Ibidem: Menggali Kedalaman Seni Sitasi Akademik dan Etika Referensi

Visualisasi Sitasi dan Dokumentasi

I. Pengantar: Memahami Konsep Ibidem dalam Ekosistem Keilmuan

Dalam dunia penulisan akademik, ketepatan dan efisiensi sitasi adalah pilar utama yang menentukan kredibilitas sebuah karya. Setiap klaim, data, atau interpretasi yang dipinjam dari sumber eksternal harus ditandai dengan jelas, memberikan penghargaan yang pantas kepada pencipta aslinya. Di antara berbagai istilah Latin yang bertahan dalam kaidah sitasi, ibidem, yang sering disingkat menjadi ibid., adalah salah satu yang paling kuno dan, ironisnya, paling sering disalahpahami dalam praktik kontemporer.

Kata ibidem berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti ‘di tempat yang sama’ atau ‘sama seperti di atas’. Fungsinya sangat spesifik: ia bertindak sebagai penanda pintas yang memberitahu pembaca bahwa sumber yang disitasi dalam catatan kaki atau catatan akhir (footnote/endnote) segera setelahnya adalah persis sama dengan sumber yang disitasi pada catatan kaki sebelumnya. Dalam konteks sistem sitasi berbasis catatan kaki yang panjang, penggunaan ibidem menjadi instrumen esensial untuk menghindari pengulangan yang monoton dan membebani naskah dengan informasi bibliografi yang berlebihan.

Namun, signifikansi ibidem melampaui sekadar masalah estetika atau efisiensi tata letak. Keberadaannya menuntut pemahaman mendalam tentang kesinambungan referensial, etika pelacakan sumber, dan perbedaan struktural antara berbagai gaya sitasi di seluruh disiplin ilmu. Artikel ini akan membongkar seluruh lapisan konseptual, historis, dan praktis dari ibidem, menjelaskan peranannya yang menurun namun tetap relevan dalam lanskap keilmuan modern, terutama dalam tradisi humaniora dan hukum.

1.1. Kontras dengan Istilah Referensial Lain

Untuk memahami ibidem secara utuh, kita perlu membedakannya dari istilah-istilah Latin lain yang sering muncul dalam sitasi, seperti op. cit. dan loc. cit.. Walaupun ketiganya bertujuan untuk mempersingkat, konteks penggunaannya sangat berbeda:

Fokus utama kita adalah ibidem, yang merupakan bentuk penyederhanaan paling langsung dan hanya valid jika kesinambungan referensial terjaga sempurna. Kejelasan ini krusial, sebab kegagalan membedakan istilah-istilah ini dapat mengakibatkan kekeliruan yang serius dalam pelacakan sumber oleh pembaca yang kritis.

II. Akar Historis dan Evolusi Penggunaan Ibidem

Praktik sitasi formal adalah penemuan yang relatif modern, meskipun kebutuhan untuk mengakui sumber sudah ada sejak zaman kuno. Penggunaan istilah Latin dalam sitasi, termasuk ibidem, berakar kuat dalam tradisi Eropa abad pertengahan dan Renaisans, ketika bahasa Latin masih menjadi bahasa universal keilmuan dan teologi.

2.1. Dominasi Latin dalam Keilmuan

Sebelum standarisasi gaya sitasi modern pada abad ke-20, naskah akademik sering kali mengandalkan sistem catatan kaki yang rumit. Dalam sistem ini, pengulangan nama penulis, judul panjang, dan detail penerbit di setiap catatan kaki akan menjadi beban visual yang berat. Ketika seorang sarjana merujuk kembali ke sumber yang sama berulang kali dalam satu paragraf atau halaman, kebutuhan akan penyederhanaan yang elegan menjadi mendesak. Di sinilah ibidem muncul sebagai solusi cerdas. Dengan menggunakan bahasa yang dipahami secara universal oleh para sarjana—Latin—penulis dapat mengomunikasikan pengulangan sitasi tanpa harus mencantumkan kembali semua detail.

