Lahan Parkir: Pilar Tersembunyi Mobilitas Urban dan Tinjauan Komprehensif

Ikon Simbol Parkir Simbol P yang menggambarkan fungsi dasar lahan parkir.

Ilustrasi Kebutuhan Dasar Parkir dalam Lingkungan Perkotaan.

Lahan parkir, sering dianggap sebagai elemen pendukung sederhana dalam infrastruktur kota, sesungguhnya adalah komponen krusial yang menentukan efisiensi mobilitas, kualitas udara, dan bahkan keberlanjutan ekonomi suatu wilayah urban. Ketika laju urbanisasi terus meningkat dan kepemilikan kendaraan pribadi semakin meluas, manajemen dan perencanaan lahan parkir beralih dari sekadar kebutuhan fungsional menjadi isu strategis yang kompleks, melibatkan aspek rekayasa lalu lintas, ekonomi properti, hingga integrasi teknologi cerdas. Artikel ini akan mengupas tuntas dimensi-dimensi lahan parkir, membahas tantangan yang ada, dan mengeksplorasi solusi inovatif yang membentuk masa depannya.

Definisi dan Fungsi Esensial: Lahan parkir bukanlah ruang mati; ia adalah titik transisi vital antara moda transportasi dan aktivitas manusia. Keberadaannya secara langsung mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan kendaraan, yang pada akhirnya memengaruhi tingkat kemacetan dan kebutuhan ruang kota.

I. Dimensi Perencanaan Kota dan Tipologi Lahan Parkir

Perencanaan lahan parkir yang baik harus terintegrasi dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Kuantitas dan lokasi parkir harus disesuaikan dengan intensitas penggunaan lahan di sekitarnya. Jika perencanaan gagal, konsekuensinya adalah kemacetan abadi, parkir liar yang mengganggu hak pejalan kaki, dan peningkatan waktu tempuh komuter.

A. Klasifikasi dan Jenis Lahan Parkir Berdasarkan Lokasi dan Desain

Lahan parkir dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis utama, masing-masing membawa implikasi desain, biaya, dan dampak lingkungan yang berbeda:

1. Parkir Permukaan (Surface Parking)

Ini adalah bentuk parkir yang paling umum dan termurah untuk dibangun. Parkir permukaan menempati area terbuka dan seringkali ditemukan di pusat perbelanjaan atau pinggiran kota. Meskipun mudah diakses, parkir permukaan boros lahan. Di area perkotaan padat, setiap meter persegi lahan yang digunakan untuk parkir adalah kerugian besar bagi potensi pembangunan perumahan, komersial, atau ruang hijau publik. Perdebatan utama di sini adalah nilai kesempatan (opportunity cost) lahan tersebut.

2. Parkir Struktur Vertikal (Multi-Storey Parking Garages)

Untuk memaksimalkan penggunaan lahan vertikal, bangunan parkir bertingkat menawarkan solusi efisien. Desain ini memerlukan investasi awal yang signifikan dalam struktur beton, sistem ventilasi, penerangan, dan keamanan. Efisiensi bangunan vertikal diukur dari rasio jumlah ruang parkir per luas tapak tanah (Floor Area Ratio). Tantangan utama adalah meminimalkan waktu yang dibutuhkan pengguna untuk naik dan turun melalui ramp, yang bisa menyebabkan antrian panjang pada jam sibuk.

3. Parkir Bawah Tanah (Underground Parking)

Pilihan ini ideal di pusat kota yang sangat padat, memungkinkan permukaan tanah digunakan untuk aktivitas lain—bangunan, taman, atau plaza publik. Namun, biaya konstruksi parkir bawah tanah sangat tinggi, dipengaruhi oleh kondisi geologis, kedalaman penggalian, dan kebutuhan akan sistem drainase serta perlindungan kebakaran yang canggih. Selain itu, parkir bawah tanah sering kali dianggap kurang menarik bagi pengguna karena isu keamanan dan navigasi yang rumit. Optimasi desain harus mencakup pencahayaan yang cerah dan tata letak yang intuitif.

