Dalam pusaran bahasa dan pemikiran manusia, terdapat sebuah frasa yang tampaknya sederhana namun memiliki bobot filosofis yang luar biasa: kurang lebih. Frasa ini bukanlah sekadar istilah matematis untuk pembulatan; ia adalah cerminan dari batas kognitif kita, realitas pengukuran, dan, yang paling mendasar, sifat alam semesta yang menolak kepastian absolut. Kita hidup, bernapas, dan membuat keputusan penting dalam domain kurang lebih. Ketepatan sempurna adalah ilusi yang jarang sekali dapat dicapai di luar laboratorium ideal atau rumus teoretis yang tertutup.
Mengapa kita begitu bergantung pada perkiraan ini? Jawabannya terletak pada efisiensi. Pikiran kita memerlukan penyelesaian cepat, narasi yang ringkas. Menyebutkan bahwa sebuah pertemuan akan selesai pada pukul 14:00 adalah jauh lebih berguna, meskipun kita tahu secara implisit bahwa waktu penyelesaian yang sebenarnya mungkin adalah 13:58 atau 14:03. Frasa kurang lebih memberikan kita ruang bernapas antara ekspektasi dan realitas, sebuah jembatan yang lembut di atas jurang detail yang tak terbatas.
I. Dimensi Linguistik dan Psikologis dari Aproksimasi
Secara linguistik, istilah kurang lebih bertindak sebagai penyeimbang semantik. Ia mengizinkan pembicara untuk mengomunikasikan informasi yang penting tanpa harus memikul beban akurasi yang absolut. Ini adalah alat komunikasi yang sangat manusiawi, mengakui bahwa ingatan kita tidak sempurna, alat ukur kita memiliki keterbatasan, dan pengalaman subjektif selalu bervariasi.
Komunikasi yang Efisien dan Toleransi terhadap Ambigu
Ketika seseorang bertanya berapa lama perjalanan yang dibutuhkan, jawaban yang mutlak (misalnya, "47 menit dan 12 detik") sering kali dianggap mengganggu atau tidak perlu. Jawaban "kurang lebih 45 menit" tidak hanya lebih mudah dicerna, tetapi juga secara sosial lebih dapat diterima. Penerima pesan tersebut telah diberikan margin toleransi. Mereka tidak akan merasa tertipu jika tiba 42 menit kemudian, karena sejak awal, presisi telah digantikan oleh estimasi yang jujur. Inilah keindahan fungsi kurang lebih dalam interaksi sehari-hari.
Psikologi di balik penggunaan kurang lebih juga sangat menarik. Kecenderungan kita untuk membulatkan, mengestimasi, dan mencari angka genap atau angka yang mudah diingat (disebut sebagai heuristik pembulatan) adalah mekanisme pertahanan kognitif. Dalam menghadapi data yang melimpah dan lingkungan yang serba cepat, otak kita secara alami mencari solusi yang tercepat. Sebuah populasi kota yang diumumkan sebagai "kurang lebih 1,2 juta jiwa" lebih mudah diproses dan diingat daripada angka pasti 1.198.765 jiwa. Kepuasan kognitif yang didapatkan dari pembulatan ini menunjukkan bahwa, bagi pikiran manusia, kebenaran yang dapat digunakan sering kali lebih penting daripada kebenaran yang mutlak.
Penerimaan terhadap kurang lebih adalah penerimaan terhadap ketidaksempurnaan data awal. Kita memahami bahwa setiap pengukuran—baik itu berat, jarak, atau waktu—disertai dengan 'kebisingan' (noise) dan ketidakakuratan instrumen. Bahkan ketika kita mengukur suatu benda dengan penggaris yang paling presisi, interpretasi mata kita dan kalibrasi alat tersebut melibatkan bias yang sangat kecil, sehingga hasil akhirnya selalu, dalam arti tertentu, kurang lebih.
II. Aproksimasi dalam Matematika dan Sains Eksak
Ironisnya, bahkan di dunia sains dan matematika yang didominasi oleh ketepatan, konsep kurang lebih memiliki peran fundamental. Di sini, ia tidak disebut sebagai ‘kurang lebih’ dalam bahasa sehari-hari, melainkan sebagai ‘margin of error,’ ‘angka signifikan,’ atau ‘galat pengukuran.’ Prinsip bahwa tidak ada pengukuran yang 100% akurat adalah pilar metodologi ilmiah.
Konsep Angka Signifikan dan Galat
Dalam fisika eksperimental, setiap hasil harus dilaporkan bersamaan dengan tingkat ketidakpastiannya. Misalnya, pengukuran kecepatan cahaya tidak pernah dilaporkan sebagai nilai tunggal, tetapi sebagai nilai X plus/minus nilai Y. Nilai Y inilah yang merepresentasikan ruang lingkup kurang lebih; ia adalah pengakuan formal bahwa realitas telah diukur, namun dengan batas-batas ketepatan yang inheren. Para ilmuwan secara eksplisit menyatakan bahwa nilai yang sebenarnya berada di suatu tempat dalam rentang aproksimasi tersebut.
