Kelomang: Penjelajah Cangkang Berhati Lembut
Kelomang, atau dikenal juga dengan sebutan umang-umang, adalah krustasea dekapoda yang sangat unik dan menarik. Mereka tidak memiliki cangkang keras yang menyatu dengan tubuh seperti kepiting atau lobster, melainkan bergantung pada cangkang kosong moluska, terutama siput laut, untuk melindungi abdomen (perut) mereka yang lembut dan rentan. Ketergantungan ini bukan sekadar preferensi, melainkan suatu keharusan untuk bertahan hidup, menjadikan pencarian dan penggantian cangkang sebagai salah satu aspek paling fundamental dalam kehidupan kelomang.
Diperkirakan ada lebih dari 1.100 spesies kelomang yang tersebar di seluruh dunia, mendiami beragam lingkungan mulai dari kedalaman laut yang dingin hingga hutan bakau tropis, bahkan jauh di daratan. Keanekaragaman ini mencerminkan adaptabilitas luar biasa mereka terhadap berbagai kondisi lingkungan. Meskipun sering dianggap sebagai "kepiting," kelomang sebenarnya bukan kepiting sejati (Brachyura). Mereka termasuk dalam infraordo Anomura, yang juga mencakup kepiting raja dan kepiting porselen, yang berarti mereka memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari kepiting "asli," seperti jumlah kaki berjalan yang terlihat (biasanya empat pasang pada kepiting sejati, tetapi hanya tiga pasang yang menonjol pada kelomang).
Artikel ini akan membawa Anda menyelami dunia kelomang secara mendalam, membahas segala sesuatu mulai dari anatomi yang unik, perilaku mencari dan mengganti cangkang, siklus hidup, hingga peran ekologis penting mereka di lingkungan alami. Kita juga akan menjelajahi beragam spesies kelomang, baik yang hidup di laut maupun di darat, serta panduan komprehensif bagi mereka yang tertarik untuk memelihara kelomang sebagai hewan peliharaan. Akhirnya, kita akan melihat ancaman yang dihadapi kelomang di alam liar dan upaya konservasi yang diperlukan untuk melindungi makhluk-makhluk berhati lembut ini.
I. Klasifikasi dan Anatomi Kelomang
Untuk memahami kelomang, penting untuk mengetahui posisinya dalam kingdom hewan dan bagaimana struktur tubuhnya beradaptasi dengan gaya hidup nomaden yang unik.
1. Klasifikasi Ilmiah
Kelomang adalah anggota dari filum Arthropoda, subfilum Crustacea. Di dalam krustasea, mereka termasuk dalam kelas Malacostraca dan ordo Decapoda, yang berarti mereka memiliki sepuluh kaki. Namun, tidak seperti kepiting sejati (subordo Brachyura) yang semua kakinya terlihat dan digunakan untuk berjalan, kelomang termasuk dalam subordo Anomura. Ciri khas Anomura adalah kaki kelima (terakhir) yang berukuran kecil dan sering tersembunyi, serta sering digunakan untuk membersihkan insang atau memegang cangkang.
Ada dua kelompok utama kelomang yang sering dibahas:
- Paguroidea (Kelomang Laut): Ini adalah sebagian besar spesies kelomang yang hidup di lingkungan laut, mulai dari zona intertidal hingga kedalaman abyssal. Contoh genus meliputi Pagurus, Dardanus, Clibanarius, dan Calcinus.
- Coenobitoidea (Kelomang Darat): Kelompok ini mencakup kelomang yang beradaptasi untuk hidup di darat, meskipun mereka masih membutuhkan akses ke air untuk minum dan berkembang biak. Genus Coenobita adalah contoh paling terkenal, dengan spesies seperti Coenobita clypeatus (kelomang ungu) dan Coenobita rugosus (kelomang karang).
2. Anatomi Kelomang yang Unik
Tubuh kelomang dibagi menjadi dua bagian utama: cephalothorax dan abdomen. Yang membedakan mereka dari krustasea lain adalah adaptasi unik abdomen mereka.
a. Cephalothorax
Bagian depan tubuh kelomang, cephalothorax, ditutupi oleh karapaks keras yang melindungi organ-organ vital seperti otak, jantung, insang (pada kelomang darat, insang termodifikasi untuk pernapasan udara), dan saluran pencernaan bagian depan. Cephalothorax juga merupakan tempat melekatnya semua apendiks sensorik dan lokomotor (alat gerak):
- Mata Bertangkai: Kelomang memiliki mata majemuk yang terletak di ujung tangkai pendek atau panjang, memberikan pandangan yang luas untuk mendeteksi predator dan mencari makanan atau cangkang.
- Antena: Mereka memiliki dua pasang antena:
- Antena Panjang (Antennula): Digunakan untuk penciuman dan merasakan lingkungan, sangat penting untuk menemukan makanan dan cangkang yang cocok.
