Jereng (Strabismus): Panduan Lengkap untuk Memahami dan Mengatasinya
Memahami kondisi mata yang sering disebut "jereng" atau strabismus adalah langkah pertama menuju penanganan yang tepat dan peningkatan kualitas hidup.
Kondisi medis yang dikenal sebagai strabismus, atau lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan jereng, merupakan masalah penglihatan yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Jereng adalah kondisi di mana kedua mata tidak dapat melihat ke arah yang sama secara bersamaan, atau dengan kata lain, kedua mata tidak sejajar. Satu mata mungkin melihat lurus ke depan, sementara mata lainnya menyimpang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke atas (hypertropia), atau ke bawah (hypotropia). Meskipun seringkali dianggap sebagai masalah kosmetik semata, jereng sebenarnya merupakan indikasi adanya gangguan pada sistem penglihatan yang lebih kompleks dan dapat memiliki dampak serius pada perkembangan penglihatan, terutama pada anak-anak.
Memahami jereng secara mendalam, mulai dari jenis-jenisnya, penyebab, gejala, hingga pilihan pengobatan yang tersedia, adalah kunci untuk penanganan yang efektif. Artikel ini akan membahas tuntas segala aspek terkait jereng, menepis mitos yang beredar, dan memberikan informasi yang akurat berdasarkan ilmu medis terkini. Tujuan kami adalah memberikan panduan komprehensif agar Anda dan orang-orang terdekat dapat mengambil langkah terbaik dalam menghadapi kondisi ini.
Apa Itu Jereng (Strabismus)?
Secara medis, jereng dikenal sebagai strabismus. Ini adalah suatu kondisi okular (mata) di mana mata tidak sejajar dengan benar dan tidak dapat fokus pada objek yang sama pada saat yang bersamaan. Normalnya, kedua mata bekerja sama untuk mengirimkan sinyal visual ke otak. Otak kemudian menggabungkan kedua sinyal ini menjadi satu gambar tiga dimensi (stereopsis), yang memungkinkan kita memiliki persepsi kedalaman yang baik. Pada individu dengan jereng, mata tidak sejajar, sehingga otak menerima dua gambar yang berbeda. Untuk menghindari penglihatan ganda (diplopia), otak anak-anak seringkali akan menekan atau mengabaikan gambar yang datang dari mata yang menyimpang. Jika hal ini terjadi dalam jangka panjang selama periode perkembangan kritis penglihatan, dapat menyebabkan kondisi yang disebut amblyopia atau mata malas, di mana mata yang menyimpang tidak pernah mengembangkan ketajaman penglihatan yang normal.
Jereng bisa bersifat konstan (selalu ada) atau intermiten (kadang muncul, kadang tidak). Kondisi ini dapat muncul sejak lahir (jereng kongenital atau infantil) atau berkembang di kemudian hari selama masa kanak-kanak, bahkan pada orang dewasa. Penting untuk dicatat bahwa jereng bukan hanya masalah estetika; ini adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian dan penanganan dari profesional kesehatan mata.
Bagaimana Mata Bekerja Secara Normal?
Untuk memahami jereng, mari kita pahami dulu bagaimana mata bekerja secara normal. Setiap mata memiliki enam otot eksternal (otot ekstraokular) yang bekerja secara harmonis untuk mengontrol gerakan bola mata. Otot-otot ini menerima sinyal dari otak yang memastikan kedua mata bergerak bersamaan dan tetap sejajar, sehingga gambar yang diterima dari kedua mata dapat diproses menjadi satu persepsi visual yang koheren. Ketika salah satu atau beberapa dari otot-otot ini tidak berfungsi dengan baik, atau ada gangguan pada saraf yang mengontrolnya, atau pada pusat penglihatan di otak yang mengoordinasikan gerakan mata, maka jereng dapat terjadi.
Jenis-Jenis Jereng
Jereng dapat diklasifikasikan berdasarkan arah penyimpangan mata, konsistensi kemunculannya, penyebabnya, dan apakah penyimpangan tersebut bersifat paralitik (akibat kelumpuhan otot) atau non-paralitik.
1. Berdasarkan Arah Penyimpangan:
- Esotropia (Mata Menyimpang ke Dalam): Ini adalah jenis jereng yang paling umum, terutama pada anak-anak. Salah satu atau kedua mata menyimpang ke arah hidung.
- Esotropia Akut: Muncul secara tiba-tiba, seringkali pada orang dewasa, dan bisa disebabkan oleh kondisi neurologis.
- Esotropia Akumulatif: Terkait dengan kesalahan bias refraksi yang tidak terkoreksi, seperti rabun jauh (hiperopia) yang tinggi. Mata harus bekerja lebih keras untuk fokus, yang dapat menyebabkan konvergensi berlebihan.