*Margin of Error: Representasi formal dari konsep 'Kurang Lebih' dalam pengukuran ilmiah.
Dalam komputasi, penggunaan kurang lebih menjadi kritis ketika berurusan dengan bilangan irasional seperti Pi atau akar kuadrat. Komputer hanya dapat menyimpan sejumlah digit terbatas, sehingga setiap perhitungan yang melibatkan Pi adalah aproksimasi. Kita menggunakan 3.14 atau 3.14159, tetapi kita tahu bahwa Pi yang sebenarnya melampaui kemampuan penyimpanan mesin kita. Keputusan untuk berhenti pada digit tertentu adalah keputusan untuk menerima hasil kurang lebih, yang sudah memadai untuk tujuan teknik atau perhitungan spesifik.
Teori Kuantum: Aproksimasi sebagai Sifat Alam
Jika dalam fisika klasik kurang lebih adalah masalah alat dan teknik, dalam fisika kuantum, ia menjadi sifat intrinsik dari alam semesta itu sendiri. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa kita tidak mungkin mengetahui posisi dan momentum sebuah partikel secara bersamaan dengan akurasi sempurna. Semakin kita tahu tentang posisi, semakin kurang lebih pengetahuan kita tentang momentum, dan sebaliknya. Ketidakpastian ini bukanlah karena kekurangan alat kita, tetapi karena cara materi berinteraksi di tingkat fundamental. Di level kuantum, segala sesuatu adalah probabilitas, dan probabilitas adalah bentuk tertinggi dari kurang lebih.
Filosofi ini meluas ke pemodelan iklim, prediksi epidemi, dan simulasi ekonomi. Ketika model cuaca memprediksi hujan, mereka memberikan persentase probabilitas, bukan kepastian. Hasilnya selalu dalam rentang kurang lebih, mencerminkan kompleksitas sistem yang terlalu besar dan terlalu sensitif terhadap perubahan kecil untuk dihitung secara mutlak.
III. Peran Kurang Lebih dalam Ekonomi dan Pengambilan Keputusan
Dunia bisnis dan ekonomi beroperasi hampir sepenuhnya dalam ranah kurang lebih. Tidak ada perencana keuangan yang dapat memprediksi harga saham atau kurs mata uang dengan kepastian 100%. Sebaliknya, mereka menggunakan model, analisis tren, dan data historis untuk menghasilkan perkiraan yang berada dalam batas-batas yang dapat diterima.
Perencanaan dan Estimasi Sumber Daya
Dalam manajemen proyek, penetapan anggaran dan jadwal adalah contoh klasik dari aproksimasi. Seorang manajer proyek akan berkata, "Proyek ini akan memakan waktu kurang lebih enam bulan," atau "Biaya total proyek ini akan berkisar kurang lebih 100 juta rupiah." Angka-angka ini sangat penting karena menyediakan dasar untuk alokasi sumber daya. Namun, semua pihak yang terlibat memahami bahwa ada risiko tak terduga (risiko yang tidak diketahui) yang berarti realitas akan menyimpang dari estimasi awal.
Toleransi terhadap penyimpangan ini adalah kunci keberhasilan bisnis. Perusahaan yang bersikeras pada kepastian mutlak akan lumpuh karena terlalu banyak menganalisis, sementara perusahaan yang menerima bahwa perencanaan mereka hanyalah sebuah panduan kurang lebih dapat bergerak cepat dan beradaptasi.
Risiko dan Teori Probabilitas
Asuransi adalah industri yang dibangun di atas konsep kurang lebih. Mereka tidak tahu persis kapan atau di mana kecelakaan akan terjadi pada individu tertentu, tetapi mereka tahu, kurang lebih, berapa banyak klaim yang akan mereka terima dari populasi besar. Aktuaris menggunakan statistik historis untuk menentukan probabilitas, menetapkan premi yang cukup untuk menutupi kerugian yang diperkirakan. Ini adalah seni mengelola ketidakpastian melalui agregasi, mengubah kekacauan individu menjadi keteraturan yang dapat dihitung secara kurang lebih.
IV. Kurang Lebih dalam Estetika dan Persepsi Manusia
Ketika kita berpindah dari ranah kuantitatif ke kualitatif, konsep kurang lebih berubah menjadi toleransi terhadap keindahan yang tidak sempurna dan variasi artistik. Tidak ada dua daun yang persis sama, tidak ada dua garis yang ditarik tangan yang identik, dan inilah yang memberikan kehidupan pada seni dan desain.