- Antena Pendek (Antenna): Digunakan untuk menyentuh dan berorientasi, serta membantu mereka merasakan getaran di lingkungan.
- Mulut dan Maxilliped: Di sekitar mulut terdapat beberapa pasang rahang dan maxilliped (kaki rahang) yang digunakan untuk memanipulasi makanan dan membawanya ke mulut.
- Capit (Cheliped): Kelomang memiliki sepasang capit yang tidak simetris. Capit kanan (mayor) biasanya lebih besar dan kuat, digunakan untuk pertahanan, membuka makanan, dan menghalangi pintu cangkang saat bersembunyi. Capit kiri (minor) lebih kecil dan gesit, digunakan untuk memanipulasi makanan dan membersihkan tubuh.
- Kaki Berjalan (Pereiopod): Kelomang memiliki tiga pasang kaki berjalan yang terlihat (pereiopod kedua, ketiga, dan keempat). Dua pasang pertama (pasangan kedua dan ketiga) digunakan untuk berjalan, sementara pasangan keempat biasanya lebih kecil dan membantu menopang tubuh di dalam cangkang.
b. Abdomen (Perut)
Ini adalah bagian tubuh kelomang yang paling khas. Abdomen kelomang sangat lembut, tidak tersegmentasi dengan baik, dan seringkali bengkok agar pas dengan spiral cangkang siput. Tidak seperti krustasea lain yang memiliki karapaks keras di seluruh tubuh, abdomen kelomang sangat rentan terhadap predator dan dehidrasi, yang menjelaskan mengapa mereka sangat membutuhkan cangkang.
- Uropod Modifikasi: Di ujung abdomen terdapat uropod yang termodifikasi menjadi struktur kecil seperti pengait atau kancing. Ini disebut telson atau caudal fan. Uropod ini, bersama dengan kaki-kaki kecil di sisi kiri abdomen, digunakan untuk mencengkeram bagian dalam cangkang siput, memungkinkan kelomang untuk membawa cangkangnya ke mana-mana dan menarik diri sepenuhnya saat terancam.
- Pleopod: Pada kelomang betina, pleopod (kaki renang) yang kecil biasanya ditemukan di sisi kiri abdomen. Ini digunakan untuk membawa telur yang telah dibuahi hingga menetas.
c. Insang
Kelomang laut memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari air. Kelomang darat, meskipun hidup di darat, masih membutuhkan kelembaban tinggi dan akses ke air karena insang mereka telah berevolusi menjadi struktur yang lebih tebal dan berongga yang memungkinkan mereka mengambil oksigen dari udara, tetapi mereka tetap harus menjaga insang tetap lembab agar dapat berfungsi. Ini adalah alasan mengapa kelomang darat sering ditemukan di daerah pesisir atau dekat sumber air.
II. Perilaku dan Kebiasaan Kelomang
Perilaku kelomang sangat terfokus pada perlindungan diri dan kelangsungan hidup. Dari pemilihan cangkang hingga pola makan, setiap aspek kehidupannya menunjukkan adaptasi yang cerdik.
1. Pencarian dan Penggantian Cangkang
Ini adalah perilaku paling ikonik dan vital bagi kelomang. Karena abdomennya yang lunak, kelomang harus selalu berada di dalam cangkang yang pas. Saat kelomang tumbuh, cangkang yang dimilikinya menjadi terlalu kecil, sehingga mereka harus mencari cangkang baru yang lebih besar. Proses ini adalah salah satu yang paling stres dan berbahaya dalam hidup kelomang, karena selama pergantian cangkang, mereka rentan terhadap predator.
- Proses Pemilihan Cangkang: Kelomang akan mendekati cangkang kosong, memeriksa ukurannya dengan antenanya, dan kemudian membalikkan cangkang untuk memeriksa bagian dalamnya dengan capit kecil dan kaki berjalan terakhirnya. Mereka mencari cangkang yang tidak retak, bersih, dan sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Ada preferensi kuat untuk jenis cangkang tertentu tergantung spesies kelomang dan habitatnya. Misalnya, kelomang darat sering menyukai cangkang keong darat yang tebal, sementara kelomang laut memiliki preferensi terhadap cangkang siput laut tertentu.
- Pergantian Cangkang: Setelah menemukan cangkang yang dianggap cocok, kelomang akan cepat keluar dari cangkang lamanya dan segera masuk ke cangkang baru. Proses ini bisa berlangsung dalam hitungan detik. Beberapa kelomang bahkan melakukan "shell trading" atau antrean cangkang, di mana beberapa kelomang berkumpul dan bergantian mencoba cangkang kosong atau cangkang yang baru ditinggalkan kelomang lain, seringkali dengan kelomang terbesar yang mengambil cangkang paling diinginkan terlebih dahulu.
- Krisis Cangkang: Di beberapa daerah, terutama yang terganggu oleh aktivitas manusia, ketersediaan cangkang kosong menjadi masalah serius. Kelomang terpaksa menggunakan cangkang yang terlalu kecil, rusak, atau bahkan sampah buatan manusia, yang dapat menghambat pertumbuhan, reproduksi, dan kemampuan bertahan hidup mereka.
