I. Fondasi Lingkaran Satuan dalam Matematika
Konsep lingkaran satuan (unit circle) adalah salah satu perangkat visual dan analitis paling krusial dalam matematika, khususnya dalam studi trigonometri. Tanpa pemahaman yang kuat tentang bagaimana lingkaran satuan bekerja, pemahaman kita terhadap fungsi sinus, kosinus, dan tangen akan terbatas hanya pada rasio sisi-sisi segitiga siku-siku. Lingkaran satuan membawa trigonometri melampaui batasan segitiga ke dalam domain fungsi periodik yang tak terbatas, memungkinkan kita memodelkan fenomena alam yang berulang seperti gelombang, getaran, dan siklus.
1.1. Definisi Matematis Lingkaran Satuan
Secara definisi, lingkaran satuan adalah sebuah lingkaran yang berpusat tepat di titik asal (titik koordinat (0, 0)) pada bidang Kartesius dan memiliki jari-jari (radius) yang persis sama dengan satu (r = 1).
Persamaan baku untuk sebuah lingkaran yang berpusat di titik asal (0, 0) dengan jari-jari r adalah:
x² + y² = r²
r = 1, maka persamaan yang mendefinisikannya menjadi jauh lebih sederhana dan elegan:
x² + y² = 1
Sederhananya, setiap titik (x, y) yang terletak pada keliling lingkaran satuan harus memenuhi persamaan ini. Nilai x dan y ini nantinya akan menjadi nilai-nilai dasar dari fungsi trigonometri kosinus dan sinus.
1.2. Pentingnya Jari-Jari Sama Dengan Satu
Pemilihan jari-jari satu (satuan) bukanlah kebetulan, melainkan kunci yang membuka hubungan langsung antara koordinat titik pada lingkaran dan nilai fungsi trigonometri. Dalam segitiga siku-siku yang dibentuk oleh jari-jari, sumbu-x, dan garis vertikal ke titik (x, y):
- Sisi miring (hipotenusa) selalu 1.
- Sisi samping (berdekatan dengan sudut θ) adalah
x. - Sisi depan (berlawanan dengan sudut θ) adalah
y.
Dengan menggunakan definisi dasar SOH CAH TOA, kita dapatkan:
Sinus (sin θ) = Depan / Miring = y / 1 = yKosinus (cos θ) = Samping / Miring = x / 1 = x
Oleh karena itu, setiap titik (x, y) pada lingkaran satuan dapat direpresentasikan sebagai (cos θ, sin θ). Hubungan inilah yang memungkinkan kita mendefinisikan nilai trigonometri untuk setiap sudut, bukan hanya sudut lancip dalam segitiga. Hal ini adalah lompatan konseptual terbesar yang ditawarkan oleh lingkaran satuan.
Representasi geometris dasar dari lingkaran satuan, di mana titik (x, y) pada lingkaran sama dengan (cos θ, sin θ) karena jari-jari (sisi miring) bernilai 1.
II. Pengukuran Sudut: Derajat dan Radian
Di dalam konteks lingkaran satuan, sudut selalu diukur dari sumbu-x positif. Arah putaran standar adalah berlawanan arah jarum jam, yang didefinisikan sebagai arah positif. Putaran searah jarum jam didefinisikan sebagai arah negatif. Untuk menjelaskan posisi pada lingkaran secara universal, kita memerlukan dua sistem pengukuran sudut: derajat dan radian.
2.1. Sistem Derajat
Sistem derajat adalah metode pengukuran sudut yang paling umum dan mudah divisualisasikan. Satu putaran penuh lingkaran dibagi menjadi 360 bagian yang sama, di mana setiap bagian mewakili 1 derajat (1°).
- Kuartal pertama (Kuadran I): 0° hingga 90°
- Kuartal kedua (Kuadran II): 90° hingga 180°
- Kuartal ketiga (Kuadran III): 180° hingga 270°
- Kuartal keempat (Kuadran IV): 270° hingga 360° (atau 0°)
2.2. Sistem Radian: Pengukuran Alami
Meskipun derajat intuitif, radian adalah satuan pengukuran sudut yang "alami" dalam matematika tingkat lanjut, terutama kalkulus, karena didasarkan pada panjang busur lingkaran. Satu radian didefinisikan sebagai ukuran sudut pusat yang subtends (memotong) busur yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran.