Seni dan Keindahan yang Aproksimatif
Jika sebuah patung atau lukisan harus direplikasi dengan akurasi milimeter yang mutlak, hasilnya sering kali terasa kaku dan tanpa jiwa. Perbedaan kecil, goresan yang sedikit meleset, atau simetri yang kurang lebih—inilah yang memberikan karakter. Dalam arsitektur, toleransi terhadap kesalahan konstruksi berarti bahwa bangunan yang kita lihat adalah replika kurang lebih dari cetak biru yang disiapkan. Materialnya mengembang dan menyusut, tanahnya bergeser; struktur tersebut hidup dalam ketidaksempurnaan yang diizinkan.
Bahkan persepsi kita tentang warna dan rasa adalah aproksimasi. Apa yang Anda rasakan sebagai 'manis' mungkin sedikit berbeda dari apa yang saya rasakan. Ketika kita menggambarkan warna sebagai 'merah muda sejuk,' kita memberikan rentang deskriptif yang luas yang dipahami secara kurang lebih oleh penerima, memungkinkan adanya nuansa subjektif tanpa kehilangan makna inti.
V. Filosofi Eksistensial dan Menerima Ketidakpastian
Pada tingkat filosofis, mengakui dominasi kurang lebih adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih damai dan adaptif. Upaya untuk mencapai kesempurnaan atau kepastian mutlak di setiap aspek kehidupan sering kali berakhir dengan kecemasan dan frustrasi.
Kehidupan yang Terukur, Tetapi Tidak Terkontrol
Kita mencoba mengukur hidup kita: berapa langkah yang kita tempuh, berapa kalori yang kita makan, berapa jam kita tidur. Alat pelacak kesehatan memberi kita data yang tampak akurat, namun pada akhirnya, data tersebut hanyalah perkiraan. Tidur yang 'kurang lebih delapan jam' mungkin terasa restoratif, meskipun alat pelacak mungkin mencatat 7 jam dan 52 menit. Kualitas pengalaman kita jauh lebih penting daripada metrik yang tepat. Kurang lebih mengajarkan kita untuk menghargai esensi di atas detail yang hiper-spesifik.
Pencarian kebahagiaan juga merupakan konsep kurang lebih. Kita tidak mencapai keadaan "kebahagiaan sempurna" yang stabil; sebaliknya, kita bertujuan untuk tingkat kepuasan yang "kurang lebih tinggi" daripada rata-rata. Kita mencari keseimbangan yang tidak pernah statis, melainkan sebuah bandul yang selalu berayun di sekitar titik tengah yang kita sebut kesejahteraan.
Kurang Lebih sebagai Kebajikan
Filsafat Stoik menekankan pentingnya membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan dan apa yang tidak. Di sinilah kurang lebih bersinar. Kita dapat mengendalikan upaya kita (yang bisa kita anggap sebagai 100% upaya), tetapi hasil dari upaya tersebut selalu berada di luar kendali kita, dan karenanya, selalu menjadi hasil yang kurang lebih seperti yang kita harapkan. Menerima bahwa kontribusi kita akan memiliki dampak yang kurang lebih seperti yang kita rencanakan membebaskan kita dari siklus kekecewaan.
*Keseimbangan Aproksimatif: Menggambarkan bagaimana kepastian (diwakili oleh keseimbangan sempurna) jarang dicapai dalam kehidupan.
VI. Analisis Mendalam Mengenai Lingkup Penerimaan "Kurang Lebih"
Penerimaan universal terhadap kurang lebih bervariasi tergantung konteks. Dalam penerbangan antariksa atau bedah mikro, margin of error harus diperkecil hingga nyaris nol. Namun, di sebagian besar konteks sosial dan personal, batas toleransi kita jauh lebih besar. Kita memaafkan keterlambatan yang kurang lebih lima menit, tetapi tidak lima jam. Memahami batas penerimaan ini adalah kunci untuk komunikasi yang efektif.
Kurang Lebih dalam Hubungan Interpersonal
Hubungan yang sehat dibangun di atas kepercayaan dan pemahaman bahwa pasangan atau teman kita adalah individu yang kompleks. Ekspektasi kita terhadap perilaku mereka, dukungan emosional mereka, atau kontribusi mereka pada rumah tangga haruslah dalam kerangka kurang lebih. Jika kita menuntut kesempurnaan konsisten 100%, kita akan menemukan diri kita terus-menerus kecewa. Cinta dan pertemanan membutuhkan ruang aproksimasi, di mana kelemahan dan kesalahan kecil ditoleransi sebagai bagian dari keseluruhan yang kurang lebih baik.
