Je Maintiendrai: Komitmen Abadi untuk Keteguhan dan Warisan

"Saya Akan Mempertahankan" – Sebuah Sumpah yang Menggetarkan Zaman

Frasa "Je Maintiendrai" mungkin terdengar sederhana, hanya dua kata dalam bahasa Prancis yang berarti "Saya akan mempertahankan." Namun, di balik kesederhanaan itu tersembunyi sebuah filosofi hidup, sebuah sumpah abadi, dan sebuah komitmen mendalam yang telah membentuk sejarah, menginspirasi individu, dan menjadi pilar bagi identitas nasional. Lebih dari sekadar moto, "Je Maintiendrai" adalah pengingat akan pentingnya keteguhan, kesinambungan, dan upaya tanpa henti untuk menjaga apa yang berharga. Artikel ini akan menelusuri makna mendalam dari frasa ini, menyelami sejarahnya, meninjau relevansinya dalam berbagai aspek kehidupan, dan merenungkan bagaimana semangat 'mempertahankan' terus membimbing kita di tengah arus perubahan yang konstan.

Sejak pertama kali diucapkan, frasa ini telah melampaui batas bahasa dan budaya, menjadi simbol universal dari daya tahan, integritas, dan dedikasi. Ini bukan hanya tentang bertahan hidup, melainkan tentang mempertahankan nilai-nilai inti, tujuan, dan identitas di hadapan tantangan. Dalam setiap babak kehidupan, baik itu perjuangan pribadi, tantangan sosial, maupun krisis global, esensi dari "Je Maintiendrai" menjadi mercusuar yang memandu kita untuk tetap teguh, melindungi warisan, dan membangun masa depan yang kokoh di atas fondasi yang kuat.

I. Asal Mula dan Sejarah: Akar Keteguhan

Untuk memahami sepenuhnya bobot dan signifikansi "Je Maintiendrai," kita harus kembali ke akar sejarahnya, sebuah periode penuh gejolak di Eropa pada abad ke-16. Frasa ini pertama kali diadopsi sebagai moto pribadi oleh Willem van Oranje (William dari Oranye), seorang bangsawan berpengaruh yang kemudian dikenal sebagai "Bapak Bangsa" Belanda. Kisahnya adalah kisah perjuangan, pengorbanan, dan keteguhan yang luar biasa dalam menghadapi tirani.

A. Willem van Oranje dan Perjuangan Kemerdekaan Belanda

Willem van Oranje adalah sosok sentral dalam Pemberontakan Belanda (sering disebut Perang Delapan Puluh Tahun), sebuah konflik panjang dan berdarah melawan kekuasaan Spanyol di Habsburg. Pada waktu itu, Belanda, yang dikenal sebagai Tujuh Belas Provinsi, berada di bawah kekuasaan Raja Philip II dari Spanyol. Pemerintahan Spanyol yang keras, terutama dalam hal agama (memaksakan Katolik di tengah meningkatnya Protestanisme) dan pajak yang memberatkan, memicu ketidakpuasan yang meluas.

Willem, yang awalnya seorang bangsawan Katolik yang melayani raja Spanyol, secara bertahap kecewa dengan kebijakan represif Philip II, terutama penindasan terhadap kebebasan beragama dan pelanggaran hak-hak tradisional provinsi-provinsi. Ia merasa terikat oleh sumpah setianya kepada raja, namun juga tergerak oleh penderitaan rakyatnya. Konflik batin ini akhirnya membawanya pada keputusan monumental untuk memimpin perlawanan. Di sinilah "Je Maintiendrai" muncul sebagai ekspresi komitmennya.

Mottonya ini sebenarnya berasal dari keluarga Châlon-Orange, yang ia warisi setelah kematian sepupunya, René dari Châlon. Moto asli keluarga tersebut adalah "Je Maintiendrai Châlon" (Saya akan mempertahankan Châlon), namun Willem memperpendeknya menjadi "Je Maintiendrai," memberikan makna yang lebih luas dan pribadi. Ini bukan lagi hanya tentang mempertahankan warisan teritorial, melainkan tentang mempertahankan prinsip-prinsip, hak-hak, dan kebebasan rakyatnya. Moto ini menjadi simbol perjuangan yang lebih besar – perjuangan untuk kebebasan beragama, hak otonomi, dan identitas nasional yang baru lahir.