Karena keliling lingkaran C = 2πr, dan pada lingkaran satuan r = 1, maka kelilingnya adalah 2π. Ini berarti satu putaran penuh (360°) sama dengan 2π radian.
Konversi Antar Satuan
Hubungan kunci untuk konversi adalah:
180° = π radian
Untuk mengubah dari derajat ke radian, kita kalikan sudut dengan faktor (π / 180°). Untuk mengubah dari radian ke derajat, kita kalikan dengan faktor (180° / π). Penggunaan radian sangat penting saat kita mulai menganalisis fungsi trigonometri sebagai fungsi variabel nyata, bukan hanya sudut geometris.
2.3. Sudut-Sudut Kunci dan Koordinat Utama
Lingkaran satuan sangat bergantung pada penguasaan koordinat untuk sudut-sudut kunci (special angles). Sudut-sudut ini, yang sering kali merupakan kelipatan dari 30° atau 45°, memiliki nilai sinus dan kosinus yang merupakan bilangan irasional eksak.
Tabel Sudut Kunci dalam Kuadran I
| Derajat (θ) | Radian | Koordinat (cos θ, sin θ) |
|---|---|---|
| 0° | 0 | (1, 0) |
| 30° | π/6 | (√3/2, 1/2) |
| 45° | π/4 | (√2/2, √2/2) |
| 60° | π/3 | (1/2, √3/2) |
| 90° | π/2 | (0, 1) |
Penentuan nilai-nilai ini berasal dari penerapan teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku khusus (segitiga 30-60-90 dan segitiga 45-45-90) yang hipotenusanya (jari-jari) telah disetarakan dengan 1.
III. Fungsi Trigonometri dan Aturan Kuadran
Lingkaran satuan tidak hanya memberikan nilai koordinat, tetapi juga mendefinisikan sifat tanda (positif atau negatif) dari setiap fungsi trigonometri di keempat kuadran.
3.1. Definisi Fungsi Utama Melalui Lingkaran Satuan
Seperti yang telah ditetapkan, untuk sudut θ yang diukur dari sumbu-x positif ke titik P(x, y) pada lingkaran satuan:
- Sinus:
sin θ = y - Kosinus:
cos θ = x - Tangen:
tan θ = y / x = sin θ / cos θ(selamax ≠ 0)
Selain fungsi utama ini, terdapat tiga fungsi resiprokal (kebalikan) yang juga didefinisikan berdasarkan koordinat (x, y):
- Kosekan:
csc θ = 1 / y(kebalikan dari sinus) - Sekan:
sec θ = 1 / x(kebalikan dari kosinus) - Kotangen:
cot θ = x / y(kebalikan dari tangen)
3.2. Aturan Tanda (Aturan ASTC)
Karena titik (x, y) bergerak melalui kuadran, tanda dari koordinat x dan y berubah, yang secara langsung menentukan tanda dari fungsi trigonometri. Aturan ini sering disebut sebagai aturan ASTC (All Students Take Calculus) atau variasi lain seperti "Semua Suka Teh Kopi" (Indonesia).
Kuadran I (0° < θ < 90° atau 0 < θ < π/2)
Baik x maupun y bernilai positif.
Semua fungsi trigonometri (sin, cos, tan, csc, sec, cot) bernilai positif.
Kuadran II (90° < θ < 180° atau π/2 < θ < π)
x (kosinus) negatif, dan y (sinus) positif.
Hanya Sinus dan kebalikannya (Kosekan) yang bernilai positif.
Kuadran III (180° < θ < 270° atau π < θ < 3π/2)
Baik x maupun y bernilai negatif.
Rasio y/x menjadi positif. Hanya Tangen dan kebalikannya (Kotangen) yang bernilai positif.
Kuadran IV (270° < θ < 360° atau 3π/2 < θ < 2π)
x (kosinus) positif, dan y (sinus) negatif.