2.2. Ibidem dan Munculnya Sistem Sitasi Modern

Puncak penggunaan ibidem terjadi sebelum adopsi massal sistem Penulis-Tanggal (seperti APA atau Harvard) dan sistem numerik kurung siku (seperti Vancouver). Sistem lama, yang didominasi oleh Chicago Manual of Style (sebelum reformasi gaya) dan gaya hukum, sangat mengandalkan catatan kaki bibliografi penuh. Dalam konteks ini, rantai sitasi yang menggunakan ibid. dapat terlihat seperti ini:

1. Smith, John. The History of Citations. University Press, 1950, hlm. 45.
2. Ibid., hlm. 52.
3. Ibid. (Sitasi ini merujuk Smith, hlm. 52)

Dalam contoh di atas, ibid. dalam catatan kaki 2 memberitahu pembaca bahwa sumbernya sama dengan catatan kaki 1 (Smith), tetapi halamannya berbeda (52). Catatan kaki 3, tanpa nomor halaman, merujuk persis pada sumber dan halaman yang sama dengan catatan kaki 2. Kejelasan mutlak mengenai urutan adalah nyawa dari ibidem.

2.3. Pergeseran Paradigma Sitasi

Seiring waktu, banyak disiplin ilmu, khususnya ilmu sosial dan sains, beralih ke sistem sitasi Penulis-Tanggal. Dalam sistem ini, sitasi muncul secara singkat dalam teks (misalnya, Smith, 1950, hlm. 45). Karena sitasi Penulis-Tanggal sudah ringkas dan tidak menggunakan catatan kaki berurutan sebagai alat utamanya, kebutuhan akan ibidem hampir hilang sepenuhnya. Jika penulis perlu merujuk sumber yang sama berulang kali dalam satu paragraf, gaya Penulis-Tanggal hanya perlu mencantumkan sumber dan halaman (jika ada) saat pertama kali muncul, dan mengandalkan konteks untuk referensi selanjutnya.

III. Ibidem dalam Gaya Sitasi Kontemporer: Studi Komparatif

Meskipun popularitasnya menurun secara drastis dalam beberapa dekade terakhir, ibidem masih menjadi fitur kunci dalam beberapa gaya sitasi utama. Pemahaman di mana ia diizinkan (atau diwajibkan) dan di mana ia dilarang adalah penting bagi akademisi yang bekerja lintas disiplin.

3.1. Chicago Manual of Style (CMOS) – Sitasi Catatan Kaki

Gaya Chicago menawarkan dua sistem: Penulis-Tanggal (untuk sains sosial) dan Catatan Kaki/Bibliografi (untuk humaniora). Dalam sistem Catatan Kaki, ibidem tetap menjadi alat yang sah dan dianjurkan untuk efisiensi.

3.1.1. Prinsip Dasar Penggunaan ibid. dalam Chicago

Menurut Chicago, ibid. digunakan dalam catatan kaki ketika sumber yang disitasi dalam catatan kaki tersebut persis sama dengan yang disitasi dalam catatan kaki sebelumnya yang langsung mendahuluinya. Penggunaan ini wajib mencerminkan kehati-hatian:

  1. Jika sumbernya sama, tetapi nomor halamannya berbeda, gunakan: Ibid., hlm. [nomor halaman baru].
  2. Jika sumber dan nomor halamannya persis sama, cukup gunakan: Ibid.
Catatan Kaki ke-5: Jatmika, Rina. Filsafat Sintaksis Modern. Jakarta: Gramedia, 2020, hlm. 112.
Catatan Kaki ke-6: Ibid., hlm. 115.
Catatan Kaki ke-7: Ibid.

Dalam contoh di atas, Catatan Kaki ke-7 merujuk kembali ke Jatmika, hlm. 115. Ini menunjukkan bagaimana penggunaan ibid. menciptakan rantai referensi yang berkesinambungan dan terpadu. Namun, CMOS memperingatkan bahwa jika ada sitasi teks utama (bukan catatan kaki) di antara dua catatan kaki, rantai tersebut tidak terputus. Rantai hanya terputus jika ada catatan kaki dari sumber lain di antaranya.

3.1.2. Situasi Kompleks Ibidem Chicago

Penggunaan ibidem menjadi rumit ketika melibatkan sumber sekunder atau ketika suatu catatan kaki merujuk pada beberapa sumber. Chicago menyarankan penggunaan ibidem untuk seluruh catatan kaki, bukan hanya satu bagiannya. Selain itu, seiring dengan makin populernya sitasi singkat dalam catatan kaki (setelah sitasi penuh pertama), banyak akademisi mulai meninggalkan ibidem sama sekali, memilih untuk selalu menggunakan format sitasi singkat penulis/judul/halaman (contoh: Jatmika, Filsafat, 112), meskipun ibidem secara teknis lebih efisien jika digunakan secara berurutan.

