Lakrimasi, atau proses produksi dan sekresi air mata, adalah salah satu fungsi biologis yang paling esensial dan kompleks dalam tubuh manusia. Jauh melampaui sekadar respons emosional, air mata merupakan sistem hidrasi, nutrisi, dan pertahanan imun yang vital bagi kesehatan permukaan okular. Tanpa proses lakrimasi yang efektif, kornea dan konjungtiva akan mengalami kerusakan parah, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan penglihatan permanen.
Air mata adalah cairan multi-komponen yang diproduksi oleh kelenjar lakrimal dan didistribusikan ke permukaan mata melalui kedipan. Cairan ini tidak hanya berfungsi sebagai pelumas mekanis, tetapi juga menyediakan lingkungan yang steril dan bernutrisi bagi sel-sel okular avaskular. Studi mendalam tentang lakrimasi membuka pintu pemahaman terhadap berbagai kondisi patologis, mulai dari sindrom mata kering yang sangat umum hingga penyumbatan duktus nasolakrimal yang memerlukan intervensi bedah.
Artikel ini akan mengupas tuntas struktur anatomis yang terlibat dalam produksi dan drainase air mata, komposisi biokimiawi cairan lakrimal yang luar biasa kompleks, serta klasifikasi fungsional dari tiga jenis air mata utama: basal, refleks, dan emosional. Bagian penting lainnya akan didedikasikan untuk membahas berbagai gangguan lakrimasi—baik yang melibatkan kekurangan produksi (hipolakrimasi) maupun kelebihan produksi atau gangguan drainase (epifora)—serta pendekatan diagnostik dan terapeutik modern.
Alt Text: Diagram skematis sistem lakrimasi, menunjukkan kelenjar lakrimal, bola mata, puncta, dan jalur drainase ke saluran hidung.
Sistem lakrimal adalah struktur kompleks yang bertanggung jawab atas produksi dan pembuangan air mata. Sistem ini dibagi menjadi dua komponen utama: aparatus sekretori (produksi) dan aparatus ekskretori (drainase).
Air mata diproduksi oleh dua jenis kelenjar, yang masing-masing memainkan peran yang berbeda dalam membentuk lapisan air mata (tear film) yang stabil.
Terletak di bagian atas lateral orbita (fossa lakrimalis). Kelenjar ini berbentuk almond dan bertanggung jawab atas produksi air mata dalam jumlah besar, terutama air mata refleks dan emosional. Kelenjar ini menghasilkan sebagian besar komponen berair (aqueous) dari air mata. Kelenjar lakrimal utama diinervasi oleh sistem saraf parasimpatis, yang dipicu oleh rangsangan saraf kranial VII (nervus fasialis), khususnya melalui ganglion pterigopalatina.
Kelenjar ini lebih kecil dan tersebar di konjungtiva. Yang paling terkenal adalah Kelenjar Krause dan Kelenjar Wolfring. Kelenjar-kelenjar aksesori ini sangat penting dalam mempertahankan produksi air mata basal—cairan yang dibutuhkan secara konstan untuk menjaga kelembaban dan kesehatan permukaan mata sehari-hari. Produksi basal ini bersifat tonik dan kurang sensitif terhadap rangsangan emosional atau refleks.
Meskipun bukan kelenjar lakrimal murni, mereka sangat vital dalam pembentukan lapisan air mata. Kelenjar Meibomian, yang terletak di kelopak mata, menghasilkan lapisan lipid (minyak) terluar yang mencegah penguapan air mata terlalu cepat. Kelenjar Goblet menghasilkan musin (mukus), yang berfungsi sebagai lapisan terdalam, membantu air mata menempel pada kornea yang hidrofobik.
Drainase yang efisien mencegah air mata meluap ke pipi (epifora). Proses ini dimulai setelah air mata terkumpul di kantung air mata (lacrimal lake) di sudut mata medial.
