Jagawana: Pilar Penjaga Kelestarian Alam Indonesia

Siluet Jagawana di Hutan Gambar siluet seorang jagawana dengan topi rimba, memegang teropong, berdiri di antara pepohonan rimbun dan pegunungan di kejauhan, dengan matahari terbit atau terbenam. Simbol penjaga alam.
Seorang jagawana berdedikasi menjaga hutan, simbol komitmen tak tergoyahkan terhadap alam dan keanekaragaman hayati.

Pendahuluan: Detak Jantung Konservasi Hutan

Di tengah pesona dan kerentanan alam Indonesia yang membentang luas, terdapat sekelompok pahlawan tanpa tanda jasa yang berdiri teguh di garis depan: para jagawana. Mereka adalah Penjaga Hutan, sebuah sebutan yang sarat makna dan tanggung jawab, melampaui sekadar pekerjaan, namun menjelma menjadi sebuah panggilan jiwa. Dalam lanskap megabiodiversitas yang dimiliki nusantara, dari hutan hujan tropis Sumatera hingga sabana Nusa Tenggara, dari pegunungan yang menjulang tinggi hingga pesisir pantai yang rapuh, keberadaan jagawana adalah esensial. Mereka bukan hanya saksi bisu atas keindahan alam, melainkan juga garda terdepan yang berjuang mati-matian untuk melindunginya dari berbagai ancaman.

Peran jagawana, atau ranger dalam konteks global, telah lama diakui sebagai fondasi utama dalam upaya konservasi. Mereka adalah mata dan telinga di lapangan, orang-orang yang paling dekat dengan ekosistem yang mereka jaga, memahami dinamika alam, dan menghadapi tantangan secara langsung. Tanpa dedikasi mereka, upaya pelestarian hutan, satwa liar, dan sumber daya alam lainnya akan jauh lebih sulit, bahkan mustahil untuk dicapai. Artikel ini akan menyelami lebih dalam tentang siapa sebenarnya jagawana, bagaimana sejarah dan evolusi peran mereka di Indonesia, tugas-tugas kompleks yang mereka emban, tantangan berat yang dihadapi, serta dampak luar biasa dari kontribusi mereka bagi keberlanjutan bumi dan warisan alam kita.

Membicarakan jagawana berarti berbicara tentang komitmen tak terbatas, keberanian, dan pengorbanan. Mereka seringkali bekerja di lokasi terpencil, jauh dari hingar-bingar peradaban, dengan fasilitas terbatas, dan dihadapkan pada risiko yang tak kecil. Dari patroli rutin di hutan belantara yang lebat, menghadapi pemburu liar yang bersenjata, memadamkan api yang melalap lahan, hingga membimbing masyarakat lokal menuju praktik hidup yang lebih harmonis dengan alam, setiap hari adalah perjuangan. Melalui tulisan ini, kita akan mencoba menangkap esensi dari profesi mulia ini, menyoroti betapa krusialnya peran mereka, dan bagaimana kita sebagai masyarakat dapat turut serta mendukung perjuangan mereka demi masa depan lingkungan hidup yang lebih baik.

Sejarah Jagawana di Indonesia: Dari Penjaga Hutan hingga Pelindung Ekosistem

Perjalanan sejarah peran jagawana di Indonesia tak lepas dari sejarah pengelolaan hutan itu sendiri. Sejak era kolonial Belanda, kebutuhan akan penjaga hutan telah dirasakan untuk mengelola dan mengeksploitasi sumber daya kayu. Pada masa itu, tugas utama lebih berfokus pada pengawasan penebangan dan pengaturan hasil hutan untuk kepentingan kolonial. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kesadaran akan nilai ekologis hutan, peran ini pun mengalami transformasi signifikan.

Evolusi Peran dan Landasan Hukum

Pasca-kemerdekaan, pengelolaan hutan di Indonesia terus berkembang. Berbagai lembaga dan regulasi dibentuk untuk mengatur sektor kehutanan. Profesi jagawana mulai dilembagakan secara lebih formal di bawah Kementerian Kehutanan (kini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan - KLHK). Landasan hukum yang kuat, seperti Undang-Undang Kehutanan, menjadi payung bagi kewenangan dan tanggung jawab mereka.