Bahkan janji yang kita buat adalah kurang lebih. Kita berjanji untuk "selalu ada," tetapi ini secara implisit berarti "selalu ada, kecuali dalam keadaan darurat pribadi yang ekstrem, atau jika saya sedang sakit, atau jika jarak fisik membuat hal itu tidak mungkin." Inti dari janji itu tetap utuh, tetapi aplikasi praktisnya harus elastis, memungkinkan penyimpangan kecil yang diatur oleh frasa kurang lebih.
Kurang Lebih dalam Sejarah dan Narasi
Sejarah adalah serangkaian narasi yang disusun dari bukti yang tidak lengkap. Kita tahu kurang lebih apa yang terjadi di masa lalu, tetapi detailnya hilang atau dibiaskan oleh perspektif sejarawan. Ketika kita membaca bahwa suatu pertempuran terjadi pada "sekitar tahun 1450," kita menerima perkiraan ini. Ketidakmampuan untuk mengetahui tanggal, waktu, dan motivasi yang tepat dari setiap individu yang terlibat tidak membatalkan makna atau pelajaran dari peristiwa tersebut. Aproksimasi adalah jembatan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan masa lalu meskipun kita kehilangan resolusi detail yang sempurna.
VII. Mengoptimalkan Kehidupan dengan Menerima Aproksimasi
Bagaimana kita dapat secara sadar menggunakan konsep kurang lebih untuk meningkatkan kualitas hidup dan pengambilan keputusan kita? Ini melibatkan perubahan paradigma dari pencarian presisi menjadi pencarian kelayakan (sufficiency).
Prinsip "Cukup Baik" (Satisficing)
Dalam teori keputusan, terdapat konsep ‘satisficing’ (gabungan dari *satisfy* dan *suffice*), yang berarti memilih solusi yang kurang lebih cukup baik, daripada mencari solusi yang optimal secara mutlak. Pencarian optimal membutuhkan sumber daya tak terbatas dan sering kali menyebabkan kelumpuhan analisis. Dengan menerima hasil yang kurang lebih, kita membebaskan waktu dan energi untuk tindakan nyata.
Contohnya, memilih pakaian di pagi hari. Mencari padanan warna yang 100% sempurna mungkin memakan waktu 30 menit. Memilih kombinasi yang kurang lebih cocok memakan waktu 3 menit. Perbedaan waktu 27 menit ini dapat digunakan untuk hal lain yang lebih produktif. Dalam konteks di mana dampak kesalahan kecil dapat diabaikan, berpegangan pada prinsip kurang lebih adalah strategi keberhasilan.
Hal ini juga berlaku untuk pembelajaran. Seseorang tidak perlu menguasai 100% dari sebuah subjek untuk dapat menggunakannya secara efektif. Penguasaan kurang lebih 80% dari konsep inti sering kali cukup untuk menghasilkan output 80% dari yang dimungkinkan. Ini dikenal sebagai Prinsip Pareto, atau aturan 80/20, yang mana efisiensi adalah hasil dari penerimaan terhadap ketidaksempurnaan yang produktif.
Fleksibilitas dan Resiliensi
Organisasi dan individu yang membangun sistem mereka dengan toleransi terhadap kurang lebih cenderung lebih tangguh (resilient). Ketika rencana A gagal total, mereka telah menyiapkan ruang untuk penyimpangan kecil. Jika anggaran membengkak kurang lebih 5%, mereka tidak panik karena sejak awal mereka telah mengalokasikan dana kontingensi. Ketidakpastian telah diinternalisasi, bukan dihindari.
Penolakan terhadap kurang lebih adalah penolakan terhadap kenyataan. Dunia ini dinamis, dan satu-satunya konstanta adalah perubahan. Dengan membangun rencana yang lentur, yang mengakui bahwa hasil yang sebenarnya akan kurang lebih sesuai dengan perkiraan, kita melengkapi diri kita untuk menghadapi guncangan tak terduga dengan ketenangan.
VIII. Memperluas Cakrawala Makna Kurang Lebih
Frasa ini tidak hanya berlaku untuk dimensi kuantitatif atau temporal. Ia juga merambah ke ranah identitas dan makna. Siapakah kita? Identitas kita adalah narasi yang terus berkembang, bukan definisi statis yang terukir di batu. Hari ini, kita adalah kurang lebih seperti diri kita yang kemarin, tetapi dengan akumulasi pengalaman baru yang mengubah kita di tingkat seluler dan psikologis.
Kurang Lebih dalam Keadilan dan Moralitas
Sistem hukum mencoba untuk menetapkan kebenaran mutlak, namun bahkan di ruang sidang, keadilan yang dicapai sering kali hanya kurang lebih. Putusan didasarkan pada bukti yang tersedia dan kesaksian yang mungkin bias. Tidak ada pengadilan yang dapat merekonstruksi 100% realitas peristiwa masa lalu. Keadilan, oleh karena itu, adalah upaya aproksimasi terbaik kita terhadap ideal yang sempurna.