2. Molting (Pergantian Kulit)
Sama seperti krustasea lainnya, kelomang memiliki eksoskeleton (kerangka luar) yang keras dan harus melepaskannya (molting) untuk tumbuh. Molting adalah proses yang sangat penting dan juga berbahaya.
- Persiapan: Sebelum molting, kelomang akan mencari tempat yang aman dan tersembunyi. Mereka akan berhenti makan dan minum dalam beberapa hari atau minggu sebelum molting. Beberapa kelomang darat akan menggali lubang di substrat atau pasir untuk molting di bawah tanah.
- Proses Molting: Eksoskeleton lama terbelah, dan kelomang akan merangkak keluar dari kulit lamanya. Selama beberapa jam hingga beberapa hari setelah molting, tubuh kelomang sangat lembut dan rentan. Mereka akan "mengembang" dengan menyerap air untuk menambah ukuran.
- Pemulihan: Kelomang akan memakan eksoskeleton lamanya untuk mendapatkan kembali kalsium dan nutrisi penting lainnya. Eksoskeleton baru akan mengeras secara bertahap. Selama periode ini, mereka membutuhkan kelembaban dan makanan yang cukup.
3. Pola Makan
Kelomang adalah hewan omnivora, yang berarti mereka memakan berbagai macam makanan, baik tumbuhan maupun hewan. Mereka juga merupakan pemulung (scavenger) yang efisien, membantu membersihkan lingkungan dari materi organik yang membusuk.
- Makanan di Alam: Diet kelomang di alam liar sangat bervariasi tergantung pada spesies dan habitatnya. Kelomang laut akan memakan alga, detritus, bangkai hewan laut kecil, dan invertebrata mikroskopis. Kelomang darat memakan daun-daunan yang jatuh, buah-buahan, kulit pohon, serangga mati, sisa-sisa ikan, dan kotoran hewan lain. Mereka juga akan memakan "detritus" (materi organik yang membusuk) di garis pantai.
- Metode Makan: Mereka menggunakan capit dan kaki rahang untuk mencabik dan memanipulasi makanan, membawanya ke mulut.
4. Perilaku Sosial dan Komunikasi
Meskipun beberapa spesies kelomang terlihat hidup secara soliter, banyak yang menunjukkan perilaku sosial, terutama kelomang darat (genus Coenobita). Mereka sering ditemukan dalam kelompok besar, terutama di sekitar sumber makanan, air, atau saat mencari cangkang.
- Komunikasi Kimia: Kelomang berkomunikasi melalui feromon, terutama yang terkait dengan reproduksi atau peringatan bahaya.
- Komunikasi Visual dan Sentuhan: Mereka juga dapat menggunakan gerakan antena dan capit untuk berinteraksi satu sama lain, meskipun ini tidak sekompleks komunikasi pada beberapa krustasea lain.
- Antrean Cangkang (Vacant Shell Queue): Seperti disebutkan sebelumnya, ini adalah contoh perilaku sosial yang menarik. Saat cangkang kosong yang besar ditemukan, kelomang yang lebih kecil akan membentuk "antrean" di belakang kelomang terbesar yang mencoba cangkang tersebut. Setelah kelomang terbesar pindah ke cangkang baru, kelomang berikutnya dalam ukuran akan pindah ke cangkang yang ditinggalkan, dan seterusnya, menciptakan efek domino.
5. Reproduksi dan Siklus Hidup
Siklus hidup kelomang melibatkan tahap larva akuatik yang kompleks.
- Perkawinan: Kelomang betina dan jantan berkopulasi. Pada kelomang darat, proses ini terjadi di darat, seringkali di dekat air. Kelomang jantan mentransfer sperma ke betina.
- Telur: Kelomang betina membawa telur yang telah dibuahi di bawah abdomennya, melekat pada pleopod-nya. Jumlah telur bisa mencapai ribuan, tergantung spesies dan ukuran betina. Telur akan berkembang dan berubah warna seiring waktu.
- Pelepasan Larva: Setelah beberapa minggu atau bulan (tergantung spesies), kelomang betina akan melepaskan larva ke air (untuk kelomang darat, ini berarti kembali ke laut untuk sesaat). Larva ini disebut zoea.
- Tahap Larva: Larva zoea adalah organisme planktonik yang berenang bebas di kolom air. Mereka melewati beberapa tahap molting (biasanya 3-5 tahap zoea) dan tumbuh. Tahap larva ini sangat rentan terhadap predator dan faktor lingkungan.
- Megalopa: Setelah tahap zoea, larva berkembang menjadi tahap megalopa. Pada tahap ini, larva mulai menyerupai kelomang mini, dengan kaki dan capit yang sudah terbentuk, tetapi masih bisa berenang. Megalopa akan mencari cangkang mikro untuk perlindungan pertamanya.