Hanya Kosinus dan kebalikannya (Sekan) yang bernilai positif.
Visualisasi Lingkaran Satuan, menunjukkan kuadran dan garis jari-jari untuk sudut-sudut kunci.
IV. Perluasan Domain: Sudut Lebih dari 360° dan Sudut Negatif
Keunggulan utama lingkaran satuan adalah kemampuannya mendefinisikan fungsi trigonometri untuk sudut manapun, termasuk sudut yang lebih besar dari 360° (satu putaran penuh) atau sudut negatif.
4.1. Sudut Koterminal
Sudut koterminal adalah sudut-sudut yang, ketika digambar dalam posisi standar (berpusat di titik asal dan sisi awal pada sumbu-x positif), berbagi sisi akhir yang sama. Karena sisi akhir menentukan titik (x, y) pada lingkaran satuan, maka semua sudut koterminal memiliki nilai trigonometri yang identik.
Dua sudut θ₁ dan θ₂ dikatakan koterminal jika perbedaan antara keduanya adalah kelipatan integer dari 360° (atau 2π radian).
θ₂ = θ₁ + n ⋅ 360° atau θ₂ = θ₁ + n ⋅ 2π
n adalah bilangan bulat (positif atau negatif).
Misalnya, sudut 30°, 390° (30° + 360°), dan -330° (30° - 360°) adalah koterminal. Ketiga sudut ini menunjuk ke titik yang sama, (√3/2, 1/2), sehingga sin(30°) = sin(390°) = sin(-330°) = 1/2. Konsep ini adalah dasar dari sifat periodik fungsi trigonometri.
4.2. Sudut Negatif
Sudut negatif diukur dengan bergerak searah jarum jam dari sumbu-x positif. Untuk menentukan nilai trigonometrinya, kita cukup mencari sudut koterminal positifnya.
Misalnya, untuk mencari sin(-45°), kita dapat melihat posisi -45° di Kuadran IV. Sudut ini koterminal dengan 315° (360° - 45°).
Pada 315°, koordinatnya adalah (√2/2, -√2/2).
Maka, sin(-45°) = -√2/2 dan cos(-45°) = √2/2.
Hubungan sudut negatif juga memunculkan identitas penting (dibahas di Bagian V) mengenai fungsi genap dan ganjil.
4.3. Prosedur Pencarian Sudut Referensi
Untuk menemukan nilai trigonometri sudut θ di kuadran manapun, kita harus menggunakan sudut referensi (α). Sudut referensi adalah sudut lancip positif yang dibentuk antara sisi akhir sudut θ dan sumbu-x terdekat.
- Kuadran I: α = θ
- Kuadran II: α = 180° - θ (atau π - θ)
- Kuadran III: α = θ - 180° (atau θ - π)
- Kuadran IV: α = 360° - θ (atau 2π - θ)
Nilai absolut dari fungsi trigonometri sudut θ sama dengan nilai fungsi trigonometri sudut referensinya (α). Tanda positif atau negatifnya ditentukan sepenuhnya oleh aturan kuadran (ASTC).
Contoh Analisis Mendalam: Menghitung cos(240°)
- Identifikasi Kuadran: 240° berada antara 180° dan 270°, yaitu Kuadran III.
- Tentukan Tanda: Di Kuadran III, kosinus (x) negatif.
- Hitung Sudut Referensi (α): α = 240° - 180° = 60°.
- Cari Nilai Trigonometri Dasar: Dari tabel sudut kunci,
cos(60°) = 1/2. - Gabungkan Tanda dan Nilai: Karena tanda harus negatif,
cos(240°) = -1/2.
Proses sistematis ini menunjukkan bagaimana lingkaran satuan memungkinkan kita untuk "memetakan" kembali setiap sudut tak terbatas ke nilai fungsi trigonometri yang sama dalam interval [0, 360°].
V. Identitas Fundamental yang Berakar pada Lingkaran Satuan
Banyak identitas trigonometri yang paling mendasar dan penting dapat dibuktikan secara langsung hanya dengan merujuk pada definisi x² + y² = 1 dan fakta bahwa x = cos θ dan y = sin θ.