Dua lubang kecil, satu di kelopak mata atas dan satu di bawah, yang berfungsi sebagai pintu masuk air mata ke sistem drainase. Puncta bertindak seperti corong. Posisi dan fungsinya yang tepat sangat krusial; jika punctum terlalu lebar (ektropion) atau terlalu sempit (stenosis), drainase akan terganggu.
Dua saluran kecil (superior dan inferior) yang menghubungkan puncta ke kantung lakrimal. Kedua kanalikulus biasanya menyatu sebelum masuk ke kantung lakrimal, membentuk kanalikulus komunis.
Terletak di fossa lakrimalis, kantung ini berfungsi sebagai reservoir temporer. Kedipan mata (berkedip) berperan seperti pompa; setiap kedipan memberikan tekanan negatif, menyedot air mata dari mata ke dalam kantung.
Saluran yang menurun dari kantung lakrimal, melewati tulang wajah (maksila), dan bermuara di rongga hidung (biasanya di bawah konka inferior). Inilah mengapa menangis atau teriritasi mata seringkali menyebabkan hidung meler (rhinorrhea). Saluran ini memiliki katup di ujungnya, yang dikenal sebagai Katup Hasner, yang mencegah udara atau mukus naik kembali dari hidung ke mata.
Keseimbangan antara produksi yang konstan (terutama dari kelenjar aksesori) dan drainase yang efektif (melalui pompa kelopak mata) adalah kunci untuk menjaga stabilitas lapisan air mata. Kegagalan pada salah satu tahap ini, baik karena hipofungsi kelenjar atau obstruksi drainase, akan menyebabkan patologi okular yang signifikan.
Air mata bukanlah air murni. Ia adalah larutan biologis kompleks, distratifikasi menjadi tiga lapisan berbeda yang bekerja sinergis untuk melindungi dan menyehatkan mata. Stabilitas lapisan air mata (tear film) sangat bergantung pada interaksi ketiga lapisan ini.
Diproduksi terutama oleh Kelenjar Meibomian. Lapisan ini adalah yang paling tipis, tetapi sangat penting. Fungsinya adalah mencegah penguapan air mata berair yang mendasarinya dan menyediakan permukaan optik yang mulus. Gangguan pada lapisan ini, seperti disfungsi Kelenjar Meibomian (MGD), adalah penyebab paling umum dari sindrom mata kering tipe evaporatif.
Ini adalah lapisan yang paling tebal, diproduksi oleh Kelenjar Lakrimal Utama dan Aksesori. Lapisan ini mengandung air, elektrolit, nutrisi terlarut, dan protein bioaktif. Fungsi utamanya adalah hidrasi, nutrisi kornea, dan media penyebar zat antimikroba.
Diproduksi oleh Kelenjar Goblet yang tersebar di konjungtiva. Lapisan ini bersentuhan langsung dengan sel-sel epitel kornea. Musin (terutama MUC5AC) mengubah permukaan kornea yang pada dasarnya hidrofobik menjadi hidrofilik, memungkinkan lapisan berair menempel secara merata dan mencegah terbentuknya bintik kering (dry spots).
Analisis air mata mengungkapkan keragaman komponen yang berperan dalam pertahanan dan nutrisi:
Fisiologi lakrimasi juga diatur oleh mekanisme saraf. Produksi air mata (aqueous) diatur melalui refleks yang dikendalikan oleh saraf kranial V (trigeminal) yang membawa sinyal iritasi, dan saraf kranial VII (fasialis) yang merupakan eferen motorik untuk sekresi kelenjar lakrimal. Keseimbangan halus antara parasimpatis (stimulasi sekresi) dan simpatis (vasokonstriksi dan sedikit penghambatan) menentukan laju produksi air mata.
Penelitian kontemporer semakin melihat air mata bukan hanya sebagai pelindung, tetapi sebagai cairan diagnostik, mencerminkan konsentrasi metabolit dan protein yang terkait dengan kondisi sistemik, seperti diabetes, alergi, dan bahkan beberapa bentuk kanker okular.
Meskipun semua air mata memiliki struktur kimia dasar yang sama, pemicu dan peran biologisnya membagi lakrimasi menjadi tiga kategori fungsional yang berbeda.