Demikian pula, moralitas jarang sekali hitam-putih. Keputusan etis sering kali berada di zona abu-abu, di mana kita memilih tindakan yang kurang lebih benar, atau yang menghasilkan bahaya yang kurang lebih kecil. Hidup tidak memberikan tes pilihan ganda dengan satu jawaban sempurna; ia meminta kita untuk menavigasi kompleksitas dengan kompas moral yang selalu menunjuk ke arah ideal yang hanya dapat kita dekati secara kurang lebih.
Dalam konteks sosial, upaya untuk mencapai kesetaraan mutlak dalam hasil ekonomi atau kesempatan mungkin merupakan tujuan yang luhur, tetapi penerapannya akan selalu menghasilkan kesetaraan yang kurang lebih. Variabel individu (kemauan, bakat, keberuntungan) terlalu banyak untuk dikontrol secara sempurna. Oleh karena itu, kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang menerima bahwa kita bekerja menuju kondisi yang kurang lebih adil dan kurang lebih setara, sambil terus berjuang untuk perbaikan.
IX. Menghargai Ruang Kosong Aproksimasi
Kekuatan terbesar dari kurang lebih adalah bahwa ia menciptakan ruang. Ruang ini bukan ruang kegagalan, melainkan ruang untuk kemungkinan. Jika segala sesuatu 100% pasti, tidak akan ada kejutan, tidak ada penemuan, dan tidak ada ruang untuk kehendak bebas.
Keindahan dalam Kekosongan Data
Seorang novelis tidak menjelaskan setiap detail kehidupan karakter mereka; mereka meninggalkan ruang kosong yang diisi oleh imajinasi pembaca. Realitas pun beroperasi dengan cara yang sama. Alam semesta memberikan kita cukup data untuk berfungsi, untuk membuat rencana yang kurang lebih sukses, tetapi ia menahan resolusi yang sempurna. Kekosongan data ini adalah yang memungkinkan kita untuk bertindak dengan kreativitas dan membuat pilihan yang tidak sepenuhnya ditentukan. Kita harus menjadi seniman yang mengisi kekosongan kurang lebih dengan interpretasi dan tindakan kita sendiri.
Memahami bahwa perencanaan kita hanya kurang lebih membuka kita pada adaptasi. Ketika hasil nyata sedikit menyimpang dari yang diharapkan (yaitu, berada dalam rentang kurang lebih), kita tidak melihatnya sebagai bencana, tetapi sebagai data baru yang perlu diintegrasikan. Ini adalah proses belajar yang berkelanjutan, sebuah iterasi tanpa akhir menuju pemahaman yang semakin baik, meskipun tidak pernah sempurna.
Ketika kita merenungkan segala sesuatu yang kita ketahui—sejarah dunia, hukum alam, bahkan isi dompet kita—semuanya diselimuti oleh kabut aproksimasi. Kita hidup dengan pengetahuan yang kurang lebih lengkap. Kita merencanakan untuk masa depan yang kurang lebih dapat diprediksi. Kita mencintai orang yang kurang lebih memenuhi harapan kita. Dan dalam pengakuan akan batasan ini, kita menemukan kebebasan dan kedamaian yang mendalam.
X. Integrasi Final: Menjadi Manusia Kurang Lebih
Untuk hidup sepenuhnya adalah untuk merangkul identitas kita sebagai makhluk yang kurang lebih. Kita tidak dapat mengharapkan tubuh kita berfungsi 100% sempurna, 100% dari waktu. Kesehatan kita adalah keadaan yang kurang lebih baik. Karier kita adalah lintasan yang kurang lebih menuju tujuan yang kita tetapkan. Jika kita menuntut kepastian mutlak, kita akan selalu merasa kekurangan.
Jalan menuju kebijaksanaan sejati melibatkan penerimaan bahwa pencapaian adalah sesuatu yang dinamis, bukan statis. Puncak gunung yang kita tuju mungkin bergeser sedikit, dan rute kita mungkin menyimpang sedikit. Namun, selama kita tetap berada dalam rentang toleransi yang diizinkan oleh kurang lebih, kita berada di jalur yang benar.
Penggunaan frasa ini bukan tanda kemalasan intelektual, melainkan tanda kematangan. Ia menunjukkan pemahaman tentang keterbatasan alat ukur kita, kerumitan sistem, dan sifat probabilistik dari realitas itu sendiri. Jadi, ketika kita melanjutkan hidup, membuat rencana, dan berinteraksi dengan dunia, mari kita melakukannya dengan pengakuan yang ramah: bahwa segala sesuatu yang kita capai, yang kita ketahui, dan yang kita cintai, adalah, pada dasarnya, kurang lebih.