4. Parkir Tepi Jalan (On-Street Parking)

Parkir di badan jalan memiliki dampak langsung pada arus lalu lintas. Di satu sisi, ia menyediakan akses langsung dan kenyamanan bagi pedagang lokal. Di sisi lain, parkir tepi jalan mengurangi kapasitas jalan, memperlambat kecepatan rata-rata, dan dapat menghalangi pandangan pengemudi serta pejalan kaki. Pengelolaan parkir tepi jalan harus sangat ketat melalui kebijakan harga dinamis (dynamic pricing) dan penegakan hukum yang tegas untuk mencegah monopoli ruang publik.

B. Standar Perencanaan dan Dampak Lingkungan

Pemerintah kota di seluruh dunia menerapkan standar minimum parkir (minimum parking requirements) berdasarkan jenis bangunan (perumahan, kantor, ritel). Namun, paradigma ini mulai bergeser. Studi menunjukkan bahwa standar minimum seringkali menghasilkan kelebihan pasokan parkir, yang justru mendorong lebih banyak orang menggunakan mobil. Ini adalah konsep yang dikenal sebagai "The Parking Maximums" atau batas maksimum parkir.

Implikasi Lingkungan dari Lahan Parkir:

  1. Efek Pulau Panas (Heat Island Effect): Permukaan aspal dan beton yang luas pada parkir permukaan menyerap dan memancarkan panas, berkontribusi pada peningkatan suhu kota. Solusinya adalah penggunaan material permeabel atau penanaman pepohonan peneduh (tree canopy).
  2. Pengelolaan Air Hujan (Stormwater Management): Lahan parkir permukaan menghasilkan limpasan air hujan yang membawa polutan seperti minyak dan residu ban. Perencanaan modern mengintegrasikan sistem perkerasan permeabel dan bioswale untuk menyerap air dan memurnikannya sebelum masuk ke sistem drainase kota.
  3. Emisi Induksi: Ketersediaan parkir yang melimpah secara tidak langsung meningkatkan jarak tempuh kendaraan (Vehicle Miles Traveled/VMT), yang berarti peningkatan emisi gas rumah kaca.

II. Ekonomi Lahan Parkir: Harga, Permintaan, dan Nilai Properti

Parkir adalah komoditas ekonomi yang sangat berharga. Namun, di banyak kota, harga parkir sering kali ditetapkan terlalu rendah atau bahkan gratis. Fenomena ini, yang disebut sebagai "Paradoks Parkir Gratis", menyamarkan biaya sebenarnya dari kepemilikan dan penggunaan mobil, mendistorsi pasar, dan menyebabkan inefisiensi luar biasa.

A. Biaya Sejati Lahan Parkir

Meskipun pengguna mungkin tidak membayar sepeser pun untuk parkir gratis di pusat perbelanjaan, biaya tersebut sesungguhnya ditanggung melalui mekanisme lain:

B. Strategi Penetapan Harga Parkir Dinamis (Dynamic Pricing)

Salah satu solusi paling efektif untuk manajemen parkir adalah penerapan harga yang responsif terhadap permintaan. Strategi ini memastikan bahwa selalu ada beberapa tempat parkir yang tersedia (target okupansi 85%) dan mengurangi waktu yang dihabiskan pengemudi mencari ruang kosong. Konsep ini pertama kali dipopulerkan oleh Donald Shoup, seorang ekonom urban terkemuka.

1. Mekanisme Kerja Penetapan Harga Dinamis

Harga parkir tidak lagi statis sepanjang hari. Di zona dengan permintaan tinggi (misalnya, jam makan siang), harga akan naik secara bertahap. Ketika permintaan turun (misalnya, tengah malam), harga akan turun. Ini membutuhkan infrastruktur sensor dan sistem pembayaran digital yang terintegrasi, yang memungkinkan perubahan harga secara real-time. Keuntungan utama adalah pengurangan kemacetan pencarian (cruising congestion).

2. Pembagian Pendapatan (Revenue Sharing)

Pendapatan yang dihasilkan dari parkir publik tepi jalan dapat diarahkan kembali ke perbaikan fasilitas publik di wilayah tersebut, seperti peningkatan trotoar, penerangan jalan, atau transportasi umum. Ini memberikan insentif politik bagi masyarakat untuk mendukung tarif parkir yang lebih realistis, karena mereka melihat manfaat langsung dari pendapatan tersebut.