Perang Delapan Puluh Tahun adalah epik perjuangan yang diwarnai oleh kepahlawanan, kekejaman, dan keteguhan. Willem menghadapi ancaman terus-menerus, termasuk upaya pembunuhan, dan hidupnya penuh dengan pengorbanan pribadi. Namun, ia tidak pernah goyah dalam komitmennya. "Je Maintiendrai" menjadi pekik pertempuran, sebuah janji bahwa ia akan mempertahankan perjuangan, kebebasan, dan martabat rakyat Belanda, tidak peduli apa pun yang terjadi.

B. Transformasi menjadi Moto Nasional Belanda

Meskipun Willem van Oranje akhirnya tewas dibunuh pada tahun 1584, semangat "Je Maintiendrai" yang ia tanamkan terus hidup. Putranya, Maurice dari Nassau, dan kemudian penerus-penerusnya dari Wangsa Oranye-Nassau, melanjutkan perjuangan. Pada akhirnya, Republik Belanda berhasil meraih kemerdekaan dan menjadi kekuatan maritim serta ekonomi terkemuka di dunia.

Seiring berjalannya waktu, ketika Wangsa Oranye-Nassau menjadi monarki dan keluarga kerajaan Belanda, "Je Maintiendrai" secara resmi diangkat sebagai moto nasional Kerajaan Belanda. Ini adalah pengakuan atas peran fundamental Willem van Oranje dalam pembentukan bangsa dan pengingat abadi akan nilai-nilai yang ia perjuangkan: kebebasan, keadilan, dan keteguhan hati. Moto ini terukir pada lambang kerajaan dan terpampang di banyak lembaga negara, mengingatkan setiap generasi akan warisan perjuangan dan pentingnya mempertahankan apa yang telah dicapai.

Transformasi dari moto pribadi menjadi moto nasional menunjukkan bagaimana nilai-nilai seorang individu yang teguh dapat mengakar kuat dalam kesadaran kolektif sebuah bangsa. Ini adalah bukti bahwa komitmen untuk mempertahankan, meskipun berawal dari satu hati, dapat menyebar dan menjadi landasan bagi identitas dan aspirasi ribuan, bahkan jutaan orang.

II. Filosofi di Balik Keteguhan: Lebih dari Sekadar Kata

"Je Maintiendrai" bukan hanya slogan historis; ia adalah cerminan dari filosofi mendalam tentang eksistensi dan tindakan manusia. Frasa ini mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan, integritas, dan kesinambungan di tengah dunia yang terus berubah. Ia menyoroti esensi dari keberadaan yang bertujuan, di mana mempertahankan berarti menegakkan, memelihara, dan melindungi.

A. Mempertahankan Nilai dan Prinsip

Inti dari "Je Maintiendrai" adalah komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini benar. Bagi Willem van Oranje, ini adalah kebebasan beragama dan hak-hak rakyat. Dalam konteks yang lebih luas, ini berarti:

Mempertahankan nilai-nilai ini membutuhkan keberanian, karena seringkali berarti melawan arus, menentang kekuatan yang lebih besar, atau menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan. Namun, tanpa komitmen ini, masyarakat akan kehilangan kompas moralnya, dan individu akan terombang-ambing tanpa arah.

B. Kesinambungan dan Warisan

Aspek lain dari "Je Maintiendrai" adalah pengakuan akan pentingnya kesinambungan dan warisan. Ini adalah janji untuk tidak hanya menjaga apa yang ada di masa kini, tetapi juga untuk melestarikan dan meneruskan apa yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya kepada generasi mendatang.

Kesinambungan bukanlah stagnasi; ia adalah pertumbuhan yang bertanggung jawab, di mana kemajuan dibangun di atas fondasi yang kuat. Mempertahankan warisan berarti menghargai masa lalu sambil secara aktif membentuk masa depan.

C. Ketahanan dan Adaptabilitas

Pada pandangan pertama, "mempertahankan" mungkin terdengar kaku atau menolak perubahan. Namun, makna sebenarnya jauh lebih dinamis. Untuk benar-benar mempertahankan sesuatu di dunia yang terus berubah, seseorang harus memiliki ketahanan dan adaptabilitas.

