ikan makerel harus didinginkan segera setelah ditangkap. Konsumen harus memastikan bahwa ikan segar yang dibeli disimpan dengan es yang memadai dan tidak memiliki bau amis yang terlalu menyengat, yang merupakan indikasi adanya pemecahan histamin.
Saat membeli makerel segar, perhatikan ciri-ciri berikut:
Makerel harus segera dimasak setelah dibeli, atau disimpan dalam freezer dengan pembungkusan kedap udara untuk mencegah pembakaran beku (freezer burn) yang dapat merusak kualitas lemak Omega-3-nya.
Kedua bentuk ini sama-sama bermanfaat, tetapi memiliki perbedaan kecil dalam nutrisi:
Terlepas dari bentuknya, konsumsi makerel, baik yang berasal dari laut lokal (seperti kembung) atau produk impor kalengan, tetap merupakan investasi kesehatan yang sangat baik.
Di perairan Indonesia yang kaya keanekaragaman hayati, istilah makerel sering tumpang tindih dengan berbagai spesies ikan pelagis kecil. Memahami perbedaan antara makerel impor (umumnya Scomber scombrus atau Scomber japonicus) dan makerel lokal (Rastrelliger spp.) adalah kunci untuk mengapresiasi rantai pasok dan kuliner nasional.
Ikan kembung, terutama Rastrelliger kanagurta (Kembung Lelaki) dan Rastrelliger brachysoma (Kembung Perempuan), adalah tulang punggung perikanan rakyat Indonesia. Secara biologis, mereka adalah anggota Scombridae, tetapi memiliki tubuh yang lebih pendek, lebih gemuk, dan tidak memiliki corak garis-garis gelap seperti makerel Atlantik.
Selain kembung, perairan Indonesia juga menjadi habitat bagi spesies makerel lain, seperti Makerel Sirip Biru (Scomber australasicus) dan Makerel India (Rastrelliger kanagurta). Spesies ini memiliki peran berbeda:
Makerel menempati posisi tengah dalam rantai makanan pelagis. Mereka berfungsi sebagai penghubung penting antara organisme tingkat rendah (plankton dan krustasea kecil) dan predator tingkat tinggi (tuna besar, hiu, burung laut, dan mamalia laut).
Kesehatan stok makerel sering digunakan oleh ilmuwan kelautan sebagai indikator kesehatan ekosistem secara keseluruhan. Populasi makerel yang kuat menunjukkan ketersediaan makanan yang memadai di tingkat trofik bawah dan kondisi laut yang relatif stabil. Penurunan tajam dalam populasi makerel dapat menandakan masalah lingkungan yang lebih luas, seperti perubahan suhu laut yang ekstrem atau overfishing oleh predator manusia.
Bagi predator besar, gerombolan makerel merupakan sumber energi yang sangat padat. Sejumlah besar tuna, terutama tuna sirip biru dan sirip kuning, bergantung pada makerel sebagai sumber makanan utama mereka selama migrasi. Oleh karena itu, penurunan stok makerel dapat berdampak domino, yang pada akhirnya mempengaruhi populasi tuna, yang merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi lainnya.
Meskipun Omega-3 mendominasi diskusi, makerel mengandung senyawa bioaktif lain yang memainkan peran penting dalam kesehatan.
Makerel adalah salah satu sumber makanan alami terbaik untuk CoQ10, senyawa yang penting dalam produksi energi di mitokondria sel. CoQ10 juga bertindak sebagai antioksidan yang kuat, melindungi sel dari kerusakan. Tingkat CoQ10 yang memadai dikaitkan dengan peningkatan kesehatan otot, termasuk otot jantung, dan sering direkomendasikan untuk pasien yang menggunakan statin (obat penurun kolesterol) karena statin dapat mengurangi produksi CoQ10 alami oleh tubuh.
Selama pencernaan protein makerel, terbentuk peptida bioaktif. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa peptida ini memiliki efek ACE-inhibitory, yang berarti mereka dapat membantu mengatur dan menurunkan tekanan darah dengan mekanisme yang mirip dengan obat anti-hipertensi tertentu, namun dengan cara yang alami dan ringan. Peptida ini juga dapat menunjukkan aktivitas anti-trombotik, yang membantu mencegah pembentukan bekuan darah yang tidak diinginkan.
Kasus perikanan makerel Atlantik (Scomber scombrus) adalah contoh klasik bagaimana ikan migratori dapat menjadi sumber konflik internasional yang berkepanjangan.