III. Tantangan Operasional dan Aspek Hukum Lahan Parkir

Mengelola lahan parkir skala besar, seperti di bandara atau kompleks rumah sakit, melibatkan tantangan logistik yang signifikan, mulai dari keamanan, navigasi, hingga masalah hukum terkait tanggung jawab atas kendaraan yang diparkir.

A. Isu Keamanan dan Pengawasan

Lahan parkir, terutama yang berstruktur dan bawah tanah, seringkali menjadi titik rawan kejahatan. Perencanaan keamanan harus komprehensif, mencakup:

B. Tanggung Jawab Hukum (Liability)

Dalam banyak yurisdiksi, pengelola lahan parkir (operator) seringkali hanya menyediakan fasilitas ruang, bukan mengambil alih penitipan kendaraan (bailment). Ini berarti operator tidak bertanggung jawab penuh atas pencurian atau kerusakan yang terjadi pada kendaraan, asalkan mereka telah memenuhi standar keamanan yang wajar. Namun, kompleksitas muncul dalam kasus layanan parkir valet, di mana operator secara fisik mengambil alih kunci dan kendali kendaraan. Dalam konteks valet, tingkat tanggung jawab (liability) operator meningkat secara signifikan.

Pengaturan hukum harus jelas memisahkan antara sewa tempat (licensing the space) dan penitipan barang (bailment of the goods), dan perbedaan ini harus dikomunikasikan secara transparan kepada pengguna melalui papan informasi dan tiket parkir.

IV. Revolusi Parkir Cerdas (Smart Parking) dan Integrasi Teknologi

Teknologi cerdas menjadi kunci untuk mengatasi keterbatasan fisik lahan parkir. Sistem parkir cerdas menggunakan kombinasi sensor, data besar (big data), dan aplikasi seluler untuk mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada, mengurangi stres pengemudi, dan meningkatkan pendapatan operasional.

A. Komponen Utama Sistem Parkir Cerdas

1. Sensor Parkir (Occupancy Sensors)

Sensor dapat dipasang di setiap slot parkir (sensor berbasis magnetik, ultrasonik, atau infra merah) atau pada pintu masuk/keluar area (sensor berbasis kamera dan pemrosesan gambar). Fungsi utamanya adalah mendeteksi status ketersediaan ruang secara akurat dan mengirimkan data tersebut ke sistem pusat. Akurasi data ini adalah dasar dari semua sistem cerdas lainnya.

2. Sistem Panduan Parkir (Parking Guidance Systems - PGS)

PGS menggunakan data dari sensor untuk memandu pengemudi menuju ruang yang tersedia melalui indikator visual (lampu hijau/merah di atas slot) dan rambu digital yang menunjukkan jumlah ruang kosong di setiap lantai atau area. Ini secara dramatis mengurangi waktu pencarian, yang merupakan kontributor utama kemacetan internal di garasi parkir besar.

3. Aplikasi Seluler dan Pembayaran Digital

Aplikasi memungkinkan pengguna untuk melihat ketersediaan parkir di berbagai lokasi sebelum mereka berangkat, memesan ruang parkir (reservasi), dan membayar tarif tanpa perlu uang tunai atau tiket fisik. Integrasi pembayaran digital, seperti QR code atau RFID, menyederhanakan proses transaksi dan memungkinkan penerapan tarif dinamis yang lebih fleksibel.

Big Data dalam Parkir: Data historis mengenai kapan, di mana, dan berapa lama kendaraan parkir sangat berharga. Data ini digunakan untuk memprediksi puncak permintaan, mengoptimalkan alokasi staf keamanan, dan yang paling penting, menyesuaikan tarif parkir untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.

B. Parkir Otomatis (Automated Parking Systems - APS)

APS, sering disebut sistem robotik parkir, menghilangkan kebutuhan akan ramp, lorong, dan ruang manuver. Pengemudi meninggalkan kendaraan di titik transfer, dan robot atau sistem konveyor otomatis memindahkan mobil ke ruang kosong. Keunggulan APS adalah:

Meskipun biaya awal APS sangat tinggi, solusi ini semakin menarik di pusat-pusat kota metropolitan yang harga tanahnya melambung tinggi, di mana penghematan ruang vertikal jauh lebih berharga daripada investasi teknologi.