Willem van Oranje sendiri menunjukkan adaptabilitas ini. Ia belajar dari kekalahan, mengubah taktik, dan mencari aliansi baru untuk melanjutkan perjuangannya. Semangat "Je Maintiendrai" adalah tentang menjaga nyala api tetap menyala, bahkan di tengah badai, dan menemukan cara baru untuk menyalakan kembali api itu jika padam.

III. Dimensi Nasional dan Sosial: Pilar Kedaulatan

Ketika sebuah frasa seperti "Je Maintiendrai" menjadi moto nasional, ia mengambil dimensi yang jauh lebih besar dari sekadar komitmen pribadi. Ia menjadi cerminan dari aspirasi kolektif, tujuan bersama, dan janji yang dipegang oleh seluruh bangsa. Dalam konteks nasional dan sosial, semangat 'mempertahankan' adalah kunci untuk kedaulatan, stabilitas, dan kemajuan yang berkelanjutan.

A. Mempertahankan Kedaulatan dan Kemandirian

Bagi sebuah negara, "Je Maintiendrai" secara fundamental berarti mempertahankan kedaulatan dan kemandiriannya. Ini adalah janji untuk melindungi batas-batas geografis, sistem politik, dan hak untuk menentukan nasib sendiri dari campur tangan eksternal.

Semangat ini mendorong negara untuk tetap teguh dalam menghadapi tekanan geopolitik, perjanjian internasional yang tidak adil, atau pengaruh budaya asing yang dominan. Ini adalah tentang memastikan bahwa suara dan kepentingan bangsa tetap diutamakan dan dihormati di panggung dunia.

B. Mempertahankan Demokrasi dan Institusi

Dalam masyarakat yang demokratis, "Je Maintiendrai" memiliki makna yang sangat spesifik: mempertahankan sistem pemerintahan yang memungkinkan rakyat untuk bersuara dan memastikan bahwa institusi-institusi yang mendukung demokrasi tetap kuat dan berfungsi.

Mempertahankan demokrasi bukanlah tugas yang pasif; ia membutuhkan kewaspadaan terus-menerus, pendidikan warga negara, dan komitmen untuk melawan korupsi, otoritarianisme, dan polarisasi yang dapat mengikis fondasi demokrasi.

C. Mempertahankan Kesejahteraan Sosial dan Keadilan

Lebih dari sekadar politik, "Je Maintiendrai" juga merangkum komitmen untuk mempertahankan kesejahteraan sosial bagi semua warga negara. Ini berarti memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap kebutuhan dasar dan kesempatan untuk berkembang.

Komitmen ini menuntut kebijakan publik yang berpihak pada rakyat, investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia, dan tekad untuk mengurangi kesenjangan dan ketidakadilan. Ini adalah janji bahwa tidak ada seorang pun yang akan ditinggalkan.

IV. Ketahanan Budaya dan Identitas: Jati Diri Bangsa

Dalam lanskap global yang semakin terkoneksi, di mana batas-batas budaya seringkali menjadi kabur, makna "Je Maintiendrai" dalam konteks mempertahankan budaya dan identitas menjadi semakin relevan. Ini adalah panggilan untuk menghargai dan melestarikan kekayaan unik yang mendefinisikan sebuah komunitas, sebuah bangsa, atau bahkan peradaban.

A. Mempertahankan Bahasa sebagai Jiwa Bangsa

Bahasa adalah fondasi dari setiap budaya, sarana utama untuk ekspresi, pemikiran, dan transmisi pengetahuan antar generasi. Mempertahankan bahasa adalah tindakan fundamental untuk melestarikan identitas.

Melalui bahasa, cerita, sejarah, dan pandangan dunia sebuah bangsa diwariskan. Kehilangan bahasa adalah kehilangan sebagian dari jiwa bangsa itu sendiri. "Je Maintiendrai" mengingatkan kita akan pentingnya menjadi penjaga kata-kata yang membentuk realitas kita.

B. Memelihara Tradisi, Adat Istiadat, dan Seni

Tradisi dan adat istiadat adalah ekspresi hidup dari nilai-nilai budaya, sementara seni adalah cerminan kreatif dari jiwa manusia. Mempertahankan aspek-aspek ini adalah menjaga benang merah yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.