- Kelomang Muda: Setelah menemukan cangkang, megalopa akan menetap dan molting menjadi kelomang muda. Kelomang muda ini akan menghabiskan sisa hidupnya di darat atau di dasar laut, terus mencari cangkang yang lebih besar saat mereka tumbuh.
III. Habitat dan Ekologi
Kelomang mendiami berbagai habitat di seluruh dunia, dari dasar laut hingga hutan tropis. Peran ekologis mereka seringkali diremehkan, padahal sangat penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
1. Habitat yang Beragam
- Kelomang Laut: Sebagian besar spesies kelomang adalah penghuni laut. Mereka ditemukan di hampir setiap lingkungan laut, termasuk:
- Zona Intertidal dan Pasang Surut: Banyak kelomang kecil hidup di kolam pasang surut (tide pools), di bawah batu, atau di antara rumput laut, di mana mereka dapat mencari makan dan bersembunyi.
- Terumbu Karang: Beberapa spesies berwarna cerah hidup di terumbu karang, bersembunyi di celah-celah karang.
- Dasar Laut Berpasir atau Berlumpur: Banyak kelomang menggali di substrat lunak ini, mencari detritus dan invertebrata kecil.
- Kedalaman Laut: Beberapa spesies kelomang telah ditemukan di kedalaman laut yang ekstrem, beradaptasi dengan kondisi tekanan tinggi dan suhu rendah.
- Kelomang Darat (Coenobita spp.): Spesies ini telah beradaptasi untuk hidup hampir sepenuhnya di darat, meskipun mereka masih membutuhkan akses ke air asin untuk reproduksi dan terkadang air tawar untuk minum dan melembabkan insang mereka.
- Mereka biasanya ditemukan di daerah pesisir, hutan bakau, bukit pasir, dan hutan tropis di dekat pantai.
- Mereka adalah hewan nokturnal, aktif mencari makan di malam hari untuk menghindari panas dan predator.
2. Peran Ekologis
Kelomang memainkan beberapa peran ekologis yang penting:
- Pemulung dan Pendaur Ulang Nutrien: Sebagai omnivora dan pemakan detritus, kelomang membantu mendaur ulang bahan organik yang membusuk, mencegah penumpukan yang berlebihan dan mengembalikan nutrien ke dalam ekosistem. Mereka adalah "pembersih" alami lingkungan mereka.
- Mangsa dan Predator: Kelomang menjadi sumber makanan bagi berbagai predator, termasuk burung laut, ikan, kepiting yang lebih besar, dan bahkan mamalia kecil di darat. Pada saat yang sama, mereka memangsa invertebrata kecil dan detritus, membantu mengendalikan populasi organisme tertentu.
- Penyebar Benih (untuk kelomang darat): Karena mereka memakan buah-buahan dan biji-bijian, kelomang darat dapat membantu menyebarkan benih tanaman, mirip dengan beberapa serangga atau burung.
- Pembersih Substrat: Saat mereka menggali atau menjelajahi substrat, kelomang membantu mengaerasi tanah atau sedimen, yang bermanfaat bagi organisme lain.
- Interaksi dengan Organisme Lain:
- Mutualisme dengan Anemon Laut: Beberapa kelomang laut memiliki hubungan mutualisme dengan anemon laut. Kelomang menempatkan anemon di cangkangnya atau di atas capitnya. Anemon memberikan perlindungan (dengan sengatnya) dan kamuflase, sementara anemon mendapatkan platform bergerak dan sisa-sisa makanan kelomang.
- Komensalisme dengan Polychaetes: Beberapa cangkang yang ditempati kelomang juga menjadi rumah bagi cacing polychaete yang lebih kecil, yang mendapatkan perlindungan dan makanan dari sisa-sisa kelomang tanpa merugikan kelomang.
3. Penyebaran Geografis
Kelomang tersebar luas di seluruh dunia, dengan distribusi yang sebagian besar mengikuti garis lintang tropis dan subtropis untuk kelomang darat, dan rentang yang lebih luas untuk kelomang laut. Mereka ditemukan di semua samudra dan di banyak pulau terpencil, menunjukkan kemampuan mereka untuk menyebar melalui tahap larva planktonik.
- Indo-Pasifik: Kawasan ini adalah pusat keanekaragaman spesies kelomang, terutama kelomang darat.
- Atlantik Barat dan Karibia: Rumah bagi spesies kelomang darat yang populer seperti Coenobita clypeatus.
IV. Jenis-Jenis Kelomang Populer
Ada ribuan spesies kelomang, tetapi beberapa di antaranya sangat dikenal, terutama yang sering ditemukan sebagai hewan peliharaan atau yang memiliki karakteristik mencolok.
1. Kelomang Darat (Genus Coenobita)
Kelomang darat adalah jenis yang paling populer sebagai hewan peliharaan karena relatif mudah dipelihara dan tidak memerlukan akuarium air asin yang rumit. Semua spesies Coenobita berasal dari daerah tropis di seluruh dunia.