3.2. Bluebook dan Sitasi Hukum

Salah satu arena di mana ibidem tetap dominan dan esensial adalah dalam sitasi hukum, diatur oleh gaya seperti Bluebook. Dalam sitasi hukum, ketepatan referensi ke kasus, undang-undang, atau jurnal hukum sangat penting, dan sitasi sering kali panjang. Oleh karena itu, efisiensi yang ditawarkan oleh ibid. sangat dihargai.

Dalam Bluebook, ibid. digunakan dalam catatan kaki atau catatan teks ketika sitasi yang mendahului secara langsung adalah satu-satunya sumber yang disitasi. Jika sumber sebelumnya mencakup beberapa kasus atau undang-undang, ibid. dapat digunakan, tetapi harus jelas merujuk pada sitasi pertama atau sitasi tertentu dalam kelompok tersebut, meskipun praktik yang lebih aman adalah mengulang sitasi singkat.

Dalam tradisi hukum, ibid. bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga sebuah konvensi yang sangat mapan. Pengacara dan sarjana hukum harus menguasai penggunaan ibid., supra, dan infra untuk menavigasi dokumen hukum yang padat dan kompleks.

3.3. APA, MLA, dan Gaya Penulis-Tanggal Lainnya

Gaya sitasi yang didominasi oleh sitasi dalam teks (seperti APA, MLA, Harvard, dan Vancouver) secara kategoris **melarang** penggunaan ibidem.

Alasan utama larangan ini adalah filosofi sitasi yang berbeda. Sitasi dalam teks dirancang untuk mengarahkan pembaca ke daftar referensi di akhir, di mana semua detail bibliografi berada. Sementara itu, ibidem beroperasi dalam sistem referensi yang mengutamakan kelengkapan detail bibliografi di tempat munculnya sitasi (catatan kaki).

IV. Kelebihan, Keterbatasan, dan Ambiguasi Ibidem

Meskipun ibidem adalah alat yang kuat untuk keringkasan, penggunaannya datang dengan serangkaian tantangan, yang menjadi alasan utama mengapa banyak gaya modern memilih untuk menghilangkannya.

4.1. Kelebihan Utama: Efisiensi dan Keterbacaan

Keuntungan terbesar dari ibidem terletak pada kemampuannya untuk membersihkan ruang sitasi. Dalam naskah dengan ratusan catatan kaki, pengulangan berulang dari nama, judul, dan detail penerbit dapat mengganggu alur dan mengurangi efisiensi tata letak. Dengan ibidem, halaman catatan kaki tetap bersih dan mudah dibaca. Ini juga memfasilitasi penulis dalam proses penulisan awal, karena ia hanya perlu mengingat bahwa sumber yang digunakan sama persis dengan yang terakhir.

4.2. Keterbatasan dan Risiko Kesalahan

Keterbatasan ibidem terkait erat dengan sifatnya yang terikat pada urutan yang ketat. Jika sitasi sebelumnya diubah, dihapus, atau disisipkan sitasi baru di antaranya, semua ibid. setelahnya harus diperiksa ulang secara manual. Dalam naskah panjang dengan revisi ekstensif, risiko kesalahan sitasi menjadi sangat tinggi. Kesalahan urutan dapat berarti bahwa referensi 'di tempat yang sama' malah merujuk pada sumber yang sama sekali berbeda.

Ambiguitas sering muncul ketika sitasi yang berurutan dipisahkan oleh jarak yang jauh, misalnya di halaman yang berbeda, dan pembaca harus membalik halaman untuk memastikan sumber asli yang dimaksud oleh ibid. Hal ini mengurangi pengalaman membaca dan meningkatkan beban kognitif pada pembaca. Ketika sitasi yang disisipkan atau dihapus tidak ditangani dengan hati-hati, penulis berisiko melakukan plagiarisme yang tidak disengaja karena referensi yang salah.

4.2.1. Situasi Penggunaan Ganda

Penggunaan ibidem menjadi sangat rumit ketika catatan kaki sebelumnya merujuk pada dua sumber berbeda. Misalnya:

Catatan Kaki ke-10: Lihat Sutrisno, Teori Kebudayaan, hlm. 89; bandingkan juga dengan Hadi, Analisis Sosial, hlm. 120.
Catatan Kaki ke-11: Ibid., hlm. 95.

