Fig. 1: Representasi visual konsep kurun waktu sebagai aliran dinamis.
Konsep kurun waktu adalah fondasi dari seluruh pemahaman manusia tentang eksistensi, baik dalam skala individu, peradaban, maupun kosmos. Kurun waktu bukanlah sekadar deretan jam, hari, atau tahun yang statis, melainkan sebuah kerangka interpretatif yang digunakan untuk memilah dan memahami perubahan, perkembangan, dan transisi signifikan. Periodisasi—tindakan membagi sejarah atau eksistensi menjadi kurun-kurun yang berbeda—memberikan narasi dan struktur pada kekacauan data yang tak terbatas.
Setiap kurun waktu, atau era, ditentukan oleh karakteristik dominan yang membedakannya secara fundamental dari era sebelumnya. Penanda batas antara satu kurun dengan kurun berikutnya seringkali bukan peristiwa tunggal yang tajam, melainkan proses panjang yang ditandai oleh pergeseran epistemologis, revolusi teknologi, atau perubahan iklim yang mendalam. Artikel ini akan menjelajahi kedalaman konsep kurun waktu, menelusuri bagaimana pembagian ini diaplikasikan dari skala yang paling luas dan abstrak, hingga pada periode peradaban manusia yang paling rinci dan terkini.
Ketika membahas kurun waktu pada skala yang paling agung, kita memasuki domain kosmologi dan fisika teoretis. Di sini, rentang waktu diukur dalam eon, yang seringkali mencakup miliaran unit periode konvensional. Pembagian kurun waktu kosmik ditandai oleh perubahan fundamental dalam hukum fisika yang beroperasi dan keadaan materi yang mendominasi alam semesta.
Periode ini, yang terjadi segera setelah singularitas fundamental, adalah kurun waktu di mana kondisi fisik alam semesta berubah sangat cepat. Kurun ini didominasi oleh energi tinggi dan kepadatan ekstrem. Dalam kurun yang sangat singkat ini, empat gaya fundamental alam (gravitasi, elektromagnetisme, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah) mulai memisahkan diri dari satu kesatuan super-gaya. Kurun awal ini ditandai oleh inflasi kosmik yang cepat, di mana ruang itu sendiri memuai pada laju yang melebihi batas kecepatan cahaya konvensional, menanamkan benih bagi struktur skala besar yang kita amati saat ini.
Setelah inflasi mereda, alam semesta memasuki kurun waktu yang didominasi oleh radiasi. Selama kurun ini, partikel-partikel bermuatan dan foton terikat erat dalam plasma panas dan padat, menjadikannya buram terhadap cahaya. Penanda akhir kurun ini adalah peristiwa penting yang dikenal sebagai rekombinasi, di mana suhu menurun cukup untuk memungkinkan elektron bergabung dengan inti atom, membentuk atom netral. Peristiwa ini memungkinkan foton bepergian bebas untuk pertama kalinya, menciptakan apa yang kini kita kenal sebagai latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB).
Kurun ini dimulai setelah rekombinasi. Meskipun kurun waktu radiasi telah meletakkan benih ketidakrataan dalam distribusi materi, kurun dominasi materi adalah saat gravitasi mulai bekerja secara efektif pada struktur materi netral. Ini adalah kurun pembentukan struktur, di mana awan gas raksasa mulai runtuh di bawah daya tariknya sendiri, memicu lahirnya bintang-bintang pertama dan galaksi primordial. Gelap, dingin, dan penuh hidrogen dan helium, periode awal kurun ini sering disebut sebagai "Zaman Kegelapan Kosmik," yang secara bertahap diterangi oleh munculnya generasi bintang pertama.
Transisi penting dalam kurun ini adalah reionisasi, di mana energi yang dipancarkan oleh bintang-bintang dan quasar muda mulai melucuti elektron dari atom netral, menjadikan sebagian besar alam semesta kembali terionisasi—meskipun jauh lebih tipis daripada plasma awal. Kurun waktu dominasi materi adalah kurun yang masih kita tinggali saat ini, di mana massa, baik materi biasa maupun materi gelap, menentukan dinamika perluasan alam semesta.