- Esotropia Infantil (Kongenital): Terjadi pada bayi di bawah enam bulan. Seringkali besar dan konstan, memerlukan intervensi dini.
- Exotropia (Mata Menyimpang ke Luar): Salah satu atau kedua mata menyimpang ke arah telinga.
- Exotropia Intermiten: Mata menyimpang ke luar hanya kadang-kadang, terutama saat lelah, sakit, atau melamun. Ini adalah jenis exotropia yang paling umum.
- Exotropia Konstan: Mata selalu menyimpang ke luar.
- Hypertropia (Mata Menyimpang ke Atas): Salah satu mata menyimpang ke atas. Ini seringkali lebih jarang dan bisa disebabkan oleh masalah saraf atau otot tertentu.
- Hypotropia (Mata Menyimpang ke Bawah): Salah satu mata menyimpang ke bawah. Juga relatif jarang dan mungkin menunjukkan masalah saraf atau otot.
2. Berdasarkan Konsistensi:
- Konstan: Mata selalu menyimpang.
- Intermiten: Mata menyimpang hanya pada waktu-waktu tertentu, seperti saat lelah, sakit, atau fokus pada objek tertentu.
3. Berdasarkan Keterlibatan Otot:
- Konkomitan: Sudut penyimpangan mata tetap sama ke mana pun mata melihat. Ini lebih umum pada anak-anak.
- Inkomitan (Non-konkomitan): Sudut penyimpangan bervariasi tergantung pada arah tatapan mata. Ini sering disebabkan oleh kelumpuhan atau kelemahan salah satu otot penggerak mata (paralitik strabismus) atau gangguan saraf. Lebih sering terjadi pada orang dewasa akibat trauma, stroke, atau kondisi neurologis lainnya.
Penyebab Jereng
Jereng dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi koordinasi mata. Memahami penyebabnya penting untuk menentukan pendekatan pengobatan yang paling tepat.
1. Masalah Kontrol Otot Mata:
Mata dikendalikan oleh enam otot ekstraokular. Jika otot-otot ini terlalu lemah, terlalu kuat, atau tidak berfungsi secara sinkron, maka mata tidak dapat bergerak dengan benar secara bersamaan. Gangguan ini bisa bersifat genetik, perkembangan, atau akibat cedera.
2. Kesalahan Refraksi yang Tidak Terkoreksi:
Kelainan refraksi seperti hiperopia (rabun jauh) yang tidak terkoreksi adalah penyebab umum jereng, terutama esotropia akomodatif. Ketika mata rabun jauh mencoba fokus pada objek dekat, ia harus mengakomodasi (bekerja lebih keras untuk fokus). Akomodasi ini secara alami terkait dengan konvergensi (mata bergerak ke dalam). Pada beberapa anak, upaya akomodasi yang berlebihan ini dapat memicu konvergensi berlebihan yang menyebabkan salah satu mata menyimpang ke dalam.
3. Masalah Neurologis:
Otak bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otot-otot mata. Gangguan pada saraf kranial yang mengontrol gerakan mata (saraf kranial III, IV, VI) atau pada pusat-pusat otak yang mengoordinasikan gerakan mata dapat menyebabkan jereng. Ini bisa terjadi akibat:
- Stroke: Kerusakan pada bagian otak yang mengontrol gerakan mata.
- Trauma Kepala: Cedera pada otak atau saraf mata.
- Tumor Otak: Tekanan pada saraf atau area otak yang relevan.
- Kelainan Bawaan: Gangguan perkembangan saraf sejak lahir.
- Penyakit Neurologis: Kondisi seperti cerebral palsy, Down syndrome, hydrocephalus, atau bahkan Myasthenia Gravis yang memengaruhi fungsi otot dan saraf.
4. Genetik:
Jereng seringkali memiliki komponen genetik. Jika ada riwayat keluarga jereng atau amblyopia, risiko seorang anak mengalaminya akan lebih tinggi. Ini menunjukkan adanya predisposisi genetik terhadap masalah perkembangan otot mata atau kontrol saraf.
5. Penurunan Penglihatan pada Satu Mata:
Jika penglihatan pada satu mata sangat buruk (misalnya karena katarak kongenital, trauma, atau penyakit mata lainnya yang tidak diobati), otak mungkin akan mengabaikan sinyal dari mata tersebut, dan mata yang penglihatannya buruk tersebut dapat menyimpang. Ini dikenal sebagai jereng sensorik.
6. Penyakit Sistemik:
Beberapa penyakit sistemik atau kondisi medis lainnya dapat berkontribusi pada jereng, seperti penyakit Graves (hipertiroidisme) yang dapat memengaruhi otot-otot mata, atau diabetes yang dapat menyebabkan neuropati kranial.