5.1. Identitas Pythagoras (Identitas Trigonometri Utama)
Mengganti x dan y dalam persamaan dasar lingkaran satuan memberikan kita identitas Pythagoras yang paling terkenal:
(cos θ)² + (sin θ)² = 1 atau cos²θ + sin²θ = 1
Identitas ini mutlak berlaku untuk setiap sudut θ, karena ia adalah manifestasi geometris dari teorema Pythagoras yang diterapkan pada segitiga siku-siku yang dibentuk di dalam lingkaran satuan. Identitas ini berfungsi sebagai landasan untuk menurunkan semua identitas trigonometri lainnya.
Identitas Turunan dari Pythagoras
Dengan membagi identitas utama dengan cos²θ (dengan syarat cos θ ≠ 0), kita mendapatkan identitas kedua:
1 + tan²θ = sec²θ
Dan dengan membagi identitas utama dengan sin²θ (dengan syarat sin θ ≠ 0), kita mendapatkan identitas ketiga:
cot²θ + 1 = csc²θ
Lingkaran satuan menyediakan justifikasi geometris yang tak terbantahkan untuk setiap identitas ini, menunjukkan keterikatan antara aljabar dan geometri.
5.2. Identitas Genap dan Ganjil
Saat kita membandingkan sudut θ dan -θ (sudut yang simetris terhadap sumbu-x), lingkaran satuan menunjukkan sifat genap atau ganjil dari fungsi.
- Jika P(θ) = (x, y), maka P(-θ) = (x, -y).
Dari sini, kita dapatkan:
- Kosinus adalah fungsi Genap: Karena koordinat x tidak berubah (cos θ = x), maka
cos(-θ) = cos θ. - Sinus adalah fungsi Ganjil: Karena koordinat y berubah tanda (sin θ = y menjadi -y), maka
sin(-θ) = -sin θ. - Tangen adalah fungsi Ganjil: Karena
tan(-θ) = sin(-θ) / cos(-θ) = -sin θ / cos θ = -tan θ.
Sifat genap/ganjil ini merupakan ciri khas yang sangat penting ketika menganalisis simetri grafik fungsi trigonometri.
5.3. Identitas Kofungsi (Identitas Pergeseran)
Identitas kofungsi muncul ketika kita membandingkan sudut θ dengan pelengkapnya, (π/2 - θ) atau (90° - θ). Identitas ini secara geometris menunjukkan bahwa nilai sinus suatu sudut sama dengan nilai kosinus sudut pelengkapnya.
Pada lingkaran satuan, titik untuk (90° - θ) adalah refleksi dari titik θ terhadap garis y = x. Jika P(θ) = (x, y), maka P(90° - θ) = (y, x).
sin(90° - θ) = cos θ
cos(90° - θ) = sin θ
tan(90° - θ) = cot θ
Identitas pergeseran lain, seperti sin(θ + 180°) = -sin θ, dengan mudah divisualisasikan karena penambahan 180° memindahkan titik ke sisi lingkaran yang berlawanan, membalik tanda kedua koordinat (x, y).
VI. Analisis Fungsional: Periodisitas dan Grafik Sinusoidal
Transisi dari lingkaran satuan (geometri) ke grafik (analisis fungsional) adalah langkah krusial. Lingkaran satuan adalah generator utama dari semua grafik fungsi trigonometri, memberikan pemahaman visual tentang mengapa fungsi-fungsi ini bersifat periodik dan memiliki batas nilai tertentu.
6.1. Batas Nilai Fungsi (Domain dan Range)
Karena titik (x, y) harus berada pada lingkaran dengan jari-jari 1, nilai x dan y terbatas.
- Range Sinus dan Kosinus: Nilai
xdanyharus berada dalam interval[-1, 1]. Jadi,-1 ≤ sin θ ≤ 1dan-1 ≤ cos θ ≤ 1. Ini menjelaskan mengapa grafik sinus dan kosinus berosilasi antara nilai minimum -1 dan maksimum 1. - Range Tangen: Karena tangen didefinisikan sebagai rasio
y/x, danxdapat mendekati nol (di 90°, 270°, dst.), nilai tangen dapat mendekati tak terhingga positif atau negatif. Oleh karena itu, range tangen adalah semua bilangan real(-∞, ∞).