Ini adalah pengakuan yang indah—bahwa kebenaran tidak harus berada dalam satu titik tajam; ia dapat menyebar, memeluk seluruh rentang kemungkinan. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang diukur secara kurang lebih dan dijalani dengan kepuasan yang kurang lebih mendalam, di tengah alam semesta yang menakjubkan dalam ketidakpastiannya.
XI. Siklus Aproksimasi dalam Epistemologi
Proses mengetahui (epistemologi) adalah perjalanan yang tak pernah mencapai ujung, melainkan terus bergerak dalam lingkaran kurang lebih. Ilmu pengetahuan bekerja melalui hipotesis yang dibuktikan atau disanggah, menghasilkan teori yang dianggap benar, sampai bukti baru menunjukkan bahwa teori lama hanya kurang lebih akurat. Relativitas Einstein tidak sepenuhnya membatalkan Fisika Newton; ia menunjukkan bahwa hukum Newton adalah aproksimasi yang sangat baik untuk kondisi kecepatan rendah. Dalam konteks tersebut, Newton benar kurang lebih. Inilah bagaimana pengetahuan berkembang: bukan dengan mengganti kebenaran dengan kebenaran mutlak, tetapi dengan mengganti aproksimasi lama dengan aproksimasi yang lebih halus dan lebih komprehensif.
Dalam bidang matematika terapan, algoritma yang digunakan untuk memecahkan masalah kompleks, seperti dinamika fluida atau masalah perjalanan penjual (Travelling Salesman Problem), sering kali tidak mencari solusi optimal absolut. Sebaliknya, mereka mencari solusi heuristik yang kurang lebih mendekati optimal, karena waktu komputasi yang dibutuhkan untuk mencapai solusi 100% sempurna mungkin melampaui usia alam semesta. Keputusan praktis ini menegaskan kembali bahwa dalam realitas operasional, kecepatan dan kelayakan sering mengungguli kesempurnaan teoretis.
Penerimaan terhadap solusi kurang lebih juga mendefinisikan batas antara kecerdasan buatan (AI) yang berfungsi dan AI yang tersendat. Ketika AI harus mengenali objek dalam gambar, ia memberikan probabilitas. Model tersebut menyatakan, "Saya kurang lebih 95% yakin ini adalah kucing." Proses pengambilan keputusan ini adalah model yang sangat baik dari bagaimana pikiran manusia beroperasi. Kita jarang sekali membuat penilaian absolut; kita hidup di dunia probabilitas yang terinformasi dengan baik, di mana kebenaran didasarkan pada tingkat kepercayaan, bukan kepastian yang tidak dapat diubah.
XII. Konsekuensi Etis dari Kehidupan Kurang Lebih
Jika semua pengukuran adalah kurang lebih, apa konsekuensinya terhadap moralitas dan tanggung jawab? Beberapa mungkin berpendapat bahwa jika keadilan hanya aproksimasi, maka tanggung jawab pun menjadi aproksimasi. Namun, justru karena kita tahu bahwa hasil tindakan kita akan kurang lebih sesuai dengan maksud kita, kita harus lebih berhati-hati dalam menetapkan maksud tersebut. Kita bertanggung jawab atas kurang lebih hasil dari tindakan kita.
Misalnya, jika seorang dokter melakukan operasi, mereka mengetahui bahwa ada margin risiko yang tidak dapat dihindari, sebuah ketidakpastian yang melekat dalam prosedur. Hasilnya akan kurang lebih sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi tidak pernah dijamin 100%. Tanggung jawab mereka adalah untuk meminimalkan margin of error itu sejauh mungkin, tetapi bukan untuk menghilangkan aproksimasi, yang mustahil. Etika profesional meminta kita untuk berusaha menuju kepastian, sambil menerima kenyataan kurang lebih.
Dalam pengambilan keputusan publik, misalnya, tentang kebijakan lingkungan, prediksi dampak adalah kurang lebih. Kita tidak tahu persis berapa banyak spesies yang akan punah atau seberapa cepat permukaan laut akan naik, tetapi kita tahu rentang aproksimatif risikonya. Tugas moral kita adalah bertindak berdasarkan aproksimasi risiko terburuk yang masuk akal. Frasa kurang lebih tidak membebaskan kita dari tindakan; ia menuntut tindakan yang didasarkan pada probabilitas terbaik yang dapat kita kumpulkan.