7. Cedera Fisik:
Cedera langsung pada mata atau rongga mata dapat merusak otot-otot mata atau saraf yang mengontrolnya, menyebabkan jereng.
Gejala dan Tanda Jereng
Gejala jereng dapat bervariasi tergantung pada usia pasien, jenis jereng, dan tingkat keparahannya. Mengenali gejala ini sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang cepat.
Pada Anak-anak:
- Mata Tidak Sejajar: Ini adalah tanda paling jelas. Orang tua atau pengasuh mungkin memperhatikan bahwa satu mata atau kedua mata tidak melihat ke arah yang sama.
- Menyipitkan Mata atau Menjulingkan Kepala: Anak-anak mungkin menyipitkan mata atau memiringkan kepala mereka untuk mencoba menyelaraskan mata atau untuk menghindari penglihatan ganda dan mendapatkan fokus yang lebih baik.
- Sering Tersandung atau Kesulitan Koordinasi: Karena persepsi kedalaman yang buruk, anak-anak mungkin kesulitan dalam aktivitas yang membutuhkan koordinasi mata-tangan atau penilaian jarak.
- Penglihatan Ganda (Diplopia): Meskipun jarang pada anak-anak kecil karena otak mereka cenderung menekan gambar dari mata yang menyimpang, anak yang lebih besar mungkin mengeluhkannya.
- Amblyopia (Mata Malas): Jika otak terus-menerus menekan penglihatan dari satu mata, mata tersebut akan menjadi malas dan tidak akan pernah mengembangkan ketajaman penglihatan yang normal, bahkan jika jereng itu sendiri diobati. Amblyopia adalah komplikasi serius jereng pada anak-anak yang memerlukan penanganan segera.
- Sensitivitas Cahaya: Beberapa anak mungkin lebih sensitif terhadap cahaya terang.
- Menutup Satu Mata: Terutama saat melihat objek dari jauh atau di bawah sinar matahari terang, untuk menghindari penglihatan ganda atau untuk meningkatkan fokus.
Pada Orang Dewasa:
Jereng yang muncul pada usia dewasa biasanya memiliki gejala yang berbeda dan seringkali lebih mengganggu karena otak dewasa sudah terbiasa dengan penglihatan binokular yang normal.
- Penglihatan Ganda (Diplopia) Tiba-tiba: Ini adalah gejala yang paling umum dan mengganggu pada orang dewasa dengan jereng yang baru muncul. Otak tidak dapat lagi menekan gambar dari mata yang menyimpang.
- Sakit Kepala dan Ketegangan Mata: Upaya terus-menerus untuk menyelaraskan mata atau menekan penglihatan ganda dapat menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala.
- Kehilangan Persepsi Kedalaman: Kesulitan dalam menilai jarak, yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari seperti mengemudi, menuangkan cairan, atau naik tangga.
- Kelelahan Visual: Merasa mata cepat lelah setelah membaca atau melakukan tugas visual lainnya.
- Perubahan Penampilan Kosmetik: Meskipun ini bukan gejala medis, orang dewasa mungkin merasa terganggu dengan penampilan mata mereka yang tidak sejajar.
Dampak Jereng
Jereng bukan hanya kondisi visual; ia memiliki dampak yang luas, baik secara fisik maupun psikologis, yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, terutama jika tidak diobati sejak dini.
1. Dampak Fisik dan Visual:
- Amblyopia (Mata Malas): Ini adalah komplikasi paling serius pada anak-anak. Jika tidak ditangani sebelum usia kritis (sekitar 7-9 tahun), amblyopia dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen pada mata yang terkena.
- Kehilangan Penglihatan Binokular dan Stereopsis: Kemampuan kedua mata untuk bekerja sama secara efektif dan persepsi kedalaman yang memungkinkan kita melihat dalam tiga dimensi dapat terganggu atau hilang. Ini memengaruhi aktivitas seperti mengemudi, berolahraga, dan bahkan pekerjaan tertentu.
- Penglihatan Ganda (Diplopia): Sangat mengganggu pada orang dewasa dan dapat menyebabkan mual, pusing, serta ketidaknyamanan visual.
- Sakit Kepala dan Kelelahan Mata: Upaya terus-menerus untuk menyelaraskan mata atau mengabaikan penglihatan ganda dapat menyebabkan ketegangan pada otot mata dan sakit kepala kronis.
- Posisi Kepala Abnormal: Beberapa orang mungkin tanpa sadar memiringkan atau memutar kepala mereka untuk mencoba menyelaraskan penglihatan mereka, yang dapat menyebabkan nyeri leher atau masalah postur lainnya.