6.2. Sifat Periodisitas
Konsep periodisitas secara langsung berasal dari sudut koterminal pada lingkaran satuan. Setiap kali sudut meningkat sebesar 360° (atau 2π radian), kita kembali ke titik (x, y) yang sama.
Periode Sinus dan Kosinus: 360° atau 2π.
sin(θ + 2πn) = sin θ
cos(θ + 2πn) = cos θ
Fungsi tangen menunjukkan perilaku yang berbeda. Karena tan θ = y/x, ketika kita memutar 180° (π radian), kedua koordinat x dan y berubah tanda, tetapi rasio y/x tetap sama (misalnya, (-y)/(-x) = y/x).
Periode Tangen: 180° atau π.
tan(θ + πn) = tan θ
Pemahaman periodisitas ini sangat penting dalam fisika, di mana model gelombang harmonik selalu didasarkan pada fungsi periodik ini.
6.3. Mengkonstruksi Grafik Sinus dari Lingkaran Satuan
Untuk memvisualisasikan grafik y = sin θ, kita dapat membayangkan pergerakan titik P(x, y) di sekitar lingkaran satuan, sambil memplot nilai y (nilai sinus) terhadap sudut θ (sumbu horizontal).
- θ = 0 (0, 0): Titik (1, 0). sin θ = y = 0.
- θ = π/2 (90°): Titik (0, 1). sin θ mencapai maksimum y = 1.
- θ = π (180°): Titik (-1, 0). sin θ kembali ke y = 0.
- θ = 3π/2 (270°): Titik (0, -1). sin θ mencapai minimum y = -1.
- θ = 2π (360°): Titik kembali ke (1, 0). sin θ kembali ke 0, menyelesaikan satu siklus.
Jika kita terus bergerak di sekitar lingkaran, siklus gelombang sinus akan terus berulang, menghasilkan kurva sinusoidal yang halus dan periodik. Grafik kosinus (y = cos θ) dapat dikonstruksi dengan cara yang sama, tetapi dengan memplot koordinat x. Grafik kosinus hanyalah pergeseran horizontal (pergeseran fase) dari grafik sinus sebesar 90° atau π/2 ke kiri.
VII. Menentukan Koordinat Sudut Non-Kunci (Aproksimasi)
Meskipun kita sering fokus pada sudut-sudut kunci (kelipatan 30 dan 45), lingkaran satuan secara teoritis mendefinisikan nilai trigonometri untuk setiap sudut bilangan real. Untuk sudut yang tidak khusus, kita harus menggunakan kalkulator atau deret tak terbatas.
7.1. Menggunakan Metode Interpolasi (Konsep Teoritis)
Secara historis, sebelum adanya kalkulator, tabel trigonometri (seperti tabel Ptolemy) dikembangkan. Nilai-nilai ini dihitung melalui metode iteratif dan interpolasi, memanfaatkan identitas penjumlahan sudut yang juga diturunkan dari lingkaran satuan (walaupun pembuktian identitas penjumlahan sudut memerlukan analisis jarak antara dua titik pada lingkaran).
Identitas Penjumlahan Sudut
Identitas ini esensial untuk menemukan nilai sudut yang merupakan jumlah atau selisih dari sudut-sudut kunci.
cos(A - B) = cos A cos B + sin A sin B
Identitas ini, yang pembuktiannya sering melibatkan teorema kosinus dan lingkaran satuan, menunjukkan bahwa setiap titik P(x, y) pada lingkaran dapat dijangkau dan nilainya dapat dihitung dari kombinasi titik-titik dasar. Misalnya, untuk mencari nilai cos(75°), kita bisa menggunakan cos(45° + 30°).
7.2. Lingkaran Satuan dan Fungsi Invers
Ketika kita berbicara tentang fungsi invers trigonometri (arcsin, arccos, arctan), lingkaran satuan memainkan peran kunci dalam mendefinisikan domain dan range yang terbatas agar fungsi invers dapat menjadi fungsi (lulus uji garis horizontal).