- Coenobita clypeatus (Kelomang Ungu / Purple Pincher):
- Ciri Khas: Memiliki capit kanan (pincher) yang besar dan kuat, berwarna ungu cerah hingga merah marun. Matanya seringkali berwarna cokelat tua. Mereka cenderung lebih besar dibandingkan spesies kelomang darat lainnya.
- Habitat: Asli dari Karibia dan Florida Keys. Sering ditemukan di hutan bakau dan daerah berpasir di dekat pantai.
- Perilaku: Cenderung agak pemalu dan nokturnal, tetapi bisa menjadi cukup aktif saat malam. Mereka sangat menyukai cangkang keong darat yang tebal dan bulat.
- Coenobita rugosus (Kelomang Karang / Ruggie):
- Ciri Khas: Lebih kecil dari C. clypeatus, memiliki warna tubuh yang bervariasi dari abu-abu, cokelat, oranye, hingga ungu muda. Ciri khasnya adalah adanya garis-garis bergelombang ("rugose") pada capit kirinya. Matanya seringkali berwarna gelap.
- Habitat: Sangat umum di Indo-Pasifik, termasuk Indonesia. Ditemukan di pantai berpasir dan berbatu, hutan bakau.
- Perilaku: Sangat aktif dan sering bersuara "chirping" (mencicit) saat terkejut atau merasa terancam.
- Coenobita brevimanus (Kelomang Indo / Indos):
- Ciri Khas: Salah satu spesies terbesar, bisa mencapai ukuran sangat besar. Tubuh berwarna cokelat tua hingga ungu kebiruan dengan capit kanan yang besar dan bulat. Matanya seringkali berwarna kuning terang.
- Habitat: Indo-Pasifik. Menyukai daerah berpasir dan bervegetasi lebat di dekat laut.
- Perilaku: Cenderung lebih pemalu dan lambat, tetapi sangat kuat. Membutuhkan cangkang yang sangat besar saat dewasa.
- Coenobita compressus (Kelomang Ekuador / Ecuadorians):
- Ciri Khas: Ukuran sedang, dengan tubuh berwarna abu-abu, cokelat muda, atau oranye. Capit kanannya lebih pipih dan bergaris-garis dibandingkan spesies lain.
- Habitat: Pantai Pasifik dari Meksiko hingga Chili.
- Perilaku: Sangat aktif dan suka menggali. Memiliki adaptasi insang yang lebih baik untuk pernapasan udara kering.
- Coenobita perlatus (Kelomang Stroberi / Strawberry Hermit Crab):
- Ciri Khas: Sangat mencolok dengan warna merah cerah atau oranye terang yang ditaburi bintik-bintik putih, mirip stroberi. Ukurannya sedang hingga besar.
- Habitat: Indo-Pasifik. Sangat menyukai daerah pesisir yang lembab dengan banyak vegetasi.
- Perilaku: Cukup aktif dan sering dianggap sebagai salah satu kelomang darat yang paling cantik.
2. Kelomang Laut (Contoh Genus)
Kelomang laut lebih beragam dalam bentuk dan ukuran, dan banyak yang memiliki adaptasi menarik untuk habitat bawah air mereka.
- Pagurus bernhardus (Common Hermit Crab):
- Ciri Khas: Salah satu kelomang laut yang paling umum di Atlantik Utara. Berukuran sedang, tubuhnya berwarna cokelat kemerahan atau oranye, seringkali hidup di cangkang siput whelk.
- Habitat: Dasar laut berpasir atau berlumpur, dari zona intertidal hingga perairan dangkal.
- Perilaku: Sering menunjukkan perilaku mencari makan di dasar laut.
- Dardanus megistos (Giant Red Hermit Crab):
- Ciri Khas: Berukuran sangat besar, dengan tubuh berwarna merah cerah atau oranye gelap yang ditutupi bintik-bintik putih. Mata hijau yang mencolok. Sering berasosiasi dengan anemon laut.
- Habitat: Indo-Pasifik, di terumbu karang dan dasar laut berbatu.
- Perilaku: Agresif dan teritorial, sering menggunakan anemon sebagai perlindungan.
- Clibanarius spp. (Striped Hermit Crab):
- Ciri Khas: Beberapa spesies dalam genus ini memiliki pola bergaris pada kaki atau tubuhnya. Ukuran umumnya kecil.
- Habitat: Zona intertidal dan subtidal di banyak wilayah tropis dan subtropis.
- Perilaku: Sering ditemukan bergerombol di kolam pasang surut.
- Calcinus spp. (Dwarf Hermit Crab):
- Ciri Khas: Berukuran sangat kecil, seringkali dengan kaki atau capit berwarna cerah yang kontras (misalnya, merah dengan ujung putih, atau biru).
- Habitat: Terumbu karang dan zona intertidal di Indo-Pasifik dan Atlantik.