Refleksi Kurun Waktu Kosmologis: Periodisasi kosmik mengajarkan kita bahwa kurun waktu tidak selalu linier dalam laju perubahannya. Perubahan paling dramatis terjadi dalam fraksi detik-detik awal, sementara miliaran tahun berikutnya mungkin hanya menunjukkan evolusi struktural yang lebih lambat. Pembagian kurun waktu ini sepenuhnya didasarkan pada perubahan kondisi fisik yang universal, menjadikannya kerangka waktu yang paling objektif dan fundamental dalam ilmu pengetahuan.
Kurun waktu geologis adalah kerangka waktu yang digunakan untuk mengukur sejarah Bumi, yang mencakup rentang waktu yang sangat besar—sering disebut sebagai ‘Waktu Dalam’. Pembagian kurun waktu ini diatur oleh International Commission on Stratigraphy (ICS) dan didasarkan pada perubahan signifikan dalam susunan batuan, evolusi kehidupan, dan perubahan iklim global yang masif.
Eon ini mencakup kurun waktu dari pembentukan planet hingga munculnya kehidupan kompleks yang terlihat jelas. Sub-pembagian utamanya didasarkan pada penanggalan radiometrik dan sifat formasi geologi, karena bukti kehidupan masih minimal atau tersembunyi.
Kurun awal pembentukan kerak Bumi yang padat. Atmosfer sangat berbeda, didominasi oleh aktivitas vulkanik yang ekstrem, dan Bumi terus-menerus dibombardir oleh sisa-sisa tata surya. Tidak ada bukti kehidupan yang pasti pada kurun ini. Periode ini adalah kurun pemisahan material dan stabilisasi termal Bumi.
Ditandai dengan munculnya kehidupan prokariotik awal—organisme bersel tunggal tanpa inti. Kurun ini menyaksikan pembentukan benua-benua kecil pertama dan dimulainya proses fotosintesis primitif, yang secara perlahan mulai mengubah komposisi atmosfer Bumi, meskipun oksigen masih sangat langka.
Kurun ini adalah jembatan antara kehidupan sel tunggal primitif dan keanekaragaman hayati yang kompleks. Peristiwa paling penting yang mendefinisikan batas kurun ini adalah Insiden Oksigenasi Besar (GOE). GOE adalah kurun waktu bencana di mana oksigen, yang diproduksi oleh sianobakteri, mulai berakumulasi di atmosfer, memicu kepunahan massal pada sebagian besar organisme anaerobik.
Pada akhir Kurun Proterozoikum, muncul organisme eukariotik (dengan inti sel) dan organisme multiselular pertama yang lembut, dikenal sebagai fauna Ediacaran. Kurun ini adalah bukti bahwa transisi waktu geologis seringkali bersifat katastrofik dan revolusioner, bukan hanya evolusioner yang lambat.
Kurun Fanerozoikum, yang berarti 'kehidupan yang terlihat', adalah kurun waktu yang mencakup hampir seluruh sejarah kehidupan kompleks di Bumi, termasuk munculnya tumbuhan, hewan, dan manusia. Kurun ini dibagi menjadi tiga era utama, masing-masing dipisahkan oleh peristiwa kepunahan massal global.
Signifikansi Periodisasi Geologis: Pembagian kurun waktu geologis menyoroti betapa relatifnya rentang waktu peradaban manusia. Sejarah manusia modern hanyalah sekejap mata dalam eon geologis. Periodisasi ini memberi kita perspektif tentang stabilitas dan ketidakstabilan Bumi, di mana batas-batas kurun waktu sering kali merupakan hasil dari krisis ekologis yang mendalam.
Ketika kita menyempitkan fokus pada sejarah manusia dan pendahulu kita, kurun waktu dibagi berdasarkan perkembangan teknologi dan organisasi sosial, terutama sebelum ditemukannya sistem tulisan. Periodisasi arkeologis berfokus pada materi dan metode yang digunakan oleh masyarakat purba.
Kurun Batu adalah kurun waktu yang paling lama dalam sejarah budaya manusia, didefinisikan oleh penggunaan alat-alat yang terbuat dari batu, kayu, tulang, atau bahan alami lainnya.