Catatan Kaki ke-11 secara default merujuk pada seluruh catatan kaki ke-10, tetapi secara praktis sering ditafsirkan merujuk pada sumber utama (Sutrisno). Untuk menghindari ambiguitas ini, banyak panduan menyarankan untuk selalu merujuk sitasi singkat (Sutrisno, 95) daripada ibid. ketika catatan kaki sebelumnya berisi lebih dari satu sumber.

V. Ibidem dan Integritas Akademik: Menghindari Kekeliruan Referensial

Tujuan utama dari sitasi, termasuk penggunaan ibidem, adalah untuk menjunjung tinggi integritas akademik. Sitasi yang benar menunjukkan bahwa penulis telah melakukan penelitian yang teliti dan menghargai kontribusi intelektual orang lain. Kekeliruan dalam penggunaan ibidem, meskipun tampak sepele, dapat merusak kejelasan dan kepercayaan terhadap keseluruhan karya.

5.1. Konsistensi sebagai Kunci Etika

Etika penggunaan ibidem menuntut konsistensi mutlak. Jika sebuah manuskrip memilih untuk menggunakan ibid., ia harus menggunakannya setiap kali situasinya muncul. Inkonsistensi—terkadang menggunakan ibid. dan di lain waktu mengulang sitasi penuh yang panjang—dapat membingungkan pembaca dan mencerminkan kurangnya keahlian editorial. Konsistensi dalam sitasi bukan hanya masalah format, melainkan refleksi dari ketelitian penulis dalam setiap detail penelitian.

5.2. Pelatihan dan Pedagogi Ibidem

Di banyak program pascasarjana di bidang humaniora dan hukum, pelatihan sitasi sering menekankan perlunya pemahaman yang mendalam tentang ibid. Para mahasiswa diajarkan bahwa ibidem adalah penanda kesinambungan, bukan sekadar singkatan yang bisa dimasukkan di mana saja. Kegagalan untuk memahami batasan urutan ibidem sering kali menjadi sumber kesalahan sitasi pada pekerjaan awal mahasiswa.

Dalam pedagogi modern, seringkali ada perdebatan apakah ibidem masih harus diajarkan secara intensif, mengingat tren umum menuju sitasi singkat. Namun, bagi disiplin ilmu yang tetap menggunakan catatan kaki (sejarah, teologi, seni rupa), ibidem tetap menjadi kompetensi dasar yang harus dikuasai.

Simbolisasi Keterhubungan Sitasi

VI. Studi Kasus Lanjutan: Ibidem dalam Konteks Sitasi yang Rumit

Untuk benar-benar mengapresiasi efektivitas dan kerentanan ibidem, kita harus menganalisis skenario sitasi yang melibatkan lapisan-lapisan kompleks, seperti sitasi multi-sumber, sumber non-teks, dan teks yang dipisahkan oleh sitasi sumber primer.

6.1. Penggunaan Ibidem dalam Sumber Sekunder

Ketika penulis mengutip sumber sekunder (mengutip seseorang yang mengutip orang lain), sitasinya menjadi dua lapis. Misalnya, kita membaca Smith (2000) yang mengutip Jones (1950). Sitasi yang benar harus mencantumkan keduanya. Jika catatan kaki berikutnya merujuk pada Jones, kita harus berhati-hati.

20. Jones, Peter. The Inner Life of Stars. Dikutip dalam Smith, Alan. Cosmic Philosophy, hlm. 201.
21. Ibid., hlm. 205.

Dalam kasus di atas, Catatan Kaki 21 merujuk pada Smith, Cosmic Philosophy, hlm. 205. Jika penulis ingin merujuk langsung ke sumber primer Jones, mereka harus mengulang sitasi penuh atau menggunakan sitasi singkat Smith, untuk menghindari kerancuan yang mungkin timbul jika hanya menggunakan ibid., yang secara default mengacu pada referensi yang paling mudah diakses pembaca (Smith).

6.2. Ibidem dan Sitasi Referensi Silang

Sitasi referensi silang terjadi ketika kita merujuk kembali ke sumber yang sudah disitasi, tetapi bukan sumber yang paling terakhir. Dalam kasus ini, ibidem tidak dapat digunakan. Penulis harus menggunakan sitasi singkat atau salah satu istilah Latin kuno lainnya, seperti supra (di atas) dan infra (di bawah), meskipun banyak gaya modern sekarang merekomendasikan penggunaan sitasi singkat yang jelas untuk meningkatkan keterbacaan global.