2. Dampak Psikologis dan Sosial:
- Masalah Percaya Diri dan Citra Diri: Terutama pada remaja dan dewasa muda, penampilan mata yang tidak sejajar dapat menyebabkan rasa malu, rendah diri, dan kecemasan sosial.
- Isolasi Sosial: Beberapa individu mungkin menarik diri dari aktivitas sosial atau menghindari kontak mata karena takut akan penilaian atau ejekan.
- Kesulitan Belajar dan Akademik: Pada anak-anak, kesulitan dalam membaca, menulis di papan tulis, atau melihat gambar 3D dapat memengaruhi kinerja sekolah.
- Kesempatan Kerja Terbatas: Beberapa profesi memerlukan penglihatan binokular dan persepsi kedalaman yang sempurna, sehingga membatasi pilihan karir bagi individu dengan jereng yang tidak terkoreksi.
- Penindasan atau Ejekan: Anak-anak dengan jereng seringkali menjadi target ejekan di sekolah, yang dapat berdampak serius pada perkembangan emosional mereka.
Diagnosis Jereng
Diagnosis jereng memerlukan pemeriksaan mata yang komprehensif oleh dokter mata (oftalmologis) atau optometri. Proses ini dirancang untuk mengidentifikasi jenis jereng, penyebabnya, dan dampaknya pada penglihatan.
1. Riwayat Medis dan Visual:
Dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien dan keluarga, termasuk apakah ada riwayat jereng atau masalah penglihatan lainnya. Pertanyaan tentang kapan gejala mulai muncul, seberapa sering, dan apa yang memperburuknya akan sangat membantu.
2. Tes Ketajaman Penglihatan:
Mengukur seberapa baik pasien dapat melihat pada berbagai jarak menggunakan grafik mata. Pada anak-anak yang belum bisa membaca, digunakan metode khusus seperti grafik gambar atau tes respons visual.
3. Refraksi:
Menggunakan alat khusus (retinoskop atau autorefraktor) untuk menentukan apakah ada kesalahan refraksi seperti rabun jauh (miopia), rabun dekat (hiperopia), atau astigmatisme, dan seberapa besar koreksi lensa yang dibutuhkan. Seringkali, tetes mata digunakan untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan otot akomodasi, sehingga hasil refraksi menjadi lebih akurat, terutama pada anak-anak.
4. Pemeriksaan Segmen Anterior dan Posterior:
Dokter akan memeriksa bagian depan mata (kornea, iris, lensa) dan bagian belakang mata (retina, saraf optik) untuk mencari tanda-tanda penyakit mata lain yang mungkin menjadi penyebab jereng atau memengaruhi penglihatan.
5. Tes Penyelarasan Mata dan Gerakan Mata:
- Tes Tutup-Buka (Cover-Uncover Test): Ini adalah tes diagnostik utama untuk jereng. Dokter akan menutup satu mata pasien dan mengamati mata yang tidak tertutup untuk melihat apakah ada gerakan penyelarasan. Kemudian, penutup dipindahkan ke mata yang lain, dan proses diulang. Gerakan mata yang terjadi selama tes ini menunjukkan adanya penyimpangan.
- Tes Alternatif Penutup (Alternate Cover Test): Mirip dengan tes tutup-buka, tetapi penutup dipindahkan dari satu mata ke mata lainnya secara berulang untuk mengungkapkan jenis dan tingkat penyimpangan.
- Pemeriksaan Gerakan Mata (Ocular Motility Exam): Dokter akan meminta pasien untuk mengikuti objek ke berbagai arah untuk menilai kekuatan dan koordinasi enam otot ekstraokular di setiap mata.
- Tes Stereopsis (Persepsi Kedalaman): Menggunakan gambar khusus untuk mengukur kemampuan otak untuk menggabungkan dua gambar dari mata menjadi satu gambar tiga dimensi.
6. Pemeriksaan Pupil dan Respons Cahaya:
Mengevaluasi bagaimana pupil bereaksi terhadap cahaya, yang dapat memberikan petunjuk tentang fungsi saraf optik dan jalur saraf.
7. Tes Tambahan:
Dalam kasus tertentu, terutama jika dicurigai ada penyebab neurologis, dokter mungkin merekomendasikan:
- MRI atau CT scan: Untuk memeriksa otak atau rongga mata.
- Tes Darah: Untuk mencari kondisi sistemik yang mendasari.
Proses diagnosis yang cermat dan teliti sangat penting untuk merencanakan strategi pengobatan yang paling efektif dan untuk memastikan tidak ada kondisi medis serius lainnya yang terlewatkan.
Penanganan dan Pengobatan Jereng
Tujuan utama pengobatan jereng adalah untuk menyelaraskan mata, mengembalikan penglihatan binokular, dan mencegah atau mengatasi amblyopia. Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada jenis jereng, penyebabnya, usia pasien, dan tingkat keparahannya.