Pada awalnya, fokus utama mungkin masih seputar pengamanan kayu dan hasil hutan non-kayu. Namun, perubahan paradigma global tentang konservasi, ditambah dengan tantangan lingkungan seperti deforestasi, perburuan liar, dan kebakaran hutan, mendorong perluasan tugas jagawana. Mereka tidak lagi hanya penjaga kayu, melainkan penjaga ekosistem secara menyeluruh, yang melibatkan perlindungan flora dan fauna, pengelolaan habitat, hingga edukasi masyarakat.

Pembentukan unit-unit konservasi seperti Taman Nasional, Suaka Margasatwa, dan Cagar Alam semakin memperkuat keberadaan jagawana. Di area-area konservasi inilah, peran mereka menjadi sangat vital, berjuang untuk melindungi keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya dari ancaman perusakan dan kepunahan. Pelatihan dan kapasitas jagawana juga terus ditingkatkan, mencakup aspek-aspek seperti patroli anti-perburuan, mitigasi konflik manusia-satwa, hingga penggunaan teknologi modern.

Transformasi ini mencerminkan pengakuan bahwa hutan bukan hanya sekumpulan pohon, melainkan sebuah sistem kehidupan kompleks yang memberikan berbagai jasa ekosistem esensial bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya. Oleh karena itu, penjaganya—para jagawana—memegang kunci dalam memastikan keberlanjutan warisan alam ini untuk generasi mendatang.

"Sejarah jagawana adalah cerminan dari evolusi kesadaran manusia akan pentingnya hutan. Dari sekadar sumber daya, hutan kini dipandang sebagai pilar kehidupan, dan jagawana adalah pahlawan yang menjaganya."

Tugas dan Tanggung Jawab yang Multifaset

Peran seorang jagawana jauh melampaui apa yang mungkin dibayangkan banyak orang. Ini bukan sekadar pekerjaan di alam terbuka, melainkan profesi yang menuntut beragam keterampilan, keberanian, dan pemahaman mendalam tentang lingkungan. Tugas dan tanggung jawab mereka sangat kompleks, melibatkan aspek pengamanan, konservasi, sosial, dan bahkan penegakan hukum. Berikut adalah uraian detail mengenai tugas-tugas utama yang diemban oleh para jagawana:

1. Patroli dan Pengawasan Rutin

Ini adalah inti dari pekerjaan seorang jagawana. Patroli dilakukan secara rutin, baik berjalan kaki, menggunakan kendaraan roda dua atau empat, maupun perahu di wilayah perairan. Tujuannya adalah untuk memantau kondisi hutan, mendeteksi aktivitas ilegal sedini mungkin, dan mengumpulkan data. Patroli mencakup:

2. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem Indonesia, terutama di musim kemarau. Jagawana memainkan peran krusial dalam dua fase:

Jagawana Memadamkan Api Hutan Ilustrasi seorang jagawana dengan alat pemadam sederhana, menghadapi api hutan yang berkobar, simbol perjuangan melawan bencana.
Jagawana, pahlawan di garis depan, tak gentar menghadapi kobaran api hutan yang mengancam kelestarian alam.

3. Perlindungan Satwa Liar dan Penanggulangan Perburuan Liar

Indonesia adalah rumah bagi ribuan spesies endemik yang terancam punah. Jagawana adalah pelindung utama mereka. Tugas ini meliputi:

4. Pengawasan Penebangan Liar dan Perambahan Hutan

Ini adalah ancaman serius yang mengancam luasnya hutan Indonesia. Jagawana bertanggung jawab untuk:

5. Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Pendekatan konservasi modern menyadari bahwa tanpa partisipasi masyarakat, upaya pelestarian akan sia-sia. Jagawana berperan sebagai jembatan antara alam dan komunitas:

6. Inventarisasi dan Monitoring Sumber Daya Hutan

Untuk mengelola hutan secara efektif, data adalah kunci. Jagawana turut serta dalam:

7. Penanganan Konflik Manusia-Satwa

Seiring menyempitnya habitat satwa liar dan semakin dekatnya pemukiman manusia dengan kawasan hutan, konflik seringkali tak terhindarkan. Jagawana terlibat dalam:

8. SAR (Search and Rescue) di Hutan

Kawasan hutan seringkali menjadi tempat bagi pendaki yang tersesat, korban kecelakaan pesawat, atau bahkan warga lokal yang mencari hasil hutan dan kehilangan arah. Jagawana, dengan pengalaman dan pengetahuannya tentang medan, seringkali menjadi tim pencarian dan penyelamatan (SAR) yang pertama atau pendukung utama dalam operasi tersebut.