Konflik memanas ketika Islandia, dan kemudian Kepulauan Faroe, mulai menetapkan kuota penangkapan unilateral yang jauh lebih tinggi daripada yang diizinkan oleh perjanjian internasional, setelah stok makerel bergerak ke perairan mereka karena perubahan suhu laut. Mereka berargumen bahwa, karena makerel sekarang berada di perairan mereka, mereka berhak atas bagian yang lebih besar. Tindakan ini memicu 'Perang Makerel,' di mana Uni Eropa dan Norwegia sempat mengancam sanksi dan larangan berlabuh terhadap kapal-kapal Islandia. Konflik ini menunjukkan bahwa ilmu biologi dan pengelolaan sumber daya laut harus bersaing dengan kepentingan ekonomi dan kedaulatan nasional.
Setelah bertahun-tahun negosiasi tegang, kesepakatan-kesepakatan sementara tercapai, yang melibatkan pembagian total tangkapan yang diizinkan (TAC) berdasarkan model ilmiah yang lebih baru. Kasus ini menyoroti bahwa masa depan makerel sangat bergantung pada kemauan politik negara-negara penangkap untuk memprioritaskan keberlanjutan jangka panjang di atas keuntungan jangka pendek. Konsumen memainkan peran dengan memilih produk yang berasal dari perikanan yang diverifikasi secara independen (misalnya, MSC-certified).
Karena kandungan lemaknya yang tinggi, makerel sangat cocok untuk metode memasak kering yang dapat menghasilkan kulit yang renyah sekaligus membiarkan dagingnya tetap lembap.
Memanggang adalah cara terbaik untuk mengolah makerel segar. Panas tinggi menyebabkan lemak mencair, menghasilkan rasa yang lebih intens. Sebelum memanggang, ikan sebaiknya diasamkan ringan dengan air jeruk nipis atau cuka selama 10-15 menit untuk mengurangi bau amis dan mengencangkan daging. Bumbu sederhana seperti merica, garam, dan minyak zaitun sudah cukup. Di Indonesia, membakar makerel atau kembung di atas arang (Ikan Bakar) memberikan aroma smoky yang khas.
Meskipun makerel mentah berisiko parasit, teknik curing atau pengasinan cepat sangat populer. Dalam gaya Shime Saba Jepang, proses pengasinan dan perendaman cuka secara efektif 'memasak' permukaan daging tanpa menggunakan panas, menghasilkan tekstur yang unik. Di Amerika Latin, makerel dapat diolah menjadi ceviche, di mana asam sitrat dari jeruk nipis atau lemon mengubah protein daging ikan. Teknik ini harus dilakukan dengan ikan yang sangat segar, yang telah dibekukan terlebih dahulu untuk membunuh parasit, mengikuti standar keamanan pangan yang ketat.
Makerel asap (smoked mackerel) adalah bahan dasar fantastis untuk membuat pâté (pasta ikan) atau spread. Daging asap yang kaya rasa dicampur dengan krim keju, mayones, lada, dan sedikit daun bawang. Ini merupakan cara mudah untuk mengonsumsi Omega-3 dan sering disajikan sebagai hidangan pembuka yang elegan dan bergizi.
Makerel adalah permata biru lautan. Ia adalah perenang cepat, pejuang nutrisi, dan komoditas yang menopang jutaan orang di seluruh dunia. Kehadirannya, baik dalam kaleng di supermarket global maupun sebagai ikan kembung segar di pasar tradisional Indonesia, menunjukkan adaptasi dan ketahanannya sebagai sumber makanan. Dari perannya dalam menjaga kesehatan kardiovaskular, mendukung fungsi otak, hingga kontribusinya dalam keragaman kuliner, makerel menawarkan salah satu nilai gizi terbaik per rupiah.
Namun, nilai tak ternilai ini datang dengan tanggung jawab besar. Untuk memastikan bahwa makerel terus berlimpah, diperlukan sinergi antara sains, politik, dan kesadaran konsumen. Pengelolaan perikanan yang bijaksana, pemahaman mendalam tentang migrasi spesies akibat iklim, dan praktik penangkapan yang etis adalah pondasi untuk melindungi stok makerel. Dengan menghargai makerel bukan hanya sebagai produk, tetapi sebagai bagian vital dari ekosistem, kita memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menikmati kekayaan, rasa, dan manfaat kesehatan yang melimpah dari ikan pelagis yang luar biasa ini.