Ini adalah air mata "harian" yang diproduksi secara konstan dalam jumlah kecil (sekitar 0.5 hingga 2 mikroliter per menit). Air mata basal adalah pekerjaan utama dari kelenjar lakrimal aksesori (Krause dan Wolfring) dan Kelenjar Meibomian. Fungsi utamanya murni homeostatik:
Kegagalan dalam produksi basal adalah penyebab utama sindrom mata kering tipe defisiensi aqueous. Produksi basal harus efisien dan berkelanjutan sepanjang waktu, terutama saat mata terbuka.
Dipicu oleh iritasi atau rasa sakit yang tiba-tiba pada mata atau area sekitarnya. Pemicu umum termasuk memotong bawang, partikel asing (debu, bulu mata), asap, gas iritan, dan rangsangan nyeri pada kornea. Air mata refleks adalah respons cepat dan berlebihan dari Kelenjar Lakrimal Utama.
Air mata yang berhubungan dengan keadaan emosional intens, baik negatif (kesedihan, rasa sakit) maupun positif (kegembiraan ekstrem, kelegaan). Air mata emosional adalah fenomena unik manusia yang masih menjadi subjek penelitian psikofisiologi intensif.
Perbedaan antara air mata basal, refleks, dan emosional menyoroti bahwa lakrimasi adalah sebuah sistem yang dinamis, menyesuaikan laju alir dan komposisi kimia berdasarkan kebutuhan fisiologis dan psikologis tubuh saat itu.
Kelenjar lakrimal juga sangat sensitif terhadap perubahan hormonal, terutama steroid seks. Reseptor androgen dan estrogen ditemukan melimpah di kelenjar lakrimal dan kelenjar Meibomian. Kekurangan androgen (seperti yang terjadi setelah menopause atau pada pria yang menerima terapi anti-androgen) secara signifikan dapat menurunkan produksi air mata dan menyebabkan disfungsi Meibomian, menjadikan lakrimasi sensitif terhadap status endokrin tubuh.
Hipolakrimasi, atau kekurangan produksi air mata, adalah manifestasi utama dari Sindrom Mata Kering (Dry Eye Syndrome - DES), salah satu keluhan okular yang paling umum. DES didefinisikan sebagai penyakit multifaktorial pada permukaan okular yang ditandai oleh hilangnya homeostasis lapisan air mata dan disertai oleh gejala okular, di mana ketidakstabilan lapisan air mata, hiperosmolalitas, peradangan, dan kerusakan permukaan okular memegang peran etiologi.
Menurut laporan TFOS DEWS II (Tear Film and Ocular Surface Society Dry Eye Workshop II), DES diklasifikasikan menjadi dua subtipe utama, meskipun sering terjadi tumpang tindih:
Disebabkan oleh kegagalan Kelenjar Lakrimal Utama dan Aksesori untuk memproduksi cairan berair yang cukup. Ini sering terlihat pada:
Ini adalah jenis yang paling umum, yang disebabkan oleh penguapan air mata yang terlalu cepat. Meskipun produksi air mata berair mungkin normal, lapisan lipid yang buruk gagal menguncinya di tempatnya.
Terlepas dari penyebabnya, hipolakrimasi dan ketidakstabilan lapisan air mata memicu siklus patologis. Penguapan atau kekurangan air menyebabkan peningkatan hiperosmolalitas air mata. Hiperosmolalitas ini bersifat toksik bagi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva, memicu pelepasan mediator inflamasi (sitokin), yang pada gilirannya menyebabkan peradangan kronis pada permukaan mata. Peradangan ini selanjutnya merusak kelenjar air mata dan Goblet, memperburuk defisiensi dan menciptakan lingkaran setan.
Gejala DES sangat bervariasi dan sering mengganggu kualitas hidup pasien secara signifikan:
Diagnosis DES memerlukan kombinasi tes fungsi dan gejala:
Pengobatan bersifat bertahap dan berfokus pada pemulihan homeostasis:
Pengelolaan hipolakrimasi adalah maraton, bukan sprint, yang membutuhkan kepatuhan pasien yang ketat dan pemahaman bahwa DES adalah kondisi kronis yang memerlukan manajemen berkelanjutan.