V. Tantangan Spesifik: Parkir dan Elektrifikasi (E-Mobility)

Transisi menuju kendaraan listrik (EV) menimbulkan tantangan baru bagi infrastruktur lahan parkir, mengubahnya dari sekadar tempat penyimpanan menjadi stasiun layanan energi yang kompleks.

A. Integrasi Stasiun Pengisian Daya (Charging Stations)

Setiap ruang parkir berpotensi menjadi titik pengisian daya. Perencanaan harus mencakup infrastruktur kelistrikan yang memadai, yang jauh lebih kompleks daripada hanya memasang stopkontak. Diperlukan manajemen beban yang canggih untuk menghindari kelebihan beban jaringan listrik gedung, terutama jika puluhan EV mengisi daya secara simultan.

1. Jenis Pengisian Daya

Lahan parkir harus mengakomodasi setidaknya tiga level pengisian daya: Level 1 (lambat, untuk parkir semalam), Level 2 (menengah, untuk parkir harian di kantor), dan Pengisian Cepat DC (untuk persinggahan singkat). Lokasi pengisian cepat harus ditempatkan strategis agar tidak memonopoli tempat parkir untuk waktu lama.

2. Penegakan Hukum dan Parkir EV

Isu umum adalah 'ICEing' (Internal Combustion Engine), di mana mobil berbahan bakar konvensional memarkir di slot khusus EV. Sebaliknya, ada juga masalah EV yang terus parkir di slot pengisian daya meskipun baterai sudah penuh. Solusinya adalah penerapan tarif denda parkir yang progresif atau tarif "idle fee" yang sangat tinggi setelah mobil selesai mengisi daya, mendorong pergantian pengguna.

B. Kesiapan Parkir untuk Kendaraan Otonom

Masa depan mobilitas melibatkan kendaraan otonom (AV). AV tidak memerlukan ruang parkir yang mudah diakses manusia. Implikasi utamanya adalah:

  1. Desain Minimalis: Tanpa pengemudi dan penumpang yang keluar, parkir dapat dibuat lebih rapat, menghilangkan kebutuhan akan ruang ekstra lebar di sisi pintu.
  2. Parkir Jarak Jauh: AV dapat mengantar penumpang di titik drop-off dan kemudian secara otomatis mencari tempat parkir yang jauh dan murah di pinggiran. Hal ini dapat membebaskan ruang parkir premium di pusat kota.
  3. Aktivasi Ulang Lahan Parkir: Dalam skenario di mana mobilitas sebagai layanan (MaaS) mendominasi, kepemilikan mobil pribadi akan menurun. Lahan parkir masif yang dibangun hari ini bisa diubah (repurposed) menjadi perumahan atau fasilitas umum dalam dua hingga tiga dekade mendatang.

VI. Integrasi Lahan Parkir dengan Transportasi Publik

Lahan parkir tidak boleh dilihat sebagai akhir dari perjalanan, melainkan sebagai bagian dari jaringan transportasi yang lebih luas. Integrasi yang berhasil antara parkir dan transportasi umum (Public Transit) sangat penting untuk mengurangi kemacetan inti kota.

A. Park and Ride (Parkir dan Lanjut Transportasi Publik)

Fasilitas Park and Ride dirancang di dekat stasiun kereta komuter, terminal bus, atau jalur metro di pinggiran kota. Tujuannya adalah mendorong komuter meninggalkan mobil mereka dan beralih ke angkutan massal untuk sisa perjalanan menuju pusat kota.

B. Integrasi Mikro-Mobilitas

Lahan parkir modern harus menyediakan ruang penyimpanan dan pengisian daya yang aman untuk mikro-mobilitas, termasuk skuter listrik dan sepeda. Konsep ini mengakui bahwa banyak perjalanan terakhir (last mile) tidak lagi dilakukan dengan mobil, tetapi dengan kendaraan pribadi berukuran kecil.

VII. Desain Inovatif dan Masa Depan Lahan Parkir

Konsep desain parkir terus berevolusi, beradaptasi dengan kebutuhan estetika, fungsionalitas, dan keberlanjutan. Arsitek kini merancang struktur parkir yang tidak tampak seperti "gudang beton" tetapi merupakan aset komunitas.