9. Penegakan Hukum Kehutanan

Sebagai aparat penegak hukum di bidang kehutanan, jagawana memiliki kewenangan terbatas untuk melakukan tindakan hukum:

Dapat dilihat bahwa pekerjaan jagawana bukan hanya satu dimensi, melainkan mosaik dari berbagai keahlian dan tanggung jawab. Mereka adalah kombinasi dari seorang polisi, ilmuwan, pendidik, dan diplomat, semuanya demi satu tujuan mulia: menjaga kelestarian alam Indonesia.

Kualifikasi dan Kompetensi Seorang Jagawana

Untuk dapat mengemban tugas dan tanggung jawab yang begitu berat dan beragam, seorang jagawana harus memiliki serangkaian kualifikasi dan kompetensi yang unik. Ini bukan profesi biasa; ia menuntut kombinasi kekuatan fisik, ketahanan mental, pengetahuan akademis, dan keterampilan praktis yang diasah di lapangan. Berikut adalah beberapa aspek kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang jagawana yang efektif dan berdedikasi:

1. Kekuatan Fisik dan Ketahanan Mental yang Prima

Hutan adalah medan kerja yang menantang. Seorang jagawana harus memiliki:

2. Pengetahuan Ekologi dan Konservasi yang Mendalam

Jagawana adalah penjaga ekosistem, sehingga pemahaman ilmiah adalah fondasi penting:

3. Keterampilan Teknis dan Operasional

Pekerjaan di lapangan menuntut berbagai keterampilan teknis:

4. Keterampilan Komunikasi dan Sosial

Jagawana tidak bekerja sendiri; mereka berinteraksi dengan berbagai pihak:

5. Dedikasi, Integritas, dan Semangat Konservasi

Di atas semua keterampilan teknis dan fisik, ada aspek non-teknis yang sangat penting:

Dengan kombinasi kualifikasi dan kompetensi ini, seorang jagawana dapat menjadi pelindung yang tangguh dan efektif bagi hutan dan satwa liar Indonesia, memastikan kelangsungan hidup ekosistem yang vital bagi seluruh kehidupan.

Tantangan di Garis Depan Konservasi

Menjadi jagawana bukanlah profesi yang glamor atau mudah. Sebaliknya, ia adalah medan perang senyap di mana para penjaga hutan ini menghadapi berbagai tantangan berat yang menguji batas fisik, mental, dan emosional mereka setiap hari. Tantangan-tantangan ini bukan hanya berasal dari alam itu sendiri, tetapi juga dari ulah manusia dan keterbatasan sistem yang ada. Memahami tantangan ini adalah kunci untuk mengapresiasi pengorbanan dan dedikasi mereka.

1. Ancaman Fisik dan Keamanan

Ini mungkin adalah tantangan paling nyata dan seringkali mengancam jiwa:

2. Keterbatasan Sumber Daya

Meskipun peran mereka sangat vital, jagawana seringkali beroperasi dengan sumber daya yang minim:

3. Isolasi dan Jarak

Pekerjaan jagawana seringkali menempatkan mereka jauh dari keluarga dan fasilitas umum:

4. Tekanan Sosial dan Ekonomi

Akar masalah perusakan hutan seringkali terkait dengan faktor sosial ekonomi masyarakat:

5. Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Perubahan iklim memperburuk tantangan yang ada:

6. Aspek Hukum dan Birokrasi

Sistem hukum dan birokrasi juga bisa menjadi tantangan:

Melihat daftar tantangan ini, menjadi jelas bahwa jagawana adalah garda terdepan yang benar-benar mempertaruhkan banyak hal demi kelestarian alam. Pengakuan dan dukungan yang lebih besar dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu mereka menghadapi berbagai kesulitan ini.