- Perilaku: Sangat aktif dan berfungsi sebagai detritivor di akuarium terumbu karang.
V. Kelomang sebagai Hewan Peliharaan
Memelihara kelomang, terutama kelomang darat, telah menjadi hobi yang populer. Namun, mereka membutuhkan perawatan yang tepat untuk bisa hidup sehat dan bahagia dalam jangka panjang.
1. Memilih Kelomang yang Sehat
- Aktivitas: Cari kelomang yang aktif bergerak, mencoba kabur saat dipegang, dan tidak terlihat lesu.
- Kondisi Fisik: Pastikan semua kaki dan antena utuh. Tidak ada bau aneh atau tanda-tanda jamur/parasit. Kelomang yang sehat akan memiliki mata yang jernih dan tubuh yang tidak kempis.
- Cangkang: Kelomang harus berada di cangkang yang ukurannya pas dan utuh. Hindari kelomang yang menggunakan cangkang yang dicat atau rusak, karena cat bisa beracun dan cangkang rusak tidak memberikan perlindungan yang memadai.
2. Kandang yang Ideal (Terrarium)
Lingkungan yang tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup kelomang darat.
- Ukuran Kandang: Gunakan akuarium kaca dengan tutup yang rapat (untuk menjaga kelembaban). Minimal 10 galon (sekitar 38 liter) untuk 1-2 kelomang kecil, dan tambahkan 5 galon untuk setiap kelomang tambahan. Kelomang tumbuh, jadi lebih besar selalu lebih baik.
- Substrat: Ini adalah bagian terpenting dari kandang. Kelomang darat membutuhkan substrat yang dalam untuk menggali dan molting. Campuran pasir permainan (play sand) dan serbuk kelapa (coco fiber) dengan perbandingan 5:1 atau 6:1 (pasir lebih banyak) sangat dianjurkan. Kedalaman substrat minimal 6 inci (15 cm) atau tiga kali tinggi kelomang terbesar. Jaga agar substrat tetap lembab, konsistensi seperti istana pasir.
- Suhu dan Kelembaban:
- Suhu: Idealnya antara 24-29°C (75-85°F). Gunakan pemanas di bawah tangki (Under Tank Heater/UTH) yang ditempel di sisi luar kaca, di atas substrat. Jangan gunakan lampu pemanas di atas, karena dapat mengeringkan udara.
- Kelembaban: Sangat krusial! Kelembaban relatif harus antara 75-85%. Gunakan higrometer untuk memantau. Capai ini dengan substrat lembab, mangkuk air terbuka, dan sesekali menyemprot kandang dengan air deklorinasi. Kelembaban yang rendah akan merusak insang kelomang dan menyebabkan molting yang gagal.
- Mangkuk Air: Sediakan dua mangkuk air yang dangkal dan mudah dijangkau:
- Air Tawar: Harus dideklorinasi (menggunakan penetral klorin yang aman untuk reptil/ikan).
- Air Asin: Dibuat dengan garam laut khusus untuk akuarium (bukan garam dapur!). Air laut buatan juga harus dideklorinasi. Keduanya harus cukup dalam agar kelomang dapat merendam seluruh tubuhnya, tetapi memiliki jalan keluar yang aman (batu atau spons laut).
- Tempat Bersembunyi dan Memanjat: Sediakan tempat persembunyian seperti setengah tempurung kelapa atau kayu apung. Cabang-cabang kayu apung, kulit kayu, atau tanaman plastik juga penting untuk tempat memanjat dan berolahraga.
- Cangkang Cadangan: Ini sangat vital. Sediakan 3-5 cangkang kosong per kelomang, dengan berbagai ukuran dan bukaan yang berbeda. Kelomang cenderung menyukai cangkang dengan bukaan bulat atau oval, seperti cangkang keong Turbo atau cangkang Murex. Pastikan cangkang bersih dan tidak dicat.
3. Makanan dan Suplemen
Kelomang darat adalah pemakan oportunistik dan membutuhkan diet yang bervariasi.
- Makanan Segar: Tawarkan berbagai buah-buahan dan sayuran organik (apel, pisang, mangga, pepaya, wortel, brokoli, labu). Protein hewani (udang kering, serangga mati, potongan ikan tanpa bumbu, telur rebus, daging ayam yang dimasak tanpa bumbu). Daun-daunan kering (daun ek, daun ketapang) juga bisa diberikan sebagai makanan dan tempat bersembunyi.
- Kalsium: Sangat penting untuk eksoskeleton mereka. Berikan tulang sotong (cuttlebone) yang digantung atau serpihan kulit telur rebus.
- Suplemen: Makanan kelomang komersial yang baik dapat menjadi pelengkap, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya sumber makanan. Hindari makanan yang mengandung etoksikuin, tembaga sulfat, dan pengawet buatan lainnya.
- Hindari: Makanan yang mengandung gula tinggi, garam berlebihan, rempah-rempah, bawang putih, bawang bombay, citrus (buah jeruk), dan produk susu.