A. Parkir yang Fleksibel dan Adaptif (Convertible Parking Structures)

Mengingat ketidakpastian masa depan mobilitas, di mana permintaan parkir diprediksi menurun karena otonomi dan ridesharing, struktur parkir baru harus dirancang agar dapat diubah fungsinya (converted) menjadi ruang ritel, kantor, atau perumahan dengan biaya minimal.

Fitur desain yang mendukung konversi:

  1. Ketinggian Lantai yang Konsisten: Lantai parkir harus memiliki ketinggian yang sama dengan standar lantai kantor/apartemen, bukan ketinggian yang lebih rendah yang khas untuk garasi.
  2. Lantai Datar (Flat Slabs): Menghindari ramp yang permanen. Ramp harus dapat dibongkar, atau parkir menggunakan sistem mekanis/robotik agar lantai tetap rata.
  3. Sistem Ventilasi Fleksibel: Merancang sistem ventilasi yang mudah ditingkatkan menjadi sistem HVAC standar untuk bangunan hunian.
  4. Jendela dan Fasad: Memasukkan jendela atau potensi bukaan di fasad agar bangunan memiliki cahaya alami yang cukup untuk fungsi lain di masa depan.

B. Estetika dan Desain Ramah Manusia

Parkir tidak harus buruk rupa. Desain modern menggunakan fasad kreatif (misalnya kisi-kisi, tanaman merambat, atau panel artistik) yang menyembunyikan fungsi struktural beton. Atap parkir juga dapat diubah menjadi kebun atap (rooftop gardens) atau bahkan area pembangkit listrik tenaga surya, memberikan nilai tambah selain hanya tempat memarkir kendaraan.

VIII. Analisis Mendalam: Kemacetan Pencarian (Cruising Congestion) dan Solusi Data

Salah satu kontributor terbesar kemacetan di area padat bukanlah hanya jumlah mobil yang bergerak, tetapi mobil yang berputar-putar mencari tempat parkir yang tersedia. Fenomena Cruising Congestion ini telah dipelajari secara ekstensif, dan solusinya hampir selalu berbasis data dan harga.

A. Dampak dan Metrik Kemacetan Pencarian

Di beberapa pusat kota besar, diperkirakan hingga 30% dari total lalu lintas di area komersial disebabkan oleh pengemudi yang mencari tempat parkir. Dampak ini bersifat ganda:

B. Solusi Berbasis Data untuk Mengurangi Pencarian

Penerapan sistem parkir cerdas menjadi obat paling ampuh. Ketika data ketersediaan ruang (real-time occupancy data) tersedia secara publik melalui aplikasi atau rambu-rambu, pengemudi dapat membuat keputusan rasional sebelum memasuki zona sibuk.

1. Sensor Jarak Jauh (LoRaWAN dan NB-IoT)

Penggunaan jaringan nirkabel jarak jauh berdaya rendah (seperti LoRaWAN atau NB-IoT) memungkinkan sensor parkir tepi jalan beroperasi dengan baterai untuk periode yang sangat lama sambil terus mengirimkan data ketersediaan kembali ke cloud. Ini memungkinkan jangkauan yang luas tanpa perlu penggalian kabel yang mahal.

2. Pembelajaran Mesin dalam Prediksi Permintaan

Model pembelajaran mesin dapat menganalisis data historis (cuaca, acara khusus, hari libur) untuk memprediksi permintaan parkir per jam di masa depan. Prediksi ini kemudian digunakan oleh sistem penetapan harga dinamis untuk menaikkan atau menurunkan harga secara proaktif, bahkan sebelum ruang benar-benar terisi, mempertahankan target okupansi 85%.

IX. Regulasi dan Kebijakan Publik Terhadap Lahan Parkir

Peran pemerintah daerah sangat vital. Regulasi yang kaku atau usang dapat menghambat inovasi, sementara kebijakan yang berani dapat mengubah lanskap urban secara positif.

A. Menghapus Persyaratan Parkir Minimum (Ending Minimum Parking Requirements)

Langkah reformasi kebijakan yang paling radikal dan semakin populer di kota-kota maju adalah penghapusan persyaratan parkir minimum untuk pembangunan baru. Kebijakan ini didasarkan pada filosofi bahwa pengembang (dan pasar) lebih tahu kebutuhan parkir mereka daripada pemerintah. Ini mendorong densitas yang lebih tinggi, meningkatkan keterjangkasan perumahan (karena biaya parkir tidak disubsidi ke harga sewa), dan secara fundamental mendukung transportasi non-mobil.