Berlawanan dengan hipolakrimasi, Epifora adalah istilah klinis untuk mata berair berlebihan. Hal ini terjadi ketika terjadi ketidakseimbangan, tetapi bukan karena kelebihan produksi air mata emosional atau refleks. Epifora paling sering disebabkan oleh kegagalan sistem drainase untuk mengalirkan volume air mata normal atau basal.
Penyumbatan adalah penyebab epifora yang paling umum. Air mata yang diproduksi tidak memiliki jalan keluar yang memadai, sehingga meluap di atas kelopak mata.
Bisa bersifat kongenital atau didapat. Pada bayi (congenital dacryostenosis), penyumbatan sering terjadi pada Katup Hasner di ujung duktus. Biasanya kondisi ini sembuh spontan dalam beberapa bulan pertama kehidupan, tetapi kadang memerlukan pemijatan (massage) atau prosedur probing. Pada orang dewasa, penyumbatan didapat biasanya disebabkan oleh peradangan kronis, trauma, atau, jarang, tumor.
Penyempitan puncta (saluran masuk) atau kanalikulus (saluran penghubung). Dapat disebabkan oleh infeksi kronis (misalnya herpes), peradangan akibat obat tetes mata, atau penuaan alami.
Infeksi akut atau kronis pada kantung lakrimal yang terjadi akibat penyumbatan total duktus nasolakrimal. Cairan yang terperangkap menjadi media pertumbuhan bakteri, menyebabkan pembengkakan, nyeri, kemerahan, dan terkadang nanah di area sudut mata bagian medial.
Dalam kasus ini, salurannya mungkin terbuka, tetapi sistem pompa gagal berfungsi dengan baik:
Paling sering terjadi pada orang tua karena hilangnya elastisitas kelopak mata. Ketika kelopak mata bawah melorot, punctum lakrimal terlepas dari permukaan mata (lacrimal lake), sehingga air mata tidak dapat disedot ke dalam sistem drainase. Pembedahan (tarsorafi atau perbaikan kelopak mata) diperlukan untuk mengembalikan posisi normal punctum.
Kelemahan otot wajah (misalnya, Bell’s Palsy) dapat mengurangi efisiensi mekanisme pompa yang vital untuk menarik air mata ke kantung lakrimal. Air mata tetap berada di mata dan meluap.
Pengobatan epifora bergantung pada lokasi dan jenis penyumbatan:
Diagnostik modern seperti dacryoscintigraphy (pemindaian nuklir air mata) dan dacryocystography (pencitraan radiografi dengan kontras) membantu ahli bedah menentukan secara tepat lokasi penyumbatan sebelum intervensi.
Lakrimasi berada di bawah kontrol neurologis yang ketat. Proses ini melibatkan busur refleks kompleks yang melibatkan sensorik dari saraf kranial V (Trigeminal) dan motorik dari saraf kranial VII (Fasialis).
Ketika iritasi terjadi pada kornea atau konjungtiva, sinyal sensorik berjalan melalui cabang oftalmik dari saraf trigeminal (V1). Sinyal ini menuju nukleus trigeminal di batang otak. Dari sana, jalur interneuron menghubungkannya ke nukleus parasimpatis superior salivatorius yang terletak di pons. Saraf preganglionik parasimpatis kemudian melakukan perjalanan melalui saraf fasialis (VII), melewati ganglion geniculate, dan bersinaps di ganglion pterigopalatina. Serat postganglionik kemudian mencapai Kelenjar Lakrimal Utama, memicu sekresi air mata yang masif.
Kondisi medis ini, secara teknis disebut Lacrimation Gustatorik, adalah manifestasi patologis dari regenerasi saraf yang salah. Sindrom ini terjadi setelah cedera pada saraf fasialis (misalnya, akibat trauma atau pemulihan dari Bell’s Palsy).