1. Kacamata atau Lensa Kontak:
Ini adalah pengobatan garis depan, terutama untuk jereng yang disebabkan oleh kesalahan refraksi seperti hiperopia (esotropia akomodatif). Kacamata atau lensa kontak yang benar dapat mengoreksi masalah fokus, mengurangi upaya akomodasi yang berlebihan, dan seringkali menyelaraskan mata. Jika jereng bersifat akomodatif murni, kacamata mungkin menjadi satu-satunya pengobatan yang diperlukan.
2. Terapi Penutup Mata (Patching) atau Tetes Atropin:
Digunakan untuk mengatasi amblyopia (mata malas) yang sering menyertai jereng pada anak-anak.
- Patching: Menutup mata yang memiliki penglihatan lebih baik selama beberapa jam sehari. Ini memaksa otak untuk menggunakan mata yang malas, mendorong perkembangan penglihatan di mata tersebut.
- Tetes Atropin: Alternatif untuk patching, di mana tetes mata atropin digunakan untuk mengaburkan penglihatan pada mata yang lebih baik. Efeknya sama dengan patching, yaitu memaksa otak untuk menggunakan mata yang malas.
3. Latihan Mata (Vision Therapy):
Serangkaian latihan visual yang dirancang untuk meningkatkan koordinasi mata, fokus, dan persepsi kedalaman. Ini seringkali dilakukan oleh terapis penglihatan atau ortoptis. Latihan ini bisa mencakup:
- Latihan Konvergensi: Untuk meningkatkan kemampuan mata bergerak ke dalam dan mempertahankan fokus pada objek dekat.
- Latihan Fusional: Untuk membantu otak menggabungkan dua gambar dari mata menjadi satu.
4. Prisma:
Lensa prisma dapat ditambahkan pada kacamata untuk membelokkan cahaya sebelum mencapai mata. Ini membantu memindahkan gambar pada retina mata yang menyimpang sehingga otak dapat menggabungkan kedua gambar dan menghindari penglihatan ganda. Prisma sangat berguna untuk jereng pada orang dewasa yang mengalami penglihatan ganda dan tidak ingin atau tidak dapat menjalani operasi.
5. Suntikan Botulinum Toxin (Botox):
Botox dapat disuntikkan ke salah satu otot ekstraokular untuk melemahkannya sementara. Hal ini dapat membantu menyelaraskan mata dengan mengurangi tarikan otot yang terlalu kuat atau untuk sementara waktu menyeimbangkan otot yang lemah. Efeknya bersifat sementara (biasanya 3-6 bulan) dan mungkin memerlukan suntikan berulang. Ini sering digunakan untuk kasus jereng tertentu atau sebagai uji coba sebelum operasi.
6. Operasi Strabismus (Otot Mata):
Operasi adalah pilihan pengobatan yang umum dan seringkali paling efektif untuk jereng, terutama jika metode lain tidak berhasil atau jika penyimpangan mata sangat besar.
- Bagaimana Operasi Dilakukan: Operasi strabismus melibatkan penyesuaian panjang atau posisi satu atau lebih otot ekstraokular untuk menyelaraskan mata. Prosedur ini tidak melibatkan pemotongan atau laser pada bola mata itu sendiri, melainkan dilakukan pada otot-otot yang berada di luar bola mata.
- Resection: Otot yang terlalu lemah dipendekkan untuk membuatnya lebih kuat.
- Recession: Otot yang terlalu kuat dilemahkan dengan memindahkannya ke posisi yang lebih jauh dari kornea.
- Tujuan Operasi: Untuk mengoreksi penyelarasan mata secara kosmetik dan, jika dilakukan pada usia dini, untuk memulihkan atau mempertahankan penglihatan binokular.
- Anestesi: Pada anak-anak, operasi biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Pada orang dewasa, bisa dengan anestesi lokal atau umum.
- Pemulihan: Pasien biasanya dapat pulang pada hari yang sama. Mata mungkin merah, bengkak, dan sedikit nyeri selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Komplikasi serius jarang terjadi, tetapi seperti operasi lainnya, ada risiko infeksi atau reaksi terhadap anestesi.
- Hasil: Tingkat keberhasilan operasi sangat tinggi dalam menyelaraskan mata. Namun, beberapa kasus mungkin memerlukan operasi tambahan di kemudian hari. Operasi juga tidak selalu dapat sepenuhnya mengembalikan persepsi kedalaman yang hilang, terutama jika dilakukan pada usia dewasa atau jika amblyopia sudah parah dan tidak diobati.