Peralatan dan Teknologi Penunjang

Dalam menjalankan tugasnya yang penuh tantangan, jagawana tidak hanya mengandalkan keberanian dan pengetahuan lapangan, tetapi juga didukung oleh berbagai peralatan dan teknologi. Dari alat-alat dasar yang telah digunakan secara turun-temurun hingga inovasi teknologi modern, semua ini berperan penting dalam meningkatkan efektivitas dan keamanan operasi mereka. Perkembangan teknologi terus memberikan harapan baru bagi upaya konservasi, memungkinkan jagawana untuk bekerja lebih cerdas dan efisien.

1. Peralatan Dasar

Peralatan ini adalah ‘senjata’ utama yang selalu dibawa oleh seorang jagawana dalam setiap patroli:

2. Teknologi Modern dan Inovasi

Perkembangan teknologi telah membuka peluang baru dalam konservasi dan pengawasan hutan:

Peralatan Modern Jagawana Gambar drone terbang di atas hutan dengan ikon-ikon yang mewakili GPS, kamera jebak, dan alat komunikasi, menunjukkan penggunaan teknologi dalam konservasi.
Teknologi modern seperti drone, GPS, dan kamera jebak menjadi mata dan telinga jagawana dalam menjaga hutan.

Integrasi peralatan dasar dengan teknologi modern ini memungkinkan jagawana untuk bekerja dengan lebih efektif dalam menghadapi kompleksitas tantangan konservasi di Indonesia. Pelatihan yang berkelanjutan dalam penggunaan teknologi ini menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi yang ditawarkan.

Dampak dan Kontribusi Jagawana: Penjaga Kehidupan dan Masa Depan

Dampak dari keberadaan dan kerja keras para jagawana adalah monumental, jauh melampaui sekadar mengawasi sepetak hutan. Mereka adalah arsitek tak terlihat di balik kelangsungan ekosistem, penjamin keberadaan spesies yang terancam punah, dan pelindung warisan alam yang tak ternilai harganya. Kontribusi mereka terasa dalam berbagai lapisan, mulai dari skala lokal hingga global, mempengaruhi kesehatan bumi dan kesejahteraan manusia.

1. Terhadap Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati

2. Terhadap Masyarakat Lokal dan Global

Hutan Lestari dan Satwa Liar Gambar hutan hijau yang rimbun dengan siluet gajah dan harimau di latar depan, melambangkan keberhasilan konservasi dan dampak positif jagawana.
Berkat jagawana, hutan lestari menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati, termasuk satwa ikonik Indonesia.

3. Penegakan Hukum dan Keadilan Lingkungan

Singkatnya, jagawana adalah investasi jangka panjang untuk masa depan. Setiap langkah kaki mereka di hutan, setiap risiko yang mereka ambil, dan setiap interaksi yang mereka lakukan, semuanya berkontribusi pada penciptaan dunia yang lebih hijau, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan bagi semua makhluk hidup. Mereka adalah penjaga harapan untuk planet ini.

Kisah-Kisah Inspiratif dari Lapangan: Semangat Jagawana yang Tak Padam

Di balik angka statistik dan laporan resmi, ada kisah-kisah nyata yang menggambarkan dedikasi luar biasa para jagawana. Kisah-kisah ini, yang sebagian besar tidak pernah sampai ke telinga publik, adalah bukti hidup dari semangat, keberanian, dan pengorbanan yang tak tergoyahkan. Meskipun saya tidak dapat menarasikan kisah nyata spesifik karena keterbatasan model ini, saya akan menggambarkan beberapa skenario inspiratif yang merefleksikan pengalaman umum para jagawana di Indonesia.