Kebergantungan kita pada kurang lebih menjangkau setiap aspek perencanaan temporal. Jadwal pribadi kita, dari "Saya akan tidur kurang lebih jam 10 malam" hingga "Saya akan menyelesaikan proyek ini kurang lebih pada hari Jumat," menunjukkan penerimaan implisit terhadap gangguan yang tak terhindarkan. Gangguan ini, baik berupa panggilan telepon tak terduga, kemacetan lalu lintas yang tidak terduga, atau fluktuasi suasana hati kita, memastikan bahwa waktu yang kita alokasikan hanya merupakan estimasi yang lembut. Tanpa toleransi kurang lebih, setiap hari akan terasa seperti serangkaian kegagalan kecil terhadap jadwal yang terlalu kaku.
Bahkan dalam sejarah seni dan restorasi, pekerjaan yang dilakukan oleh para ahli adalah upaya untuk merekonstruksi karya asli secara kurang lebih. Warna yang digunakan, teknik yang diterapkan, dan interpretasi yang disuntikkan semuanya didasarkan pada bukti yang terfragmentasi. Restorasi bukanlah penciptaan ulang yang identik, melainkan penghormatan yang kurang lebih setia pada maksud seniman awal. Seni itu sendiri menerima bahwa setiap penikmat akan mengalami apresiasi yang kurang lebih unik dan personal.
Kita dapat melihat filosofi kurang lebih tercermin dalam teori-teori modern tentang kompleksitas. Sistem kompleks, seperti ekosistem, pasar keuangan, atau bahkan otak manusia, dicirikan oleh sifat non-linear. Artinya, perubahan kecil pada input dapat menghasilkan hasil yang sangat besar dan tidak terduga (efek kupu-kupu). Dalam sistem seperti ini, prediksi jangka panjang mustahil. Kita hanya dapat memprediksi perilaku sistem secara kurang lebih, mengidentifikasi pola umum dan tren tanpa mampu menentukan posisi setiap elemen individu di masa depan.
Frasa kurang lebih adalah kata kunci untuk ketahanan. Ketika kita membeli produk dengan harapan bahwa masa pakainya adalah kurang lebih lima tahun, kita sudah siap secara mental untuk kegagalan dini dan juga untuk kinerja yang melampaui harapan. Ini adalah manajemen ekspektasi yang efektif. Jika kita mengharapkan sepuluh tahun dan mendapatkan sembilan, kita merasa kecewa. Jika kita mengharapkan kurang lebih lima tahun dan mendapatkan sembilan, kita merasa senang, meskipun kenyataan mutlaknya sama.
Peran kurang lebih dalam pembangunan identitas diri juga perlu ditekankan. Ketika kita merencanakan tujuan hidup (misalnya, menjadi ‘orang sukses’), definisi keberhasilan itu sendiri bersifat kurang lebih. Tidak ada matrik universal yang menentukan kesuksesan. Kita bergerak menuju ideal yang kabur, terus menyesuaikan lintasan kita berdasarkan nilai-nilai yang kita yakini, yang juga bersifat kurang lebih tetap. Upaya untuk mendefinisikan diri secara terlalu ketat hanya akan menyebabkan krisis identitas ketika realitas menantang definisi tersebut.
Dalam komunikasi lintas budaya, kurang lebih mengambil peran penting dalam penerjemahan makna. Sebuah kata dalam satu bahasa mungkin tidak memiliki padanan yang 100% tepat dalam bahasa lain. Penerjemah harus mencari makna yang kurang lebih setara, menangkap nuansa budaya dan kontekstual yang diperlukan. Tanpa kemampuan untuk menerima aproksimasi ini, komunikasi global akan terhenti karena terperangkap dalam pencarian kesetaraan linguistik yang mustahil.
Pengelolaan waktu yang efektif tidak berarti mengisi setiap detik dengan aktivitas yang direncanakan; itu berarti membangun penyangga (buffer time) yang mengakui bahwa setiap tugas akan memakan waktu kurang lebih durasi yang diestimasi. Para profesional yang paling efisien adalah mereka yang paling menghormati ketidakpastian, yang secara aktif merencanakan untuk penyimpangan dari jadwal yang ideal. Mereka membangun ruang kurang lebih ke dalam hari-hari mereka.
Bahkan dalam fisika relativistik, yang dianggap sebagai puncak presisi, terdapat domain di mana aproksimasi harus digunakan. Ketika menghitung interaksi gravitasi antara banyak objek (masalah N-body), para ilmuwan sering kali menggunakan simulasi numerik yang hanya dapat memberikan solusi kurang lebih karena sifat kacau dari persamaan tersebut. Hasil dari simulasi ini tetap bernilai ilmiah karena mereka berada dalam batas toleransi yang relevan. Keakuratan yang sempurna dipertukarkan dengan kemampuan untuk menghitung sama sekali.