7. Penanganan Kondisi yang Mendasari:
Jika jereng disebabkan oleh kondisi medis lain seperti tumor otak, stroke, atau penyakit Graves, pengobatan kondisi primer tersebut adalah bagian integral dari penanganan jereng.
Pencegahan dan Deteksi Dini
Meskipun tidak semua kasus jereng dapat dicegah, deteksi dini dan intervensi yang cepat adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius seperti amblyopia dan memaksimalkan potensi pemulihan penglihatan.
1. Pemeriksaan Mata Rutin pada Anak-anak:
Ini adalah langkah pencegahan paling penting. Anak-anak harus menjalani pemeriksaan mata secara teratur, bahkan jika tidak ada tanda-tanda masalah penglihatan yang jelas.
- Bayi Baru Lahir: Pemeriksaan skrining awal oleh dokter anak.
- Usia 6 Bulan: Pemeriksaan mata komprehensif oleh dokter mata anak atau optometri.
- Usia 3-5 Tahun: Pemeriksaan mata menyeluruh sebelum masuk sekolah.
- Setiap 1-2 Tahun: Pemeriksaan rutin selama masa sekolah, atau lebih sering jika ada faktor risiko atau masalah yang terdeteksi.
2. Perhatikan Tanda-tanda Jereng pada Anak:
Orang tua dan pengasuh harus waspada terhadap tanda-tanda berikut:
- Mata yang jelas-jelas tidak sejajar setelah usia 4-6 bulan.
- Anak sering memiringkan kepala atau menyipitkan mata.
- Sering tersandung atau kesulitan dalam aktivitas yang membutuhkan koordinasi mata-tangan.
- Menutup satu mata saat melihat atau di bawah sinar matahari.
- Keluhan penglihatan ganda (pada anak yang lebih besar).
3. Koreksi Gangguan Refraksi:
Pastikan anak-anak dengan rabun jauh (hiperopia) yang tinggi memakai kacamata sesuai resep. Koreksi dini kesalahan refraksi dapat mencegah perkembangan jereng akomodatif atau mengurangi tingkat keparahannya.
4. Pencegahan Cedera Mata:
Meskipun jarang, cedera mata dapat menyebabkan jereng. Melindungi mata dengan kacamata pelindung saat berolahraga atau melakukan aktivitas berisiko tinggi dapat membantu mencegah cedera. Namun, sebagian besar kasus jereng tidak disebabkan oleh cedera.
5. Mengelola Kondisi Medis yang Mendasari:
Pada orang dewasa, mengelola penyakit seperti diabetes atau penyakit tiroid (misalnya Graves) dapat membantu mencegah jereng atau memperburuk kondisi yang sudah ada.
Mitos dan Fakta Seputar Jereng
Ada banyak kesalahpahaman tentang jereng yang dapat menghambat penanganan yang tepat. Mari kita luruskan beberapa mitos umum dengan fakta medis.
Mitos 1: Jereng Akan Hilang Sendiri Seiring Bertambahnya Usia.
Fakta: Ini adalah mitos paling berbahaya. Jereng yang terlihat pada bayi baru lahir (sekali-kali) mungkin memang menghilang seiring berkembangnya koordinasi mata mereka (sekitar 4-6 bulan). Namun, jereng yang persisten setelah usia 4-6 bulan, atau jereng yang muncul di kemudian hari, tidak akan hilang dengan sendirinya. Bahkan, jika tidak diobati, jereng dapat menyebabkan masalah penglihatan permanen seperti amblyopia (mata malas), kehilangan persepsi kedalaman, dan masalah psikososial.
Mitos 2: Menggunakan Kacamata atau Menutup Mata (Patching) Akan Memperburuk Jereng.
Fakta: Justru sebaliknya! Kacamata diresepkan untuk mengoreksi kesalahan refraksi yang sering menjadi penyebab jereng atau memperburuknya. Patching adalah pengobatan utama untuk amblyopia, suatu kondisi yang sangat umum terjadi pada mata yang jereng. Tanpa patching, mata yang malas tidak akan pernah mengembangkan penglihatan normal. Kedua intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki penglihatan dan menyelaraskan mata, bukan memperburuknya.
Mitos 3: Jereng Hanya Masalah Kosmetik.
Fakta: Meskipun penampilan mata yang tidak sejajar bisa menjadi perhatian, jereng jauh lebih dari sekadar masalah kosmetik. Ini adalah gangguan pada sistem penglihatan binokular yang dapat menyebabkan amblyopia, penglihatan ganda, sakit kepala, kelelahan mata, dan kehilangan persepsi kedalaman. Dampak psikologis dan sosialnya pun bisa signifikan.
Mitos 4: Operasi Jereng Hanya Untuk Estetika.