1. Patroli Tanpa Henti di Tengah Badai

Suatu ketika, di wilayah pegunungan yang terjal di Sumatra, Tim Jagawana Rimba Lestari harus melakukan patroli rutin. Cuaca tiba-tiba memburuk, badai hujan tropis yang lebat mengguyur tanpa henti, mengubah jalur setapak menjadi sungai kecil yang licin dan berlumpur. Visibilitas sangat rendah, dan suara gemuruh petir menyambar di antara pepohonan raksasa. Anggota tim merasa lelah, basah kuyup, dan mulai kedinginan. Namun, mereka tahu bahwa ada laporan pergerakan mencurigakan di batas zona inti konservasi. Menghentikan patroli berarti memberikan celah bagi para pelaku. Dengan saling menyemangati dan berpegangan erat, mereka terus maju. Setelah berjam-jam menyusuri hutan dalam kondisi ekstrem, mereka berhasil menemukan sebuah gubuk persembunyian yang ditinggalkan, lengkap dengan bekas jebakan satwa. Meskipun pelaku telah kabur, penemuan ini mencegah potensi perburuan dan menegaskan kehadiran mereka, sebuah pesan kuat bagi para perusak. Keberanian mereka di tengah badai adalah bukti bahwa dedikasi tak mengenal lelah.

2. Penyelamatan Dramatis Anak Orangutan

Di Kalimantan, sebuah tim jagawana menerima informasi adanya anak orangutan yang ditemukan sendirian di tepi perkebunan sawit, kemungkinan besar induknya telah diburu atau diusir. Sesampainya di lokasi, mereka mendapati anak orangutan itu dalam kondisi lemah dan stres. Proses penyelamatan tidak mudah, karena anak orangutan itu takut dan berusaha menjauh. Dengan kesabaran dan kelembutan, tim berhasil mendekati dan mengamankan anak orangutan tersebut. Setelah memberikan pertolongan pertama dan memastikan kondisinya stabil, mereka membawanya ke pusat rehabilitasi terdekat. Perjalanan ke pusat rehabilitasi memakan waktu berjam-jam melalui jalur yang sulit. Namun, melihat tatapan polos anak orangutan yang selamat, semua kelelahan terasa sirna. Kisah ini adalah salah satu dari banyak upaya penyelamatan satwa yang dilakukan jagawana, menegaskan peran mereka sebagai pelindung kehidupan yang rentan.

"Setiap jejak langkah di hutan adalah sebuah kisah. Setiap embusan napas adalah perjuangan. Jagawana adalah penjaga cerita alam, yang memastikan kisah-kisah kehidupan terus berlanjut."

3. Mediasi Konflik dan Pembangunan Kesadaran

Di sebuah desa yang berbatasan langsung dengan taman nasional, sering terjadi konflik antara warga dengan kawanan gajah yang keluar dari hutan dan merusak kebun warga. Ketegangan meningkat, dan ada ancaman bahwa warga akan bertindak ekstrem. Jagawana yang bertugas di sana, Bapak Hadi, tidak langsung mengedepankan penegakan hukum. Sebaliknya, ia secara rutin mengunjungi desa, mendengarkan keluhan warga, dan menjelaskan perilaku gajah serta pentingnya melestarikan mereka. Ia membawa tim ahli dari dinas terkait untuk mencari solusi jangka panjang, seperti membangun parit gajah dan melatih warga untuk mengusir gajah secara non-invasif. Butuh waktu lama, kesabaran, dan pendekatan personal. Perlahan, warga mulai memahami dan bekerja sama. Konflik mereda, dan beberapa warga bahkan menjadi mitra jagawana dalam menjaga batas hutan. Ini menunjukkan bahwa jagawana juga adalah diplomat dan pendidik, yang mampu menjembatani perbedaan demi harmoni manusia dan alam.

4. Memadamkan Api di Tengah Keputusasaan

Musim kemarau panjang, titik-titik panas bermunculan di banyak tempat. Salah satu tim jagawana dikerahkan ke lokasi kebakaran hutan gambut yang sulit dijangkau. Api telah berkobar berhari-hari, asap tebal menyesakkan napas, dan bara api merayap di bawah tanah, siap menyala lagi kapan saja. Air sangat sulit didapat, dan peralatan yang mereka miliki terbatas. Rasa putus asa sempat menghinggapi, namun semangat pantang menyerah membakar kembali. Mereka bekerja siang malam, bergantian memadamkan titik api dengan alat seadanya, mengatur strategi bersama warga sekitar yang ikut membantu. Tubuh mereka lelah, wajah menghitam oleh asap, namun tekad mereka kuat. Setelah berhari-hari berjuang, api berhasil dilokalisir dan padam. Meskipun dampaknya besar, tindakan cepat mereka mencegah api meluas ke area yang lebih luas dan merusak permukiman terdekat. Kisah ini adalah gambaran heroik bagaimana jagawana, dengan segala keterbatasan, berjuang melawan bencana demi menjaga kelangsungan hidup bumi.