Kurun ini mencakup waktu dari kemunculan alat batu pertama hingga berakhirnya periode glasial besar. Manusia dalam kurun ini adalah pemburu-pengumpul nomaden. Kurun Paleolitik selanjutnya dibagi menjadi tiga fase, masing-masing ditandai dengan peningkatan kompleksitas alat dan kemampuan kognitif:
Kurun transisi yang terjadi setelah akhir Zaman Es, ketika iklim menjadi lebih hangat dan stabil. Masyarakat mulai beradaptasi dengan lingkungan baru, yang kaya sumber daya lokal. Penanda utamanya adalah pengembangan alat mikrolit yang lebih kecil dan penggunaan busur dan anak panah. Kurun ini melihat peningkatan ketergantungan pada perikanan dan pengumpulan tanaman lokal.
Neolitik adalah kurun waktu revolusioner, ditandai oleh domestikasi tanaman dan hewan, yang mengarah pada gaya hidup menetap (sedentary). Pergeseran dari pencarian makanan (foraging) ke produksi makanan (food production) ini mengubah struktur sosial secara fundamental, memungkinkan peningkatan populasi, spesialisasi pekerjaan, dan pembangunan desa permanen. Munculnya tembikar, tenun, dan arsitektur permanen adalah penanda kurun ini. Batasan Neolitik seringkali ditentukan oleh munculnya tembaga di beberapa wilayah.
Periodisasi ini didasarkan pada penguasaan manusia terhadap metalurgi, sebuah inovasi yang mengubah peperangan, pertanian, dan perdagangan.
Dimulai dengan penemuan paduan tembaga dan timah, menghasilkan perunggu yang lebih keras dan serbaguna. Kurun ini secara langsung terkait dengan kemunculan negara-kota, stratifikasi sosial yang kompleks, pengembangan sistem tulisan pertama (misalnya, di Mesopotamia dan Lembah Indus), dan jaringan perdagangan jarak jauh yang luas. Infrastruktur militer dan monumentalitas arsitektur menjadi ciri khas kurun Perunggu. Keruntuhan Kurun Perunggu Akhir di beberapa wilayah (ditandai oleh migrasi, konflik, dan bencana alam) sering dianggap sebagai akhir dari kurun ini di Mediterania dan Timur Tengah.
Kurun yang dimulai ketika besi (yang lebih melimpah dan kuat daripada perunggu) menjadi material dominan untuk peralatan dan senjata. Meskipun metalurgi besi lebih sulit, ketersediaan bahan baku secara luas menyebabkan demokratisasi alat. Kurun Besi sering dikaitkan dengan perluasan kerajaan yang lebih besar dan terpusat (misalnya, Kekaisaran Asyur dan Persia), karena peralatan besi memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan militer yang lebih kuat. Transisi ke Kurun Besi seringkali menjadi penanda batas antara Prasejarah dan Sejarah di banyak budaya, karena penguasaan besi bertepatan dengan meluasnya penggunaan sistem tulisan formal.
Relativitas Kurun Arkeologis: Penting untuk diingat bahwa periodisasi arkeologis tidak terjadi serentak di seluruh dunia. Ketika satu wilayah memasuki Kurun Perunggu, wilayah lain mungkin masih berada di Mesolitik. Kurun waktu di sini adalah kerangka konseptual yang mencerminkan tingkat inovasi teknologi dan organisasi sosial, bukan garis waktu universal yang kaku.
Kurun waktu peradaban, atau sejarah tertulis, dibagi berdasarkan perubahan politik, budaya, dan intelektual yang luas. Ini adalah pembagian yang paling sering dipelajari dalam humaniora, meskipun batas-batasnya bersifat diskursif dan sering diperdebatkan.
Kurun ini didominasi oleh peradaban-peradaban besar yang membangun fondasi sistem hukum, filsafat, dan administrasi. Kurun Klasik dimulai dengan pengembangan kota-kota besar, kodifikasi hukum, dan kemunculan imperium yang luas.
Akhir Kurun Klasik sering dikaitkan dengan keruntuhan Imperium besar (seperti Romawi Barat) di bawah tekanan migrasi, kesulitan ekonomi internal, dan perubahan iklim. Transisi ini adalah proses panjang yang melibatkan percampuran budaya dan fragmentasi politik.
Kurun Tengah secara tradisional dilihat sebagai kurun waktu antara kejatuhan Imperium Klasik dan Kebangkitan Kembali (Renaissance). Namun, di luar narasi Eropa, kurun ini adalah periode puncak peradaban non-Eropa dan sintesis intelektual yang mendalam.