Fakta: Sementara operasi memang memperbaiki penampilan mata, tujuan utamanya adalah untuk menyelaraskan mata sehingga kedua mata dapat bekerja sama dengan lebih baik. Pada anak-anak, operasi dini dapat membantu mencegah amblyopia dan memulihkan penglihatan binokular. Pada orang dewasa, operasi dapat menghilangkan penglihatan ganda yang mengganggu dan memperbaiki persepsi kedalaman, di samping manfaat kosmetiknya.
Mitos 5: Jereng Disebabkan Oleh Kebiasaan Buruk Seperti Sering Menyilangkan Mata atau Melihat Terlalu Dekat.
Fakta: Jereng disebabkan oleh gangguan pada kontrol otot mata, saraf, atau otak, atau oleh kesalahan refraksi yang tidak terkoreksi. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak menyebabkan jereng. Meskipun melihat terlalu dekat atau dalam cahaya redup dapat menyebabkan kelelahan mata, itu tidak secara langsung menyebabkan struktur mata menjadi jereng.
Mitos 6: Terlalu Banyak Menonton TV atau Bermain Video Game Dapat Menyebabkan Jereng.
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menonton TV atau bermain video game secara berlebihan menyebabkan jereng. Namun, aktivitas visual jarak dekat yang berlebihan dapat memperburuk jereng intermiten atau menyebabkan kelelahan mata pada individu yang sudah memiliki kecenderungan jereng.
Mitos 7: Jereng Tidak Bisa Diobati pada Orang Dewasa.
Fakta: Jereng dapat diobati pada usia berapa pun. Meskipun penanganan amblyopia lebih efektif pada anak-anak, pengobatan pada orang dewasa dapat secara signifikan mengurangi gejala seperti penglihatan ganda, sakit kepala, dan kelelahan mata, serta memperbaiki penampilan kosmetik. Pilihan pengobatan seperti kacamata prisma, suntikan Botox, dan operasi strabismus tersedia untuk orang dewasa.
Hidup dengan Jereng
Bagi sebagian orang, jereng mungkin menjadi bagian dari hidup mereka, baik karena belum diobati, sedang dalam proses pengobatan, atau karena pengobatan tidak sepenuhnya mengoreksi kondisi tersebut. Menjalani hidup dengan jereng melibatkan adaptasi dan dukungan.
1. Adaptasi di Kehidupan Sehari-hari:
- Mengenakan Kacamata atau Lensa Kontak: Jika diresepkan, ini harus dipakai secara konsisten untuk mengoreksi penglihatan dan membantu penyelarasan.
- Terapi Penglihatan: Melakukan latihan mata secara teratur sesuai anjuran terapis dapat membantu meningkatkan koordinasi dan mengurangi gejala.
- Mengelola Penglihatan Ganda: Untuk orang dewasa yang mengalami diplopia, kacamata prisma atau bahkan penutup mata sementara pada satu lensa (jika penglihatan binokular tidak dapat dipulihkan) dapat membantu.
- Berhati-hati dalam Aktivitas Berisiko: Karena persepsi kedalaman yang berkurang, aktivitas seperti mengemudi, berolahraga, atau pekerjaan yang membutuhkan presisi visual mungkin memerlukan adaptasi atau perhatian ekstra.
2. Dukungan Psikologis dan Sosial:
Dampak psikologis jereng tidak boleh diabaikan.
- Mencari Dukungan: Berbicara dengan keluarga, teman, atau bergabung dengan kelompok dukungan (online atau offline) dapat membantu individu mengatasi rasa malu atau rendah diri.
- Konseling: Bagi mereka yang mengalami masalah citra diri atau kecemasan sosial yang signifikan, konseling profesional dapat sangat membantu.
- Edukasi Diri: Memahami kondisi Anda sendiri adalah langkah penting. Semakin banyak Anda tahu, semakin Anda bisa menjelaskan kepada orang lain dan merasa lebih berdaya.
- Fokus pada Kekuatan: Ingatkan diri Anda bahwa jereng tidak mendefinisikan siapa Anda. Fokus pada bakat, kemampuan, dan kualitas diri lainnya.
3. Peran Lingkungan:
- Di Sekolah: Orang tua dapat bekerja sama dengan guru untuk memastikan anak-anak dengan jereng mendapatkan dukungan yang diperlukan, seperti duduk di depan kelas, penggunaan materi visual yang disesuaikan, atau bantuan dengan tugas membaca.
- Di Tempat Kerja: Diskusikan kebutuhan adaptasi dengan atasan jika pekerjaan Anda memerlukan penglihatan binokular yang tidak Anda miliki.
4. Kontrol Rutin:
Tetaplah menjalani pemeriksaan mata rutin dengan dokter mata Anda untuk memantau kondisi dan menyesuaikan rencana pengobatan jika diperlukan.