Penting untuk dicatat: Ibidem hanya berlaku untuk sitasi yang berada pada urutan langsung sebelumnya. Jika sitasi 10 merujuk A, dan sitasi 11 merujuk B, dan sitasi 12 ingin merujuk A lagi, penggunaan ibid. pada sitasi 12 adalah kesalahan fatal; ia akan merujuk B.

6.3. Peran Software Manajemen Referensi

Munculnya perangkat lunak manajemen referensi seperti Zotero, Mendeley, dan EndNote telah memengaruhi penggunaan ibidem. Sebagian besar perangkat lunak ini dirancang untuk menghasilkan sitasi dalam teks (Penulis-Tanggal) dan secara otomatis mengelola bibliografi. Meskipun beberapa perangkat lunak dapat menghasilkan catatan kaki Chicago yang menggunakan ibid., banyak penulis yang menggunakan perangkat lunak cenderung beralih ke sitasi singkat standar (Penulis, Judul Pendek, Halaman) karena lebih mudah diotomatisasi dan kurang rentan terhadap kesalahan urutan ketika bab atau paragraf diatur ulang.

Otomatisasi ini menjadi pedang bermata dua: ia menjamin konsistensi format, tetapi juga mendorong standarisasi gaya yang mengesampingkan nuansa yang ditawarkan oleh ibidem. Dalam beberapa kasus, fitur sitasi otomatis mungkin tidak mendeteksi dengan benar apakah suatu sitasi harus berupa ibid., memaksa penulis untuk mengeditnya secara manual—sebuah pengingat bahwa bahkan di era digital, pemahaman dasar mengenai aturan ibidem tetap penting.

6.4. Aplikasi Ibidem dalam Naskah Teks Panjang (Monograf dan Disertasi)

Dalam karya-karya yang sangat panjang seperti monograf atau disertasi (yang sering menggunakan gaya catatan kaki Chicago atau gaya Hukum), potensi efisiensi ibidem menjadi maksimal. Bayangkan sebuah bab yang membahas secara intensif karya tunggal seorang filsuf. Tanpa ibidem, setiap kutipan harus diikuti dengan sitasi yang sama berulang kali. Dengan ibidem, penulis dapat menciptakan alur yang cepat, mengarahkan perhatian pembaca pada isi, bukan pada detail bibliografi yang berulang. Keindahan ibidem di sini adalah ia berfungsi sebagai penanda yang tidak terlihat, memungkinkan teks mengalir dengan asumsi bahwa pembaca memahami kontinuitas referensi.

Namun, di sinilah kelemahan struktural ibidem juga terlihat jelas: keterikatannya yang kaku pada urutan kronologis sitasi. Jika penulis memutuskan untuk membagi bab itu menjadi dua, atau menyisipkan sebuah bagian baru di tengah yang memerlukan referensi kepada sumber yang sama sekali berbeda, seluruh rangkaian ibid. di bagian selanjutnya akan menjadi tidak valid dan memerlukan peninjauan menyeluruh. Inilah sebabnya mengapa dalam proses penyuntingan, banyak editor profesional menyukai sitasi singkat yang lebih stabil, karena sitasi singkat tetap valid terlepas dari posisinya dalam rangkaian catatan kaki.

VII. Ibidem: Sebuah Refleksi Filosofis tentang Ketergantungan dan Referensi

Lebih dari sekadar alat editorial, ibidem mewakili sebuah konsep filosofis tentang bagaimana teks akademis berhubungan dengan sejarah referensi. Ia adalah penanda ketergantungan teks saat ini pada teks yang mendahuluinya.

7.1. Kesinambungan Intelektual

Dalam tradisi penulisan yang kaya akan referensi, penggunaan ibidem adalah pengakuan atas kesinambungan intelektual yang erat. Ketika seorang penulis menggunakan sumber yang sama secara intensif, ia menunjukkan bahwa ide-ide yang disajikan dalam urutan berdekatan adalah produk langsung dari pemikiran yang sama. Ibidem secara implisit menyatakan: “Kami masih berada di dalam orbit ide yang sama.” Ini berbeda dengan sitasi singkat yang, meskipun merujuk sumber yang sama, memerlukan penulisan ulang nama penulis, yang sedikit melepaskan keterikatan langsung dari sitasi sebelumnya.