5. Menghadapi Ancaman demi Keadilan Lingkungan

Dalam sebuah operasi penangkapan pembalak ilegal skala besar, seorang jagawana muda bernama Ibu Sari, bersama timnya, berhasil menyita puluhan kubik kayu hasil curian dan menangkap beberapa pelaku. Operasi ini tidak mudah, mereka menghadapi perlawanan dari para pelaku yang bersenjata tajam dan mengancam. Beberapa hari kemudian, Ibu Sari menerima ancaman teror, baik melalui pesan singkat maupun intimidasi fisik di dekat rumahnya. Rasa takut tentu ada, namun ia tidak menyerah. Dengan dukungan rekan-rekan dan atasannya, ia tetap teguh melanjutkan proses hukum. Keberaniannya dalam menghadapi ancaman demi penegakan hukum lingkungan adalah cerminan dari integritas dan dedikasi yang tinggi, menunjukkan bahwa perjuangan jagawana bukan hanya di hutan, tetapi juga di meja hukum dan di tengah masyarakat.

Kisah-kisah ini, meskipun hipotetis, merangkum inti dari perjuangan nyata para jagawana di seluruh Indonesia. Mereka adalah pahlawan yang memilih jalan sunyi, bekerja di balik layar, namun dengan dampak yang sangat terasa bagi kita semua. Setiap tetes keringat, setiap langkah kaki, dan setiap risiko yang mereka hadapi adalah bukti nyata komitmen mereka terhadap pelestarian alam.

Masa Depan Jagawana: Adaptasi dan Inovasi dalam Konservasi

Dunia terus berubah, dan tantangan konservasi semakin kompleks. Oleh karena itu, masa depan peran jagawana juga harus berevolusi, beradaptasi dengan teknologi baru, perubahan iklim, dinamika sosial-ekonomi, dan pendekatan manajemen yang inovatif. Jagawana masa depan akan tetap menjadi inti dari upaya konservasi, namun dengan dukungan dan kapasitas yang jauh lebih canggih.

1. Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme

2. Adopsi Teknologi Terdepan

Teknologi akan menjadi tulang punggung operasi jagawana di masa depan:

3. Pendekatan Konservasi Berbasis Komunitas

Masa depan konservasi sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat:

4. Kolaborasi Lintas Sektor

Permasalahan lingkungan tidak dapat diselesaikan secara parsial:

5. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Jagawana akan berada di garis depan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim:

Masa depan jagawana adalah masa depan yang penuh harapan dan tantangan. Dengan dukungan yang tepat, investasi pada teknologi, dan penguatan kolaborasi, para penjaga hutan ini akan terus menjadi pilar utama dalam menjaga kelestarian alam Indonesia di tengah berbagai perubahan global.

Bagaimana Kita Bisa Mendukung Jagawana?

Jagawana adalah pahlawan yang seringkali bekerja dalam kesunyian, jauh dari sorotan publik. Namun, perjuangan mereka adalah perjuangan kita semua. Keberhasilan mereka dalam menjaga hutan dan satwa liar akan menentukan kualitas lingkungan hidup kita di masa depan. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak sangat penting untuk memperkuat peran mereka. Berikut adalah beberapa cara bagaimana kita bisa mendukung para jagawana:

1. Meningkatkan Kesadaran dan Apresiasi Publik

2. Mendukung Organisasi Konservasi

3. Partisipasi Aktif dalam Konservasi

4. Advokasi Kebijakan yang Mendukung

5. Membangun Kemitraan dengan Masyarakat Lokal

Setiap tindakan kecil dari kita, ketika digabungkan, dapat menjadi kekuatan besar yang mendukung perjuangan para jagawana. Mari kita bersama-sama menjadi bagian dari solusi untuk melestarikan alam Indonesia, karena masa depan bumi ada di tangan kita semua.