Ditandai oleh desentralisasi politik dan munculnya masyarakat feodal di Eropa Barat, tetapi juga merupakan Kurun Keemasan peradaban Islam dan Tiongkok (dinasti Tang/Song). Di Timur Tengah, kurun ini adalah puncak terjemahan dan pelestarian karya-karya Klasik, serta pengembangan matematika, astronomi, dan kedokteran yang inovatif. Kurun ini menantang pandangan sempit bahwa periode ini adalah periode stagnasi global.
Ditandai dengan pertumbuhan kembali kota-kota, kebangkitan kembali perdagangan, dan pembentukan universitas-universitas pertama di Eropa. Perdagangan Jalur Sutra mencapai puncaknya, memfasilitasi pertukaran teknologi dan penyakit (seperti wabah) di seluruh benua Eurasia. Kurun ini diakhiri dengan penemuan maritim besar-besaran dan penemuan kembali teks-teks Klasik oleh para sarjana Eropa.
Kurun Modern Awal didefinisikan oleh beberapa revolusi simultan yang mengubah peta dunia secara permanen.
Batas Kurun Waktu Peradaban: Batasan antara Kurun Modern Awal dan Modern Akhir (atau Kontemporer) sering kali diletakkan pada Revolusi Industri. Inilah titik di mana energi fosil mulai mendefinisikan kehidupan manusia dan laju perubahan teknologi menjadi eksponensial. Periodisasi ini sangat dipengaruhi oleh narasi dominan pergeseran kekuasaan global.
Dalam sejarah yang lebih baru, kurun waktu semakin diperpendek dan didominasi oleh laju inovasi teknologi. Setiap kurun baru menumpuk di atas yang sebelumnya, menciptakan masyarakat yang semakin kompleks dan saling terhubung.
Kurun ini didorong oleh energi uap dan batu bara, yang memungkinkan mekanisasi manufaktur massal. Perubahan kurun ini bersifat transformatif, mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat urban industri. Karakteristik utamanya meliputi:
Kurun waktu ini ditandai oleh penemuan dan aplikasi listrik, minyak bumi, dan baja. Listrik memungkinkan produksi non-sentral yang lebih efisien dan penerangan massal, mengubah kehidupan malam dan ritme kerja.
Penerapan jalur perakitan dan produksi massal (berkat listrik) memungkinkan barang-barang menjadi terjangkau oleh konsumen biasa. Kurun ini melihat kemunculan mobil, telepon, dan radio—teknologi yang menyatukan pengalaman budaya. Struktur perusahaan skala besar dan manajemen birokrasi menjadi dominan. Kurun ini sering dikaitkan dengan puncak imperialisme dan konflik global yang didorong oleh kebutuhan akan sumber daya industri.
Kurun Digital, dimulai dengan pengembangan transistor, komputer, dan internet, mewakili kurun waktu di mana informasi menjadi komoditas utama dan infrastruktur kognitif menjadi lebih penting daripada infrastruktur fisik.
Awal kurun ini fokus pada komputasi yang terisolasi, digunakan terutama oleh pemerintah, militer, dan universitas. Kedatangan komputer pribadi (PC) mengubah kurun waktu ini menjadi domain individu, memindahkan kekuasaan komputasi dari institusi ke meja rumah tangga.
Penemuan World Wide Web dan protokol komunikasi standar mengubah komputer yang terisolasi menjadi jaringan global. Kurun ini menciptakan konektivitas real-time, memungkinkan pertumbuhan pasar global yang sangat cepat, dan desentralisasi informasi. Kurun Internet mendefinisikan kembali konsep batas geografis dan kedaulatan informasi.
Kurun terkini, ditandai oleh dominasi perangkat seluler dan sensor. Komputasi bukan lagi sesuatu yang kita 'gunakan', tetapi sesuatu yang secara pasif dan aktif menyerap dan memproses data di sekitar kita. Kurun ini menghasilkan ledakan data yang dikenal sebagai ‘Big Data’ dan menguji batas privasi dan pengawasan.
Kurun Waktu Masa Depan: Kecerdasan Buatan (AI) Kita saat ini berada di ambang atau telah memasuki kurun waktu baru yang didominasi oleh Kecerdasan Buatan generatif. Jika Kurun Digital fokus pada konektivitas informasi, Kurun AI fokus pada produksi dan sintesis informasi secara otonom. Ini adalah kurun waktu di mana batasan antara perangkat keras, perangkat lunak, dan kecerdasan artifisial menjadi sangat kabur, mengubah definisi kurun waktu kerja dan kreativitas manusia itu sendiri.