Ini tidak berarti menolak modernisasi, tetapi mengintegrasikan yang baru dengan menghormati yang lama, menciptakan jembatan antara generasi dan memastikan bahwa warisan budaya tetap relevan dan hidup.

C. Perlindungan Situs Sejarah dan Memori Kolektif

Situs sejarah dan memori kolektif adalah penanda fisik dan naratif dari perjalanan sebuah bangsa. Mempertahankannya adalah mempertahankan ingatan, pelajaran, dan sumber inspirasi.

Dengan mempertahankan jejak masa lalu, kita belajar dari kesalahan dan keberhasilan, dan kita mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita dan dari mana kita berasal. "Je Maintiendrai" adalah pengingat bahwa masa lalu adalah fondasi untuk masa depan.

V. Lingkungan dan Warisan Alam: Janji untuk Bumi

Dalam menghadapi krisis iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati yang semakin parah, makna "Je Maintiendrai" meluas secara krusial ke ranah lingkungan. Ini adalah komitmen untuk mempertahankan planet kita, sumber daya alamnya, dan keanekaragaman hayati yang menopang kehidupan, bukan hanya untuk kita tetapi untuk generasi mendatang.

A. Mempertahankan Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati

Ekosistem adalah jaringan kehidupan yang rumit, dan keanekaragaman hayati adalah fondasi stabilitasnya. Kehilangan satu spesies dapat memiliki efek domino yang merusak seluruh sistem.

Ini adalah janji untuk menghormati dan melindungi kehidupan di segala bentuknya, mengakui bahwa keberadaan kita sendiri terkait erat dengan kesehatan planet ini.

B. Mempertahankan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Sumber daya alam seperti air bersih, udara, tanah subur, dan energi adalah vital untuk kelangsungan hidup manusia. "Je Maintiendrai" dalam konteks ini berarti menggunakan sumber daya ini secara bijaksana dan berkelanjutan.

Mempertahankan sumber daya alam adalah tentang memastikan bahwa ada cukup untuk semua, sekarang dan di masa depan, tanpa mengorbankan kapasitas alam untuk meregenerasi dirinya sendiri.

C. Melawan Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah ancaman eksistensial terbesar bagi planet kita. "Je Maintiendrai" adalah seruan untuk komitmen global dalam melawan krisis ini.

Ini adalah komitmen untuk mempertahankan kondisi layak huni di bumi, sebuah tugas kolosal yang menuntut kerja sama dan keteguhan dari setiap negara dan individu.

VI. Perspektif Personal: Komitmen Diri

Di luar ranah sejarah, nasional, dan lingkungan, "Je Maintiendrai" juga memiliki relevansi yang mendalam dalam kehidupan individu. Ini adalah janji yang kita buat untuk diri sendiri, komitmen untuk mempertahankan integritas, tujuan, dan kesejahteraan pribadi di tengah berbagai tantangan hidup.

A. Mempertahankan Integritas Diri dan Nilai Pribadi

Dalam kehidupan pribadi, "Je Maintiendrai" adalah tentang konsistensi antara keyakinan dan tindakan. Ini berarti hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita anggap penting.

Integritas diri adalah fondasi dari harga diri dan rasa hormat dari orang lain. Mempertahankannya membutuhkan refleksi diri yang konstan dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan hati nurani.

B. Mempertahankan Kesehatan dan Kesejahteraan

Kesehatan adalah kekayaan, dan "Je Maintiendrai" adalah pengingat untuk merawat tubuh dan pikiran kita sebagai aset paling berharga.

Mempertahankan kesehatan bukan hanya tentang menghindari penyakit, tetapi tentang hidup dengan vitalitas dan kualitas hidup yang tinggi. Ini adalah komitmen jangka panjang terhadap diri kita sendiri.

C. Mempertahankan Hubungan dan Komitmen

Manusia adalah makhluk sosial, dan hubungan yang bermakna adalah kunci kebahagiaan. "Je Maintiendrai" juga berlaku untuk komitmen kita terhadap orang-orang di sekitar kita.

Mempertahankan hubungan membutuhkan empati, komunikasi, pengorbanan, dan kemauan untuk memaafkan. Ini adalah janji untuk tetap bersama, melalui suka maupun duka.