Contohnya, kota-kota besar mulai mengganti standar minimum dengan standar maksimum, memastikan bahwa pembangunan baru tidak menyediakan terlalu banyak parkir, memaksa pengguna mempertimbangkan moda transportasi alternatif.

B. Manajemen Parkir Zona (Zonal Parking Management)

Alih-alih mengelola setiap jalan sebagai entitas terpisah, manajemen parkir zona memperlakukan area komersial besar sebagai satu kesatuan. Ini memungkinkan pengalihan pendapatan antar-jalan raya dan penerapan tarif yang lebih konsisten di seluruh zona, menghilangkan perbedaan harga yang membingungkan bagi pengguna.

X. Studi Kasus dan Solusi Kreatif di Tingkat Komunitas

Inovasi dalam lahan parkir tidak hanya terjadi di level teknologi tinggi, tetapi juga di tingkat komunitas yang mencari solusi kreatif untuk ruang terbatas.

A. Berbagi Parkir (Shared Parking)

Banyak lahan parkir memiliki jadwal permintaan yang berlawanan. Misalnya, kantor membutuhkan parkir pada siang hari, sementara restoran atau teater membutuhkannya pada malam hari. Konsep berbagi parkir melibatkan perjanjian formal antara dua atau lebih entitas properti untuk menggunakan lahan parkir yang sama pada waktu yang berbeda. Ini sangat mengurangi total kebutuhan ruang parkir yang harus disediakan oleh pengembang di lokasi padat.

1. Model Hybrid: Parkir Hibrida

Struktur parkir hibrida menggabungkan fungsi. Misalnya, lantai dasar dan lantai satu digunakan sebagai ruang ritel, sementara lantai atas digunakan untuk parkir. Pada jam-jam tertentu, beberapa slot parkir mungkin dialokasikan untuk layanan antar-jemput barang atau zona penjemputan layanan taksi online (ride-hailing), mengakomodasi pergeseran kebutuhan mobilitas.

B. Integrasi Seni dan Ruang Parkir

Beberapa kota menggunakan lahan parkir sebagai platform untuk seni publik dan aktivasi ruang. Parkir vertikal dirancang dengan mural besar atau pencahayaan dinamis yang mengubah fasad beton yang kaku menjadi ikon visual kota. Bahkan, gerakan "Park(ing) Day" internasional bertujuan mengubah slot parkir tepi jalan menjadi taman mini atau ruang publik sementara, menyoroti potensi penggunaan lahan yang lebih baik.

Dampak Desain Psikologis: Desain interior garasi yang menggunakan warna cerah, penunjuk arah yang jelas, dan musik latar yang tenang dapat mengurangi kecemasan pengguna dan meningkatkan persepsi keamanan. Ini adalah investasi kecil yang memiliki dampak besar pada pengalaman pengguna.

XI. Perspektif Jangka Panjang dan Transformasi Urban

Lahan parkir sedang mengalami krisis identitas. Dari sekadar tempat penyimpanan kendaraan, kini ia bertransformasi menjadi pusat mobilitas yang kompleks, stasiun energi, dan aset properti yang dioptimalkan melalui data.

Masa depan perencanaan lahan parkir harus berpusat pada fleksibilitas dan keberlanjutan. Keputusan investasi dalam infrastruktur parkir hari ini harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa dalam beberapa dekade, kebutuhan akan ruang parkir akan menurun secara drastis akibat dominasi kendaraan otonom dan layanan berbagi perjalanan. Oleh karena itu, perencanaan harus berani mengurangi persediaan parkir di pusat kota dan fokus pada pengembangan alternatif mobilitas yang lebih efisien.

Optimalisasi lahan parkir bukan hanya tentang menambah ruang, melainkan tentang manajemen permintaan yang cerdas. Dengan menggabungkan teknologi sensor canggih, penetapan harga yang responsif, dan kebijakan tata ruang yang progresif, kota-kota dapat memulihkan kembali sebagian besar ruang publik yang saat ini didominasi oleh mobil yang tidak bergerak, mewujudkan lingkungan urban yang lebih layak huni, ramah pejalan kaki, dan berkelanjutan secara ekonomi.