- Arcsin (sin⁻¹): Mencari sudut yang nilai sin-nya adalah y. Karena sin θ berulang, kita harus membatasi domain fungsi sinus pada rentang
[-π/2, π/2](Kuadran IV dan I). Ini memastikan setiap nilai y di [-1, 1] memiliki satu sudut unik. - Arccos (cos⁻¹): Kita membatasi domain kosinus pada
[0, π](Kuadran I dan II).
Batasan-batasan domain ini, yang terlihat arbitrer, sebenarnya dipilih agar kita mendapatkan nilai positif dan negatif terdekat dari sumbu-x positif, dan ditentukan secara geometris oleh pembagian lingkaran satuan.
VIII. Aplikasi Konkret Lingkaran Satuan
Konsep lingkaran satuan melampaui kelas matematika, menjadi alat penting dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya yang berkaitan dengan rotasi dan osilasi.
8.1. Gerak Melingkar dan Kecepatan Sudut
Dalam fisika, pergerakan benda pada jalur melingkar dijelaskan menggunakan trigonometri dan lingkaran satuan. Ketika sebuah objek bergerak di sekitar lingkaran dengan kecepatan konstan, proyeksi posisinya pada sumbu-x atau sumbu-y menghasilkan gerakan harmonik sederhana (simple harmonic motion).
Jika sebuah objek berputar, sudut yang dilewati per satuan waktu disebut kecepatan sudut (ω). Posisi objek pada lingkaran pada waktu t dapat diwakili oleh sudut θ = ωt. Koordinat posisi objek pada waktu t kemudian menjadi:
x(t) = r ⋅ cos(ωt)y(t) = r ⋅ sin(ωt)
8.2. Gelombang dan Frekuensi
Semua fenomena gelombang—mulai dari gelombang suara, gelombang radio, hingga gelombang elektromagnetik—dimodelkan menggunakan fungsi sinusoidal. Frekuensi gelombang (seberapa cepat gelombang berulang) berhubungan langsung dengan periodisitas (2π) yang berasal dari lingkaran satuan.
Dalam analisis Fourier, bentuk gelombang kompleks dapat dipecah menjadi jumlah tak terbatas dari gelombang sinus dan kosinus. Inti dari dekomposisi ini adalah sifat ortogonal (tegak lurus) dari fungsi sinus dan kosinus, yang dibuktikan oleh hubungan x² + y² = 1 pada lingkaran satuan.
8.3. Grafika Komputer dan Rotasi Vektor
Dalam grafika komputer 2D, transformasi geometris seperti rotasi selalu didasarkan pada lingkaran satuan. Untuk memutar suatu titik (x, y) sebesar sudut θ di sekitar titik asal, koordinat baru (x', y') ditentukan oleh rumus rotasi yang diturunkan dari identitas penjumlahan sudut dan konsep lingkaran satuan:
x' = x cos θ - y sin θy' = x sin θ + y cos θ
IX. Lingkaran Satuan Sebagai Peta Konseptual
Untuk memastikan pemahaman yang komprehensif, penting untuk menginternalisasi semua koordinat utama dan simetri yang dihasilkan oleh lingkaran satuan, mengingat detailnya adalah kunci untuk penguasaan trigonometri lanjutan.
9.1. Memvisualisasikan Sudut dalam Radian (Ekstensi Detail)
Penggunaan radian seringkali menjadi penghalang awal, namun memvisualisasikan pecahan π pada lingkaran sangat membantu.
Setiap bagian lingkaran dapat dipandang sebagai pecahan 2π:
- Pecahan 1/6 (π/6) adalah sudut terkecil (30°). Ada 12 interval π/6 di seluruh lingkaran (30°, 60°, 90°, 120°, 150°, 180°, ...).
- Pecahan 1/4 (π/4) adalah sudut menengah (45°). Ada 8 interval π/4 di seluruh lingkaran (45°, 90°, 135°, 180°, ...).