Para kritikus ibidem berpendapat bahwa ketergantungan ini terlalu kaku, sementara para pendukung melihatnya sebagai bentuk penghargaan tertinggi terhadap koherensi sumber tunggal. Sitasi yang berantai menggunakan ibid. menyiratkan dialog yang berkelanjutan dan mendalam dengan satu teks tertentu, membedakannya dari bagian lain dalam karya yang mungkin melibatkan analisis multi-sumber yang luas.

7.2. Ibidem sebagai Artefak Linguistik

Status ibidem sebagai istilah Latin yang dipertahankan dalam teks modern menjadikannya artefak linguistik. Bahasa Latin, yang secara historis merupakan bahasa keilmuan, memberikan sitasi sebuah nuansa otoritas dan tradisi. Meskipun bahasa sitasi modern telah banyak disederhanakan untuk inklusivitas dan kemudahan pemahaman, istilah-istilah seperti ibid. dan et al. (dan lain-lain) tetap bertahan, mengingatkan kita pada fondasi skolastik penulisan akademis.

Bagi sebagian orang, penggunaan istilah Latin ini dipandang sebagai bentuk elitisme yang tidak perlu dalam era globalisasi, di mana kejelasan lintas budaya harus diutamakan. Namun, di sisi lain, istilah ini dihargai karena singkatnya yang tak tertandingi; hanya empat huruf yang dapat menggantikan seluruh entri bibliografi—sebuah efisiensi yang sulit ditandingi oleh bahasa lain.

7.3. Perdebatan Sitasi Singkat vs. Ibidem

Perdebatan antara mempertahankan ibidem atau menggantinya sepenuhnya dengan sitasi singkat berpusat pada dua nilai yang berlawanan:

Tren umum dalam penerbitan akademik adalah mengutamakan stabilitas di atas efisiensi spasial, itulah sebabnya banyak gaya sitasi kini cenderung menganjurkan penggunaan sitasi singkat yang stabil dan mudah dilacak, daripada mengandalkan ibidem yang rentan terhadap perubahan tata letak atau revisi struktural.

Meskipun demikian, dalam bidang-bidang yang sangat terstruktur dan lambat berubah, seperti penerbitan buku teks klasik atau jurnal hukum, di mana stabilitas format dipertahankan secara ketat, ibidem masih unggul dalam menyajikan informasi dengan kepadatan maksimal.

VIII. Masa Depan Ibidem di Era Digital dan Sitasi Hiperteks

Lanskap penerbitan akademik terus berubah. Ketika semakin banyak penelitian diakses secara online, sitasi juga mengalami evolusi dari sekadar penunjuk halaman statis menjadi tautan dinamis yang mengarahkan pembaca langsung ke sumbernya (hiperteks).

8.1. Tantangan Digital

Dalam lingkungan digital, peran ibidem menjadi dipertanyakan. Jika setiap catatan kaki adalah tautan yang dapat diklik, apakah ada gunanya menyingkat referensi sebelumnya? Sebagian besar pembaca digital mengharapkan detail sumber muncul saat kursor diarahkan (hover), atau tersedia di bilah samping. Dalam konteks ini, keringkasan ibidem kurang penting dibandingkan kejelasan langsung yang ditawarkan oleh sitasi singkat penuh atau hiperteks.

Selain itu, sistem sitasi berbasis Penulis-Tanggal (seperti yang digunakan sebagian besar jurnal ilmiah online) mendominasi, karena mereka memprioritaskan kemudahan penemuan melalui basis data. Dalam basis data, nama penulis dan tahun publikasi adalah kunci pencarian yang jauh lebih efektif daripada urutan kemunculan sitasi yang diwakili oleh ibidem.

8.2. Ibidem dan Sitasi Teks Terapan

Meskipun tren umum menjauhi ibidem, ia mempertahankan relevansinya yang kuat dalam teks-teks yang sangat spesifik dan terapan, khususnya di mana urutan dan presisi sangat ditekankan. Misalnya, dalam dokumen kebijakan, laporan investigasi, atau standar teknis yang harus mematuhi format catatan kaki yang ketat, ibidem berfungsi sebagai penanda legalitas dan kontinuitas dokumentasi. Dalam lingkungan ini, efisiensi spasial masih berharga, dan dokumen sering melalui proses proofreading manual yang cermat, mengurangi risiko kesalahan urutan.