Menciptakan kebiasaan baik juga merupakan proses kurang lebih. Kita tidak dapat mengharapkan diri kita untuk melakukan latihan fisik dengan intensitas yang sama persis setiap hari, atau bermeditasi untuk durasi yang sama persis tanpa gangguan. Keberlanjutan kebiasaan terletak pada kemampuan kita untuk menerima variasi hari ke hari, mengakui bahwa rata-rata upaya kita adalah kurang lebih baik, dan itu sudah cukup untuk menghasilkan pertumbuhan kumulatif.
Saat kita menghadapi ketakutan akan masa depan, rasa aman kita berasal dari pengetahuan bahwa kita kurang lebih siap. Kita tidak perlu memiliki rencana darurat untuk setiap skenario yang mungkin; kita hanya perlu memiliki kapasitas adaptif yang kurang lebih memadai untuk mengatasi sebagian besar kesulitan. Kepercayaan diri bukanlah ketiadaan ketidakpastian, melainkan keyakinan bahwa kita dapat mengelola hasil yang kurang lebih tidak pasti.
Pada akhirnya, kekuatan sejati dari konsep kurang lebih terletak pada sifatnya yang inklusif. Ia adalah undangan untuk toleransi, untuk fleksibilitas, dan untuk pemahaman bahwa dalam mengejar kebenaran dan kesempurnaan, perjalanan itu sendiri—yang merupakan serangkaian langkah kurang lebih benar—adalah yang paling penting.
Setiap kali kita menggunakan statistik, kita merangkul kurang lebih. Angka rata-rata, median, dan modus semuanya adalah cara untuk menyederhanakan sekumpulan data yang kompleks menjadi satu nilai yang representatif. Nilai rata-rata pendapatan nasional tidak berarti bahwa setiap warga negara mendapatkan jumlah tersebut; itu berarti, secara kolektif, pendapatan mereka adalah kurang lebih demikian. Demografi, polling politik, dan estimasi pasar semuanya bergantung pada asumsi bahwa sampel kecil dapat secara kurang lebih mewakili populasi yang jauh lebih besar. Jika kita menolak statistik karena kurangnya presisi individu, kita akan kehilangan kemampuan untuk memahami pola sosial secara luas.
Demikian pula, dalam pengobatan modern, keberhasilan pengobatan sering kali dinilai berdasarkan tingkat respons yang kurang lebih efektif pada populasi pasien. Jarang sekali ada obat yang menjamin 100% kesembuhan untuk setiap individu. Sebaliknya, dokter bekerja dengan probabilitas: "Obat ini akan kurang lebih bekerja pada 70% pasien." Keputusan medis yang bijaksana adalah keputusan yang dibuat berdasarkan evaluasi risiko dan manfaat aproksimatif ini, sebuah taruhan yang terinformasi di tengah ketidakpastian biologis.
Bahkan ketika kita berbicara tentang waktu geologis, presisi menjadi tidak relevan. Ilmuwan dapat mengatakan bahwa sebuah peristiwa terjadi kurang lebih 65 juta tahun yang lalu. Selisih seribu tahun di sini atau di sana tidak mengubah narasi besar. Dalam skala yang besar, semua ketepatan mikro runtuh menjadi estimasi makro. Kurang lebih adalah bahasa alam semesta ketika berbicara tentang rentang waktu kosmik.
Oleh karena itu, jika kita menerima bahwa seluruh alam semesta, dari partikel kuantum terkecil hingga galaksi terjauh, beroperasi dalam domain kurang lebih, maka menuntut presisi absolut dalam urusan pribadi kita adalah suatu kesombongan. Kita harus melepaskan kebutuhan akan kesempurnaan yang melumpuhkan dan menggantinya dengan apresiasi terhadap kelayakan yang membebaskan. Kebahagiaan terletak pada penerimaan bahwa pencapaian kita adalah kurang lebih apa yang kita inginkan, dan bahwa itu sudah sangat luar biasa.
Perasaan puas (contentment) adalah hasil langsung dari pemahaman ini. Ketika kita puas, kita mengatakan bahwa hidup kita, meskipun tidak bebas dari masalah atau kekurangan, adalah kurang lebih apa yang kita butuhkan saat ini. Kita tidak mencari titik nol masalah; kita mencari keseimbangan yang mendekati nol, sebuah kondisi di mana yang baik kurang lebih melebihi yang buruk. Keseimbangan aproksimatif ini adalah esensi dari kedamaian batin.
Pada penutup ini, mari kita hargai frasa kurang lebih bukan sebagai penyerahan diri pada ketidaksempurnaan, tetapi sebagai pengakuan yang bijaksana terhadap kompleksitas dan keindahan dunia. Itu adalah pengingat bahwa dalam semua pengejaran kita—baik ilmiah, spiritual, atau personal—kita berada dalam sebuah perjalanan estimasi. Kita berada di jalur yang kurang lebih benar, dan itu, sesungguhnya, sudah sangat cukup.