VII. Tantangan di Era Modern: Ujian bagi Keteguhan

Semangat "Je Maintiendrai" dihadapkan pada ujian berat di era modern, yang ditandai dengan perubahan yang cepat, kompleksitas, dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mempertahankan nilai, identitas, dan kesejahteraan di dunia yang bergerak cepat ini membutuhkan lebih dari sekadar tekad; ia membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang kekuatan-kekuatan yang bekerja melawan keteguhan.

A. Arus Perubahan yang Cepat dan Globalisasi

Dunia saat ini ditandai oleh globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, yang membawa serta tantangan dan peluang.

Bagaimana kita bisa mempertahankan apa yang berharga tanpa menjadi stagnan? Bagaimana kita bisa beradaptasi tanpa kehilangan diri kita sendiri? Ini adalah pertanyaan inti di era globalisasi.

B. Disinformasi dan Polarisasi

Era digital, meskipun menghubungkan kita, juga telah melahirkan tantangan serius terhadap kebenaran dan kohesi sosial.

Mempertahankan kebenaran, akal sehat, dan demokrasi di tengah badai informasi yang bias membutuhkan kewaspadaan kritis dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai fundamental.

C. Krisis Lingkungan Global

Tantangan lingkungan yang telah disebutkan sebelumnya kini mencapai tingkat krisis, menguji kapasitas kita untuk mempertahankan planet ini.

Mempertahankan planet ini memerlukan perubahan paradigma besar-besaran, dari model konsumsi yang tidak berkelanjutan menuju gaya hidup yang lebih harmonis dengan alam. Ini adalah tantangan yang menuntut komitmen "Je Maintiendrai" pada skala terbesar.

VIII. Adaptasi dan Inovasi dalam Pemeliharaan: Jalan ke Depan

Menghadapi tantangan-tantangan modern, "Je Maintiendrai" tidak bisa diartikan sebagai kemandekan atau penolakan terhadap perubahan. Sebaliknya, ia harus dipahami sebagai komitmen untuk memelihara inti esensi sambil terus berinovasi dan beradaptasi. Mempertahankan bukanlah tentang menjaga segala sesuatu persis sama, melainkan tentang memastikan bahwa nilai-nilai, tujuan, dan fondasi yang paling penting tetap kokoh dan relevan di dunia yang terus berevolusi.

A. Mempertahankan melalui Inovasi

Paradoksnya, untuk mempertahankan dalam jangka panjang, kita seringkali perlu berinovasi. Inovasi adalah cara untuk memperkuat, memperbarui, dan menjaga relevansi apa yang ingin kita pertahankan.

"Je Maintiendrai" menjadi dorongan untuk mencari cara-cara baru dan lebih baik dalam mencapai tujuan yang sama, yaitu menjaga kelangsungan dan vitalitas hal-hal yang berharga.

B. Mempertahankan melalui Adaptasi Strategis

Adaptasi bukanlah kompromi nilai, melainkan penyesuaian strategi untuk menghadapi realitas baru. Ini adalah seni untuk tetap berpegang pada prinsip sambil fleksibel dalam penerapannya.

Sejarah Willem van Oranye sendiri menunjukkan adaptasi. Ia tidak kaku pada satu taktik, melainkan terus menyesuaikan pendekatannya untuk mencapai tujuan besarnya: kebebasan bagi rakyatnya. Adaptasi adalah manifestasi kecerdasan dan ketahanan.

C. Membangun Ketahanan Kolektif

Dalam dunia yang saling terhubung, mempertahankan sesuatu secara efektif seringkali membutuhkan upaya kolektif. "Je Maintiendrai" menjadi komitmen bersama.

Ketika individu dan kelompok bersatu dengan tujuan yang sama untuk mempertahankan apa yang berharga, kekuatan mereka berlipat ganda. Ini adalah realisasi bahwa kita tidak bisa mempertahankan apa pun sendirian dalam skala besar.

IX. Sebuah Komitmen Global: Inspirasi Universal

Meskipun "Je Maintiendrai" berakar kuat dalam sejarah Belanda, resonansinya melampaui batas-batas nasional, menawarkan pelajaran universal bagi seluruh umat manusia. Di era di mana kita menghadapi tantangan global yang memerlukan respons global, semangat untuk mempertahankan memiliki relevansi yang tak terbantahkan.