Selama proses penyembuhan, serat saraf yang seharusnya menuju kelenjar ludah (saliva) salah tumbuh dan malah menginervasi Kelenjar Lakrimal. Akibatnya, pasien mulai menangis hebat (lakrimasi berlebihan) setiap kali mereka makan, mengunyah, atau mencium bau makanan yang kuat. Ini terjadi karena stimulasi kelenjar ludah oleh makanan secara tidak sengaja memicu kelenjar air mata. Meskipun namanya dramatis, sindrom ini adalah contoh nyata betapa rumit dan rentannya regenerasi saraf otonom.
Saraf simpatis, meskipun bukan motorik utama sekresi, memainkan peran modulasi. Stimulasi simpatis menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah kelenjar lakrimal, yang dapat mengurangi produksi air mata hingga batas tertentu. Keseimbangan antara inervasi parasimpatis yang memicu dan inervasi simpatis yang memodulasi sangat penting untuk produksi air mata yang terkontrol.
Air mata adalah ultrafiltrat darah dan cairan interstitial. Karena sifat non-invasifnya dalam pengumpulan sampel dan kedekatannya dengan pembuluh darah yang luas di mata, air mata semakin diakui sebagai cairan diagnostik yang sangat berharga (biomarker).
Kandungan biokimia air mata dapat mencerminkan kondisi metabolik sistemik:
Proteomik air mata, studi skala besar tentang protein yang ada, telah mengidentifikasi ribuan protein. Perubahan pada proteom ini tidak hanya menunjukkan penyakit okular lokal (seperti Sindrom Mata Kering) tetapi juga penyakit neurodegeneratif.
Sebagai contoh, pasien dengan penyakit Alzheimer menunjukkan profil protein air mata yang berbeda. Hal ini membuka potensi air mata menjadi metode skrining yang cepat, murah, dan non-invasif untuk kondisi yang secara tradisional memerlukan prosedur diagnostik invasif atau mahal.
Memahami fisiologi dan komposisi air mata sangat krusial untuk pengembangan formulasi obat tetes mata. Pelapisan musin dan lipid adalah penghalang alami. Obat harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki waktu tinggal (residence time) yang cukup lama di permukaan mata sebelum terbawa oleh air mata yang mengalir atau menguap, memastikan penyerapan yang efektif ke dalam kornea dan bilik anterior.
Sementara fungsi basal dan refleks air mata murni bersifat fisiologis, air mata emosional menempatkan lakrimasi pada ranah psikologi dan sosiologi, menjadikannya fenomena yang kaya makna dan interpretasi.
Banyak teori mendukung gagasan bahwa menangis emosional berfungsi sebagai mekanisme katarsis. Tindakan fisik menangis—termasuk kontraksi otot wajah, suara isak tangis, dan aliran air mata—sering diikuti oleh perasaan lega. Secara biokimia, pelepasan hormon stres (ACTH, Kortisol) melalui air mata, meskipun volumenya kecil, dihipotesiskan berkontribusi pada pemulihan homeostasis emosional setelah periode stres intensif.
Namun, nilai katarsis air mata juga bersifat kontekstual. Menangis di lingkungan yang mendukung secara sosial cenderung lebih melegakan dibandingkan menangis sendirian atau di lingkungan yang menghakimi.
Air mata adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang paling efektif pada manusia. Air mata mengisyaratkan kepada pengamat bahwa individu tersebut berada dalam keadaan kerentanan tinggi, membutuhkan perhatian, atau sedang mengalami emosi intensif. Fenomena ini memicu respons empati dan perilaku membantu dari pihak lain, yang merupakan dasar penting dalam pembentukan dan pemeliharaan ikatan sosial.
Studi psikologis menunjukkan bahwa air mata memengaruhi penilaian kita terhadap wajah. Wajah yang menangis dianggap lebih sedih dan membutuhkan dukungan, dibandingkan dengan wajah yang sama tetapi tanpa air mata.