4. Perawatan Selama Molting
Molting adalah proses alami yang vital, tetapi bisa mengkhawatirkan bagi pemilik baru.
- Jangan Ganggu: Jika kelomang Anda mengubur diri di substrat, kemungkinan besar ia sedang bersiap untuk molting. Jangan menggali atau mengganggunya. Ini adalah waktu paling rentan bagi mereka.
- Isolasi (Opsional): Jika Anda memiliki beberapa kelomang dan khawatir yang lain akan mengganggu kelomang yang sedang molting, Anda bisa memindahkannya ke "tangki molting" terpisah dengan substrat, mangkuk air, dan sedikit makanan, tetapi pastikan proses pemindahannya tidak menambah stres. Namun, seringkali lebih baik membiarkannya molting di dalam kandang utama jika substrat cukup dalam.
- Waktu Molting: Proses molting dan pengerasan eksoskeleton baru bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung ukuran kelomang. Bersabarlah.
5. Masalah Kesehatan Umum
- Stres Pasca Pembelian (PTS): Kelomang yang baru dibeli sering mengalami stres akibat perjalanan dan perubahan lingkungan. Mereka mungkin mengubur diri untuk waktu yang lama atau kehilangan anggota tubuh. Berikan lingkungan yang stabil dan tenang.
- Gagal Molting: Sering disebabkan oleh kelembaban yang tidak memadai, kurangnya kalsium, atau cangkang yang terlalu kecil. Ini bisa berakibat fatal.
- Infestasi Tungau: Tungau putih kecil kadang terlihat pada kelomang atau di cangkang. Pastikan kandang bersih dan kering, dan sirkulasi udara baik. Tungau yang bukan parasit biasanya tidak berbahaya.
- Kehilangan Anggota Tubuh: Kelomang dapat meregenerasi kaki atau capit yang hilang setelah beberapa molting.
6. Etika Pemeliharaan Kelomang
Penting untuk diingat bahwa kelomang adalah makhluk hidup dengan kebutuhan spesifik.
- Pendidikan: Lakukan riset menyeluruh sebelum membawa kelomang pulang.
- Beli dari Sumber yang Bertanggung Jawab: Dukung penjual yang tidak menjual cangkang yang dicat dan yang menyediakan kondisi hidup yang baik untuk kelomang.
- Jangan Lepaskan Kelomang Peliharaan ke Alam Liar: Kelomang yang dibesarkan di penangkaran mungkin tidak dapat bertahan hidup di alam liar dan dapat memperkenalkan penyakit atau gen yang tidak diinginkan ke populasi lokal.
- Berikan Cangkang Alami: Cangkang yang dicat dapat mengelupas, melukai kelomang, atau mengandung bahan kimia berbahaya. Selalu sediakan cangkang alami.
VI. Ancaman dan Konservasi
Meskipun kelomang tampak tangguh, mereka menghadapi berbagai ancaman di alam liar yang dapat mengganggu populasi dan keseimbangan ekosistem.
1. Krisis Cangkang
Ini adalah salah satu ancaman terbesar bagi kelomang. Populasi siput laut yang semakin berkurang karena penangkapan berlebihan, polusi, dan hilangnya habitat berarti lebih sedikit cangkang kosong yang tersedia. Selain itu, koleksi cangkang oleh manusia sebagai suvenir turis semakin memperburuk krisis ini. Akibatnya:
- Kelomang terpaksa berebut cangkang, yang bisa mengakibatkan cedera atau kematian.
- Kelomang menggunakan cangkang yang terlalu kecil, yang menghambat pertumbuhan dan reproduksi.
- Kelomang terpaksa menggunakan sampah buatan manusia (plastik, tutup botol, kaleng) sebagai cangkang, yang tidak memberikan perlindungan yang memadai dan dapat menyebabkan cedera atau keracunan.
2. Hilangnya Habitat
Perusakan habitat pesisir seperti hutan bakau, terumbu karang, dan pantai berpasir akibat pembangunan, erosi, dan perubahan iklim berdampak langsung pada kelomang. Habitat ini adalah tempat mereka mencari makan, bereproduksi, dan molting.
3. Polusi
Polusi laut dari limbah industri, tumpahan minyak, pestisida, dan mikroplastik sangat berbahaya bagi kelomang. Mereka dapat mencerna plastik atau bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Kelomang darat juga rentan terhadap pestisida yang digunakan di area pesisir.
4. Perubahan Iklim
Kenaikan suhu laut dan pengasaman laut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup larva kelomang dan ketersediaan makanan mereka. Kenaikan permukaan air laut juga dapat menghancurkan habitat pesisir.
5. Perdagangan Satwa Liar
Penangkapan kelomang darat dari alam liar untuk perdagangan hewan peliharaan dapat memberikan tekanan pada populasi lokal, terutama jika penangkapan dilakukan secara tidak berkelanjutan atau jika ada tingkat kematian yang tinggi selama transportasi.