Selain pembagian objektif berdasarkan materi, teknologi, atau geologi, manusia juga membagi kurun waktu berdasarkan pemahaman filosofis, etika, dan estetika. Kurun-kurun ini seringkali tumpang tindih dan merefleksikan perubahan mendalam dalam cara pandang masyarakat terhadap diri mereka sendiri dan alam semesta.
Secara filosofis, pandangan tentang kurun waktu terbagi menjadi dua paradigma besar yang mendefinisikan bagaimana peradaban memahami masa depan dan masa lalu:
Pembagian kurun ini sangat relevan dalam filsafat, seni, dan studi sosial, yang berfokus pada struktur pemikiran dan narasi yang mendominasi suatu era.
Kurun Modernitas didefinisikan oleh kepercayaan tak tergoyahkan pada kemampuan akal manusia untuk memecahkan semua masalah. Ini adalah kurun yang ditandai oleh industrialisasi, pembentukan negara-bangsa (nation-state) modern, birokrasi terpusat, dan upaya untuk menciptakan "narasi besar" (grand narratives) universal yang menjelaskan sejarah dan tujuan manusia. Estetika dan arsitektur Modernitas seringkali menekankan fungsionalitas, universalitas, dan penolakan terhadap tradisi lama. Periode ini menciptakan disiplin ilmu modern dan mendorong proyek-proyek teknologi berskala besar.
Pasca-Modernitas muncul sebagai respons kritis terhadap Modernitas, menantang klaim universalitas dan objektivitas. Kurun ini ditandai oleh skeptisisme terhadap narasi besar, pengakuan terhadap pluralitas perspektif, dan peningkatan kesadaran akan relativitas budaya. Secara teknologi, Pasca-Modernitas sangat terkait dengan Kurun Digital, di mana informasi yang berlebihan (infoglut) dan hiper-realitas media mendistorsi persepsi kita tentang kurun waktu nyata. Dalam kurun ini, batas antara yang otentik dan simulasi menjadi kabur, mendorong analisis mendalam tentang struktur kekuasaan dan bahasa.
Sebuah kurun waktu konseptual yang diperdebatkan oleh para geolog dan ilmuwan iklim, Antroposen mengusulkan bahwa manusia telah menjadi kekuatan geologis utama yang memengaruhi sistem Bumi. Jika diterima, ini akan menjadi sub-kurun baru di dalam Kurun Kenozoikum. Definisi Antroposen bukanlah tentang kapan manusia pertama kali muncul, melainkan kapan dampak aktivitas manusia mencapai skala global dan ireversibel.
Penanda batas untuk kurun ini bisa berupa akumulasi isotop radioaktif dari uji coba senjata atom di tengah kurun abad terakhir, atau meluasnya endapan plastik dan beton yang akan menjadi penanda geologis permanen. Pengakuan terhadap Antroposen mengubah kurun waktu dari sekadar latar belakang sejarah manusia menjadi arena di mana eksistensi kita mendikte laju perubahan planet itu sendiri. Ini adalah kurun waktu yang memaksa kita untuk mengintegrasikan sejarah peradaban dengan sejarah ekologi Bumi.
Interaksi Kurun Waktu: Pembagian kurun waktu filosofis membuktikan bahwa bagaimana kita memilih untuk membagi waktu seringkali lebih merupakan cerminan dari nilai-nilai dan kecemasan budaya kita daripada fakta material yang murni. Kurun waktu adalah konstruksi, sebuah alat interpretasi yang terus-menerus direvisi seiring dengan pergeseran pemahaman diri manusia.
Memahami kurun waktu tidak lengkap tanpa menganalisis sifat batas-batas yang memisahkannya. Batas kurun waktu bukanlah garis lurus yang ditarik secara sewenang-wenang, melainkan zona transisi yang seringkali ditandai oleh ketidakpastian, kehancuran, dan regenerasi yang radikal. Transformasi ini bisa memakan waktu berabad-abad, seperti keruntuhan bertahap Imperium besar, atau secepat perubahan iklim katastrofik yang mengakhiri era geologis.