Frekuensi dan intensitas menangis sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosiokultural. Dalam banyak budaya, wanita cenderung melaporkan dan menunjukkan lakrimasi emosional lebih sering daripada pria, sebuah perbedaan yang mulai muncul setelah masa pubertas. Perbedaan ini kemungkinan besar bukan disebabkan oleh perbedaan kapasitas kelenjar lakrimal, tetapi oleh peran hormonal (prolaktin) dan, yang lebih dominan, oleh norma gender yang mengizinkan atau bahkan mendorong ekspresi emosi terbuka pada wanita, sementara pria didorong untuk menahan diri.
Persepsi terhadap air mata juga bervariasi; di beberapa konteks profesional, air mata dapat dilihat sebagai tanda kelemahan, sementara di konteks pribadi atau ritual keagamaan, air mata adalah tanda keaslian emosional dan penghormatan.
Lakrimasi adalah proses yang jauh lebih dari sekadar menangis. Ini adalah sistem biologis yang terintegrasi secara sempurna, mencakup anatomi yang presisi, fisiologi biokimia yang kaya, dan inervasi neurologis yang kompleks. Dari pertahanan antibakteri yang disediakan oleh lisozim dan laktoferin hingga stabilitas lapisan lipid yang mencegah penguapan, setiap komponen air mata memainkan peran yang tak tergantikan dalam menjaga integritas visual dan kesehatan permukaan okular.
Gangguan lakrimasi, baik dalam bentuk defisiensi (Sindrom Mata Kering) maupun obstruksi (Epifora), memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup. Pemahaman mendalam tentang patofisiologi ini—mulai dari peran MGD dalam mata kering evaporatif hingga kebutuhan bedah untuk dacryocystitis—adalah kunci untuk penatalaksanaan klinis yang efektif.
Selain itu, peran air mata sebagai biomarker non-invasif membuka horizon baru dalam kedokteran diagnostik, memungkinkan kita untuk memantau kesehatan sistemik melalui analisis sederhana dari cairan okular. Akhirnya, air mata emosional menegaskan kembali kedudukan lakrimasi sebagai jembatan antara biologi murni dan kompleksitas pengalaman psikologis dan interaksi sosial manusia.
Misteri air mata adalah cerminan dari kompleksitas tubuh; cairan jernih ini adalah pelindung biologis, nutrisi bagi kornea, peredam emosional, dan sinyal sosial—semuanya terkandung dalam beberapa mikroliter cairan yang kita produksi setiap saat, tanpa pernah kita sadari, sampai ia gagal berfungsi.
Keberadaan Lisozim dalam air mata adalah salah satu keajaiban evolusioner. Lisozim, ditemukan oleh Alexander Fleming, adalah muramidase yang bekerja dengan menghidrolisis ikatan glikosida beta-(1,4) antara N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat dalam peptidoglikan, yang merupakan komponen vital dinding sel bakteri Gram-positif. Konsentrasi lisozim dalam air mata sangat tinggi, melebihi konsentrasi yang ditemukan di banyak cairan tubuh lainnya, menunjukkan prioritas tubuh dalam mempertahankan sterilitas permukaan okular. Penurunan kadar lisozim, sering terlihat pada pasien dengan Sindrom Mata Kering yang parah, berhubungan langsung dengan peningkatan risiko infeksi okular, termasuk keratitis. Hal ini memperkuat bahwa air mata adalah barikade imunologis, bukan sekadar pelumas.
Dalam kasus hipolakrimasi yang parah, terutama pada pasien dengan Sindrom Sjögren atau kegagalan graft-versus-host disease (GVHD) okular, air mata buatan standar seringkali tidak memadai. Di sinilah peran lensa kontak khusus, seperti lensa sklera (scleral lenses), menjadi krusial. Lensa sklera adalah lensa berdiameter besar yang tidak bertumpu pada kornea yang sensitif, melainkan pada sklera yang kurang sensitif. Lensa ini menciptakan reservoir cairan antara lensa dan kornea. Ruang ini diisi dengan air mata buatan bebas pengawet, yang secara efektif berfungsi sebagai ‘tangki air mata’ buatan yang melindungi dan menghidrasi kornea sepanjang hari. Lensa sklera tidak hanya memberikan hidrasi tetapi juga melindungi kornea dari abrasi mekanis akibat kedipan, memberikan kenyamanan yang signifikan dan mencegah komplikasi serius seperti ulkus kornea steril.