Upaya Konservasi
Melindungi kelomang memerlukan pendekatan multifaset:
- Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kelomang dan ancaman yang mereka hadapi.
- Membatasi Koleksi Cangkang: Mendorong wisatawan dan penduduk lokal untuk tidak mengambil cangkang kosong dari pantai.
- Perlindungan Habitat: Melindungi dan merestorasi hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pesisir lainnya.
- Pengelolaan Perikanan yang Berkelanjutan: Mengurangi penangkapan berlebihan siput laut untuk memastikan ketersediaan cangkang.
- Pengurangan Polusi: Mengurangi polusi di laut dan darat.
- Penelitian: Mendukung penelitian tentang populasi kelomang, distribusi, dan adaptasi mereka terhadap perubahan lingkungan.
- Praktik Pemeliharaan Bertanggung Jawab: Bagi pemilik hewan peliharaan, ini berarti menyediakan kondisi hidup yang optimal dan tidak melepaskan kelomang peliharaan ke alam liar.
VII. Mitos dan Fakta Menarik
Kelomang telah menginspirasi banyak cerita dan memiliki beberapa fakta menarik yang mungkin tidak banyak diketahui.
1. Mitos dan Kepercayaan Lokal
- Roh Pelindung: Di beberapa kebudayaan pesisir, kelomang dianggap sebagai penjaga atau roh pelindung pantai.
- Pembawa Keberuntungan: Menemukan kelomang dengan cangkang yang sangat indah atau unik kadang dianggap sebagai tanda keberuntungan.
- Ramalan Cuaca: Di beberapa daerah, aktivitas kelomang darat dipercaya dapat memprediksi cuaca; misalnya, jika mereka aktif jauh dari pantai, itu bisa menjadi tanda hujan.
2. Fakta Menarik
- Usia Panjang: Kelomang darat peliharaan, dengan perawatan yang tepat, dapat hidup lebih dari 10-15 tahun, bahkan ada laporan yang mencapai 30 tahun! Di alam liar, masa hidup mereka cenderung lebih pendek karena predator dan kondisi lingkungan.
- Bukan Predator Agresif: Meskipun memiliki capit, kelomang sebagian besar adalah pemulung dan pemakan detritus, bukan pemburu aktif yang agresif terhadap mangsa besar.
- Kemampuan Menjadi Kanibal: Dalam kondisi stres atau kekurangan sumber daya, kelomang bisa menjadi kanibal, terutama terhadap kelomang lain yang sedang molting dan rentan.
- Cangkang Bukan Hanya Rumah: Cangkang tidak hanya melindungi abdomen mereka, tetapi juga membantu menjaga kelembaban tubuh kelomang darat, melindungi insang mereka dari kekeringan.
- Adaptasi Terhadap Cangkang: Beberapa kelomang laut memiliki adaptasi khusus untuk cangkang yang mereka tinggali. Misalnya, kelomang yang berasosiasi dengan anemon akan memindahkan anemon ke cangkang baru setiap kali mereka berganti cangkang.
- Kelomang Berbulu (Hairy Hermit Crabs): Beberapa spesies kelomang memiliki bulu-bulu halus (setae) di tubuh mereka, yang mungkin membantu mereka bersembunyi atau merasakan lingkungan.
- Kelomang Laut Dalam yang Tanpa Cangkang: Beberapa spesies kelomang laut dalam telah kehilangan kebutuhan akan cangkang kosong dan mengembangkan eksoskeleton yang lebih keras di bagian abdomennya, menunjukkan evolusi yang menarik. Namun, ini adalah pengecualian.
VIII. Kesimpulan
Kelomang adalah krustasea yang luar biasa, dengan adaptasi yang mengagumkan terhadap lingkungannya. Ketergantungan mereka pada cangkang kosong bukan hanya ciri khas yang paling menarik, tetapi juga menjadi titik rentan dalam siklus hidup mereka, terutama di tengah tekanan lingkungan dan aktivitas manusia.
Dari kelomang darat yang menjelajahi pantai hingga kelomang laut yang berinteraksi dengan anemon, setiap spesies memiliki kisah adaptasi dan kelangsungan hidupnya sendiri. Memahami anatomi, perilaku, dan ekologi mereka tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga menyoroti peran penting yang mereka mainkan sebagai pemulung dan elemen kunci dalam ekosistem.
Sebagai manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi makhluk-makhluk berhati lembut ini. Baik melalui praktik pemeliharaan yang bertanggung jawab, dukungan terhadap upaya konservasi, atau sekadar meninggalkan cangkang kosong di pantai untuk mereka, setiap tindakan kecil dapat membantu memastikan bahwa kelomang akan terus menjelajahi cangkang-cangkang baru untuk generasi mendatang. Kisah kelomang adalah pengingat akan keindahan dan kerapuhan alam, serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem demi kelangsungan hidup semua makhluk.