Kesinambungan pasokan makerel adalah janji terhadap ketahanan pangan global dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat. Ikan ini, dengan segala kompleksitas biologis dan signifikansi ekonominya, benar-benar layak mendapatkan tempatnya sebagai salah satu sumber daya alam yang paling penting dan paling dihargai di dunia.
Kualitas makerel sangat rentan terhadap oksidasi lemak dibandingkan dengan ikan kurus. Karena kandungan lemak tak jenuh ganda (Omega-3) yang tinggi, ikan ini rentan terhadap ketengikan (rancidity) jika terpapar oksigen, panas, atau cahaya. Degradasi kualitas ini adalah perhatian utama dalam rantai pasok.
Proses oksidasi lemak menghasilkan senyawa yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak, serta mengurangi manfaat kesehatan dari Omega-3. Produsen makanan, terutama dalam industri pembekuan dan pengalengan, menggunakan berbagai strategi untuk meminimalkan oksidasi:
Setelah ikan mati, serangkaian perubahan biokimia terjadi. Selain pembentukan histamin, protein mulai terdenaturasi dan otot ikan mengeras (rigor mortis), diikuti oleh pelunakan yang tidak diinginkan. Untuk makerel segar, periode antara penangkapan dan pembekuan atau pengolahan harus sangat singkat—ideal di bawah 12 jam—untuk mempertahankan tekstur prima yang dihargai dalam masakan sushi (Shime Saba) atau hidangan panggang kelas atas.
Makerel bukan hanya komoditas modern; ia memiliki sejarah panjang sebagai makanan pokok di peradaban pesisir.
Di Kekaisaran Romawi, makerel sangat berharga. Ia adalah salah satu ikan utama yang digunakan untuk membuat *garum*, saus fermentasi yang sangat populer dan merupakan bumbu dasar masakan Romawi. Garum dibuat dengan memfermentasi isi perut, darah, dan sisa ikan (termasuk makerel) dalam air garam selama berbulan-bulan di bawah sinar matahari. Nilai garum yang dibuat dari makerel tertentu (seperti makerel Spanyol) sangat tinggi, hampir setara dengan minyak wangi.
Selama Perang Dunia I dan II, makerel kalengan menjadi sumber protein yang tak ternilai bagi pasukan dan warga sipil. Daya tahan kaleng, nilai gizi yang tinggi, dan fakta bahwa makerel relatif mudah ditangkap dalam jumlah besar, menjadikannya bagian penting dari ransum darurat dan upaya ketahanan pangan. Warisan ini berlanjut hingga kini, di mana makerel kalengan tetap dilihat sebagai makanan darurat yang andal.
Di banyak kota pelabuhan Eropa dan Mediterania, festival musiman sering diadakan untuk merayakan kedatangan gerombolan makerel (atau sarden, yang sering ditangkap bersamaan). Perayaan ini, yang biasanya menampilkan panggangan besar di alun-alun kota, menekankan pentingnya makerel bagi identitas dan keberlanjutan masyarakat pesisir tersebut.
Karena makerel adalah ikan yang hidup di kolom air (pelagis) dan memakan zooplankton, mereka rentan terhadap kontaminasi lingkungan, khususnya mikroplastik.
Studi menunjukkan bahwa makerel dapat menelan partikel mikroplastik dari air laut, terutama melalui mangsa plankton mereka. Mikroplastik ini umumnya ditemukan di saluran pencernaan ikan. Meskipun saluran pencernaan biasanya dibuang sebelum dimasak, ada kekhawatiran tentang potensi translokasi partikel yang sangat kecil (nanoplastik) ke dalam jaringan otot ikan. Saat ini, konsensus ilmiah adalah bahwa risiko kesehatan manusia dari konsumsi makerel yang terkontaminasi mikroplastik melalui daging masih rendah, tetapi ini adalah area penelitian yang intensif.
Seperti yang telah dibahas, makerel cenderung rendah merkuri. Namun, ikan ini dapat mengakumulasi logam berat lain seperti kadmium atau timbal jika ditangkap di perairan yang sangat tercemar industri. Pemantauan ketat oleh otoritas pangan nasional dan internasional menjadi penting untuk memastikan bahwa makerel yang dijual kepada konsumen memenuhi standar keamanan pangan global yang ketat, terutama di wilayah perairan yang dikenal rawan polusi industri.
Secara keseluruhan, makerel mewakili narasi kompleks tentang sumber daya alam: ia adalah hadiah dari lautan yang sarat manfaat, namun keberlanjutan dan keamanannya menuntut perhatian berkelanjutan terhadap kesehatan ekosistem laut global.