Dalam kurun waktu manusia yang terstruktur oleh teknologi, perubahan biasanya didorong oleh inovasi yang memberikan keunggulan kompetitif atau efisiensi produksi yang masif. Transisi dari perunggu ke besi, dari manuskrip ke mesin cetak, atau dari analog ke digital, semuanya mendefinisikan kurun waktu baru karena mereka mengubah struktur daya, akses pengetahuan, dan organisasi sosial dalam skala global.
Misalnya, Revolusi Percetakan bukan hanya tentang teknologi baru, melainkan tentang pembukaan kurun waktu baru di mana otoritas tradisional atas pengetahuan (gereja atau istana) runtuh, digantikan oleh publik terpelajar yang baru. Ini adalah perubahan kurun waktu dalam epistemologi dan politik, yang dampaknya jauh melampaui masa hidup penemunya.
Sebaliknya, kurun waktu geologis sering dipisahkan oleh peristiwa kepunahan massal. Peristiwa ini, yang dapat disebabkan oleh tabrakan asteroid, aktivitas vulkanik yang masif, atau perubahan iklim yang cepat, secara harfiah menghapus mayoritas spesies yang ada, membuka ruang ekologis bagi spesies baru untuk berkembang. Batas kurun di sini adalah titik di mana kehidupan di Bumi diatur ulang secara drastis, mengakhiri dominasi satu kelompok organisme dan memulai dominasi kelompok lainnya.
Salah satu ciri yang paling menentukan dari kurun waktu kontemporer adalah konvergensi dan percepatan semua skala kurun waktu. Perubahan iklim (geologis) kini dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan Digital (teknologis). Peristiwa politik (peradaban) dapat menyebar secara instan melintasi batas geografis berkat internet. Konvergensi ini menunjukkan bahwa kurun waktu modern dicirikan oleh saling ketergantungan yang ekstrem, di mana perubahan pada satu skala segera memengaruhi skala lainnya.
Percepatan ini menciptakan apa yang disebut sebagai 'kepadatan temporal', di mana peristiwa yang dulunya memakan waktu generasi sekarang diselesaikan dalam beberapa tahun. Hal ini membuat periodisasi kurun waktu kontemporer menjadi sangat menantang, karena batas-batas baru terus-menerus muncul dan bergeser sebelum yang lama sempat terkonsolidasi.
Fleksibilitas Periodisasi: Setiap periodisasi—kosmik, geologis, arkeologis, atau historis—adalah alat untuk manajemen narasi. Kerangka kurun waktu memungkinkan kita untuk mengidentifikasi pola, menghubungkan sebab dan akibat, dan menghindari melihat sejarah sebagai rangkaian peristiwa acak. Namun, kita harus selalu mengingat bahwa realitas adalah sebuah spektrum, dan garis batas yang kita buat hanyalah titik tumpu untuk analisis.
Eksplorasi mendalam mengenai kurun waktu mengungkapkan bahwa ia adalah konsep yang berlapis, beroperasi dari skala eon yang tak terbayangkan hingga mikro-kurun teknologi saat ini. Kurun waktu bukanlah entitas pasif; ia adalah bingkai aktif yang membentuk ingatan kolektif, harapan masa depan, dan cara kita menilai nilai-nilai peradaban.
Dari Kurun Hadean yang penuh kekacauan hingga Kurun Digital yang penuh informasi, setiap era mengajukan pertanyaan unik dan memaksakan solusi baru. Pemahaman tentang mengapa dan bagaimana kita membagi kurun waktu adalah kunci untuk menavigasi masa depan. Jika kita tidak memahami sifat transisional dari kurun waktu, kita berisiko menerapkan solusi era lalu pada tantangan yang sepenuhnya baru.
Kurun waktu berikutnya akan ditentukan oleh kemampuan kolektif manusia untuk mengelola dampak teknologi yang melampaui pemahaman instan kita, serta kemampuan kita untuk mengadaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim geologis yang dipicu oleh diri kita sendiri. Dengan demikian, periodisasi yang kita buat saat ini mungkin akan dilihat oleh generasi mendatang sebagai penanda kritis—sebuah titik di mana Kurun Antroposen secara resmi dimulai, dan narasi kemanusiaan memasuki babak yang sama sekali baru.
Fig. 2: Evolusi Kurun Waktu: Dari materialitas kuno menuju kompleksitas digital.