- Pecahan 1/3 (π/3) adalah sudut terbesar (60°). Ada 6 interval π/3 di seluruh lingkaran (60°, 120°, 180°, ...).
Tabel Koordinat Lengkap untuk Sudut Radian Kunci
Penguasaan penuh terhadap tabel berikut adalah setara dengan menguasai fondasi trigonometri:
| Radian (θ) | Derajat | (cos θ) | (sin θ) |
|---|---|---|---|
| 0 | 0° | 1 | 0 |
| π/6 | 30° | √3/2 | 1/2 |
| π/4 | 45° | √2/2 | √2/2 |
| π/3 | 60° | 1/2 | √3/2 |
| π/2 | 90° | 0 | 1 |
| 2π/3 | 120° | -1/2 | √3/2 |
| 3π/4 | 135° | -√2/2 | √2/2 |
| 5π/6 | 150° | -√3/2 | 1/2 |
| π | 180° | -1 | 0 |
| 7π/6 | 210° | -√3/2 | -1/2 |
| 5π/4 | 225° | -√2/2 | -√2/2 |
| 4π/3 | 240° | -1/2 | -√3/2 |
| 3π/2 | 270° | 0 | -1 |
| 5π/3 | 300° | 1/2 | -√3/2 |
| 7π/4 | 315° | √2/2 | -√2/2 |
| 11π/6 | 330° | √3/2 | -1/2 |
| 2π | 360° | 1 | 0 |
9.2. Detail tentang Tangen dan Asimtot
Fungsi tangen didefinisikan sebagai sin θ / cos θ atau y/x. Kapan pun kosinus x bernilai nol, tangen menjadi tidak terdefinisi (asimtot). Hal ini terjadi pada:
- 90° (π/2)
- 270° (3π/2)
- ... dan setiap kelipatan ganjil dari 90° (π/2 + nπ).
Geometris, ini berarti pada titik-titik tersebut, jari-jari sejajar dengan sumbu-y, membuat garis yang merepresentasikan tangen (sebuah garis singgung) menjadi tak terdefinisi. Pengamatan asimtot ini sangat mendasar saat kita memvisualisasikan grafik y = tan θ.
9.3. Hubungan Koordinat Polar
Lingkaran satuan secara intrinsik terkait dengan sistem koordinat polar. Dalam koordinat polar, sebuah titik ditentukan oleh jarak dari pusat (r) dan sudut (θ). Karena r = 1 pada lingkaran satuan, setiap titik P pada lingkaran satuan dapat langsung diwakili oleh (r, θ) = (1, θ).
Hubungan konversi antara koordinat Kartesius (x, y) dan koordinat polar (r, θ) adalah:
x = r cos θy = r sin θ
r = 1, persamaan ini menyederhanakan kembali ke definisi dasar lingkaran satuan: x = cos θ dan y = sin θ. Ini menegaskan bahwa lingkaran satuan tidak hanya alat trigonometri, tetapi juga jembatan konseptual antara sistem koordinat yang berbeda.
9.4. Nilai Maksimum dan Minimum (Amplitudo)
Karena radius lingkaran satuan adalah 1, amplitudo (setengah jarak antara maksimum dan minimum) dari fungsi sinus dan kosinus standar adalah 1. Transformasi fungsi (misalnya, y = A sin(Bθ) + C) hanya mengubah ukuran dan posisi lingkaran yang mendasari. Faktor A (amplitudo) secara geometris adalah mengubah radius lingkaran. Jika A = 3, kita menggunakan lingkaran berjari-jari 3, dan nilai maksimumnya adalah 3 dan minimumnya adalah -3. Lingkaran satuan tetap menjadi model konseptual, meskipun jari-jarinya diubah.
Secara ringkas, lingkaran satuan adalah alat yang menyatukan aljabar (persamaan x² + y² = 1), geometri (sudut dan koordinat), dan analisis fungsional (periodisitas dan grafik), menjadikannya konsep inti yang tak tergantikan dalam seluruh cabang matematika. Penguasaan detail dan simetri pada lingkaran satuan adalah prasyarat mutlak untuk studi yang lebih mendalam dalam kalkulus dan analisis gelombang.