Disfungsi Kelenjar Meibomian (MGD) kini diakui sebagai penyebab paling umum dari semua kasus Mata Kering. Ini adalah kondisi kronis dan difus pada kelenjar Meibomian, ditandai dengan obstruksi duktus terminal dan/atau perubahan pada sekresi meibum (minyak). Ketika meibum kualitas buruk atau tersumbat, lapisan lipid gagal bekerja. Air mata berair yang di bawahnya menguap 10 hingga 20 kali lipat lebih cepat. Manajemen MGD memerlukan terapi jangka panjang yang fokus pada pencairan meibum yang mengeras (melalui kompres hangat dan pijatan) dan pengendalian peradangan kronis pada kelopak mata (blefaritis) yang sering menyertai MGD. Prosedur klinis canggih seperti LipiFlow atau instrumentasi Meibomian (penghapusan sumbatan mekanis) menjadi penting dalam kasus MGD yang resisten.
Meskipun air mata emosional sering dibahas dalam konteks psikologis, ada juga penelitian yang mencoba menggunakan analisis komponen air mata untuk membedakan antara air mata emosional dan air mata refleks, terutama dalam konteks forensik atau penelitian keaslian kesaksian. Walaupun sulit untuk dilakukan di luar lingkungan laboratorium, perbedaan komposisi (terutama adanya hormon peptida dan prolaktin dalam air mata emosional) memberikan petunjuk biokimia bahwa air mata yang diteteskan bukan hanya respons iritan murni. Penelitian ini menggarisbawahi keunikan respons tubuh manusia terhadap stres mental versus stres fisik.
Dacryocystitis kronis, yang merupakan infeksi menetap pada kantung lakrimal karena penyumbatan total, memerlukan intervensi bedah definitif: Dacryocystorhinostomy (DCR). DCR bertujuan untuk menciptakan anastomos (lubang baru) antara kantung lakrimal dan mukosa hidung. Prosedur ini dapat dilakukan secara eksternal (membuat sayatan di kulit wajah, di dekat hidung) atau endoskopik (memasukkan alat melalui lubang hidung). DCR endoskopik menjadi semakin populer karena tidak meninggalkan bekas luka kulit dan memiliki pemulihan yang lebih cepat. Kunci keberhasilan DCR adalah memastikan patensi jangka panjang dari lubang baru tersebut, yang sering melibatkan penempatan stent silikon sementara (tube lacrimal) selama beberapa bulan pertama untuk mencegah jaringan parut menutup jalur drainase yang baru dibuat.
Farmakologi mata memanfaatkan pemahaman mendalam tentang inervasi otonom. Obat-obatan yang bekerja pada sistem parasimpatis, seperti agonis muskarinik (misalnya, Pilokarpin oral), dapat digunakan untuk merangsang produksi air mata pada pasien yang kelenjar lakrimalnya masih memiliki potensi fungsional, seperti pada beberapa kasus Sindrom Sjögren tahap awal. Sebaliknya, obat-obatan yang memiliki efek antikolinergik (yang menghambat parasimpatis) akan secara konsisten menyebabkan mata kering sebagai efek samping yang signifikan. Pemahaman ini sangat penting bagi dokter umum dan spesialis untuk mengidentifikasi obat sistemik yang mungkin memperburuk kondisi hipolakrimasi pasien.
Regulasi lakrimasi menunjukkan sebuah sistem biologis yang terorkestrasi, di mana kegagalan sekecil apa pun pada level selular, mekanis, atau neurologis dapat mengganggu seluruh keseimbangan okular. Studi terus-menerus terhadap cairan air mata membuka jendela tidak hanya ke kesehatan mata, tetapi juga ke kesehatan sistemik yang lebih luas, menegaskan bahwa lakrimasi adalah salah satu proses paling vital yang sering terabaikan dalam biologi manusia.