A. Mempertahankan Kedamaian dan Stabilitas

Dalam dunia yang sering dilanda konflik dan ketidakpastian, komitmen untuk mempertahankan kedamaian dan stabilitas adalah tujuan yang mulia.

"Je Maintiendrai" adalah pengingat bahwa kedamaian bukanlah kondisi alami, melainkan konstruksi yang rapuh yang harus terus-menerus dipertahankan dengan upaya dan komitmen.

B. Mempertahankan Harapan dan Optimisme

Di tengah berita buruk dan tantangan yang menggunung, seringkali sulit untuk mempertahankan harapan dan optimisme. Namun, ini adalah vital untuk motivasi dan tindakan.

Tanpa harapan, kita akan menyerah. "Je Maintiendrai" adalah bisikan yang kuat di telinga kita, mendorong kita untuk tidak pernah berhenti percaya pada potensi kemanusiaan untuk mengatasi kesulitan.

C. Mempertahankan Kemanusiaan Bersama

Pada akhirnya, "Je Maintiendrai" adalah tentang mempertahankan esensi kemanusiaan kita – kemampuan kita untuk berempati, berkolaborasi, dan peduli satu sama lain.

Ini adalah komitmen untuk mempertahankan jaringan kehidupan, untuk melindungi yang rentan, dan untuk memastikan bahwa warisan kemanusiaan – kemampuan kita untuk mencintai, menciptakan, dan tumbuh – terus berkembang. Ini adalah janji bahwa kita akan mempertahankan tidak hanya apa yang kita miliki, tetapi juga siapa kita sebagai manusia.

Kesimpulan: Sebuah Panggilan untuk Bertindak

Frasa "Je Maintiendrai" – "Saya akan mempertahankan" – adalah lebih dari sekadar moto; ia adalah filosofi hidup yang telah menggetarkan zaman, dari medan perang abad ke-16 hingga kompleksitas tantangan global masa kini. Ia adalah pengingat abadi akan kekuatan keteguhan, pentingnya integritas, dan nilai tak ternilai dari kesinambungan. Dari perjuangan pribadi seorang pahlawan, ia berkembang menjadi komitmen nasional, dan kini, ia menawarkan cetak biru universal untuk menghadapi masa depan.

Di setiap tingkatan, baik personal, komunal, nasional, maupun global, semangat 'mempertahankan' mendorong kita untuk menjadi penjaga. Penjaga nilai-nilai luhur seperti keadilan, kebenaran, dan kebebasan. Penjaga warisan budaya dan sejarah yang membentuk identitas kita. Penjaga lingkungan alam yang menjadi rumah kita. Penjaga kesehatan dan kesejahteraan pribadi yang memungkinkan kita untuk berfungsi. Dan, yang terpenting, penjaga harapan dan optimisme yang memicu kemajuan.

Namun, mempertahankan bukanlah tindakan pasif. Ia menuntut kewaspadaan, keberanian untuk melawan arus, kebijaksanaan untuk beradaptasi, dan kemauan untuk berinovasi. Ia adalah janji yang harus diperbarui setiap hari, dalam setiap keputusan, dan dalam setiap tindakan. Di tengah perubahan yang konstan, tekanan yang tak henti, dan tantangan yang menguji batas-batas kita, "Je Maintiendrai" berfungsi sebagai jangkar, sebuah pengingat bahwa ada hal-hal yang begitu berharga sehingga mereka harus dilindungi, dijaga, dan diteruskan, tidak peduli apa pun yang terjadi.

Marilah kita meresapi semangat ini, menjadikannya bagian dari komitmen pribadi dan kolektif kita. Marilah kita berdiri teguh, tidak hanya untuk apa yang telah kita warisi, tetapi juga untuk apa yang ingin kita wariskan kepada generasi mendatang. Karena dalam keteguhan dan komitmen untuk mempertahankan, terletak kekuatan sejati untuk membentuk masa depan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih berkelanjutan. "Je Maintiendrai" adalah panggilan untuk bertindak, sebuah seruan untuk menjadi pengurus setia dari segala sesuatu yang berharga.