Perkembangan Terkini dalam Pengobatan Jereng
Bidang oftalmologi terus berkembang, dan ada beberapa inovasi yang menarik dalam penanganan jereng:
- Teknik Operasi yang Lebih Presisi: Penggunaan teknologi pencitraan intraoperatif dan alat bedah mikro yang lebih canggih memungkinkan penyesuaian otot yang lebih tepat, meningkatkan tingkat keberhasilan dan mengurangi kebutuhan operasi ulang.
- Tetes Mata Khusus: Penelitian sedang dilakukan pada tetes mata yang dapat membantu memodulasi aktivitas otot mata atau koneksi saraf, sebagai alternatif non-invasif untuk beberapa bentuk jereng ringan.
- Terapi Gen dan Sel Punca: Meskipun masih dalam tahap penelitian awal, ada potensi untuk memperbaiki masalah neurologis atau otot yang mendasari jereng melalui pendekatan terapi gen atau sel punca di masa depan.
- Realitas Virtual (VR) dan Gamifikasi untuk Vision Therapy: Aplikasi VR dan game khusus sedang dikembangkan untuk membuat latihan mata lebih menarik dan efektif, terutama untuk anak-anak, dalam upaya meningkatkan penglihatan binokular dan mengatasi amblyopia.
- Implants dan Perangkat Medis: Pengembangan implan atau perangkat kecil yang dapat ditempatkan di dekat otot mata untuk memberikan stimulasi atau dukungan berkelanjutan, meskipun ini masih dalam tahap eksperimental.
Perkembangan ini memberikan harapan baru bagi individu dengan jereng, menunjukkan bahwa penanganan kondisi ini terus menjadi area penelitian aktif dan inovasi medis.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Jangan menunda untuk mencari bantuan profesional jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda jereng. Deteksi dan intervensi dini adalah faktor kunci untuk hasil yang optimal.
- Pada Bayi: Jika mata bayi Anda tetap menyimpang secara konsisten setelah usia 4-6 bulan.
- Pada Anak-anak: Jika Anda melihat tanda-tanda seperti mata yang tidak sejajar, menyipitkan mata, memiringkan kepala, atau kesulitan koordinasi.
- Pada Orang Dewasa: Jika Anda tiba-tiba mengalami penglihatan ganda, mata tidak sejajar, sakit kepala, atau kelelahan mata yang tidak dapat dijelaskan.
- Riwayat Keluarga: Jika ada riwayat jereng atau amblyopia dalam keluarga Anda, pemeriksaan mata rutin sangat penting, bahkan jika tidak ada gejala yang jelas.
Konsultasikan dengan dokter mata (oftalmologis) atau optometri yang memiliki pengalaman dalam menangani strabismus. Mereka dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh dan merekomendasikan rencana pengobatan yang paling sesuai.
Informasi dalam artikel ini bersifat umum dan tidak menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan mata untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
Jereng atau strabismus adalah kondisi kompleks yang memengaruhi penyelarasan mata dan dapat memiliki dampak signifikan pada penglihatan dan kualitas hidup. Dari berbagai jenis penyimpangan hingga beragam penyebab—mulai dari masalah otot, neurologis, hingga kesalahan refraksi—jereng memerlukan pemahaman yang mendalam untuk penanganan yang efektif.
Kunci utama dalam mengatasi jereng terletak pada deteksi dini dan intervensi yang cepat. Terutama pada anak-anak, penundaan pengobatan dapat menyebabkan komplikasi permanen seperti amblyopia atau mata malas, yang dapat memengaruhi penglihatan seumur hidup. Pemeriksaan mata rutin pada usia dini sangat krusial untuk mengidentifikasi masalah sebelum menjadi parah.
Untungnya, ada berbagai pilihan pengobatan yang tersedia, mulai dari kacamata dan terapi penutup mata untuk amblyopia, hingga latihan mata, prisma, suntikan Botox, dan operasi strabismus. Pilihan pengobatan ini seringkali disesuaikan secara individual untuk setiap pasien, dengan tujuan utama untuk menyelaraskan mata, mengembalikan fungsi penglihatan binokular, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Menepis mitos seputar jereng dan memahami fakta medis adalah langkah penting untuk memastikan bahwa individu yang terkena menerima perawatan yang tepat dan tepat waktu. Jereng bukan sekadar masalah kosmetik; ia adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian serius. Dengan informasi yang akurat dan dukungan medis yang profesional, individu dengan jereng dapat mencapai hasil terbaik dalam mengelola dan mengatasi kondisi ini.
Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda memiliki kekhawatiran tentang jereng. Kesehatan mata Anda adalah aset berharga yang harus dijaga.