8.3. Pelestarian dan Niche Ibidem

Sebagaimana bahasa Latin bertahan dalam jargon kedokteran dan hukum, ibidem kemungkinan besar akan terus bertahan dalam ceruk-ceruk tertentu dalam humaniora, terutama bagi mereka yang menentang standarisasi total dan menghargai tradisi editorial yang rumit dan elegan. Keberadaan ibidem menjadi penanda bahwa sebuah karya mengikuti tradisi sitasi berbasis catatan kaki yang mendalam, yang seringkali diasosiasikan dengan kajian sejarah kritis dan filologi.

Bagi penulis dan editor yang bekerja dalam konteks ini, menguasai ibidem adalah pengakuan terhadap warisan intelektual dan sebuah keterampilan yang memungkinkan komunikasi yang ringkas dan padat. Ini adalah singkatan yang menuntut kewaspadaan konstan, karena kesalahannya membawa implikasi yang lebih besar daripada sekadar kesalahan ketik; itu adalah pelanggaran terhadap rantai referensi yang telah ditetapkan.

Teks akademik adalah jaringan ide yang saling terkait, dan ibidem adalah salah satu simpul tertua dalam jaringan itu. Meskipun sistem manajemen referensi otomatis semakin canggih, mereka belum sepenuhnya menggantikan kebutuhan akan penilaian manusia, terutama dalam sistem catatan kaki yang berorientasi pada kesinambungan. Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan ibidem dengan benar adalah indikator kedewasaan akademik, bahkan ketika alat tersebut semakin jarang digunakan dalam publikasi arus utama.

IX. Kesimpulan: Ibidem sebagai Jembatan Tradisi

Ibidem adalah kata sederhana dengan tanggung jawab yang kompleks. Sebagai peninggalan dari masa ketika sitasi didominasi oleh bahasa Latin dan catatan kaki bibliografi yang panjang, ibid. menawarkan solusi elegan untuk pengulangan referensi yang berurutan. Ia adalah lambang efisiensi dan kejelasan visual, terutama dalam sistem Catatan Kaki/Bibliografi seperti yang digunakan oleh Chicago dan Bluebook.

Namun, dalam menghadapi evolusi pesat gaya sitasi menuju sistem Penulis-Tanggal yang stabil dan mudah diotomatisasi (APA, MLA), utilitas ibidem telah berkurang secara signifikan. Kerentanannya terhadap kesalahan urutan dan ambiguitas ketika naskah direvisi menjadikannya pilihan yang berisiko bagi penerbitan yang mengutamakan kecepatan dan keamanan data. Hampir semua gaya yang dominan dalam sains dan ilmu sosial telah meninggalkan ibidem demi sitasi singkat yang lebih eksplisit.

Meskipun demikian, ibidem bukanlah artefak yang sepenuhnya usang. Ia tetap menjadi bagian integral dari literatur hukum dan banyak disiplin ilmu humaniora yang bersandar pada format catatan kaki tradisional. Menguasai ibidem berarti menghormati tradisi akademik dan memahami secara mendalam struktur logis dari urutan referensial. Ia menuntut penulis untuk selalu waspada terhadap posisi sitasi mereka, mengingat bahwa 'di tempat yang sama' bukan sekadar kemiripan, melainkan kesinambungan absolut yang tidak boleh terputus.

Pada akhirnya, apakah ibidem digunakan atau tidak, diskusi seputar istilah ini menegaskan bahwa sitasi bukanlah sekadar daftar nama dan tanggal; itu adalah seni pengakuan yang menuntut perhatian cermat terhadap detail. Pemahaman yang mendalam tentang ibidem—bahkan jika kita memilih untuk tidak menggunakannya—memberi kita apresiasi yang lebih kaya tentang kompleksitas dan sejarah komunikasi keilmuan.

Tambahan 1: Analisis Detail Struktur Sitasi Ibidem dalam Konteks Filologi

Dalam bidang filologi dan kritik teks, di mana analisis sumber primer dan varian manuskrip sangat intensif, penggunaan ibidem sering kali dikombinasikan dengan simbol-simbol khusus untuk menunjukkan perubahan halus pada edisi atau terjemahan yang dirujuk. Misalnya, ketika seorang filolog mengutip terjemahan dari sebuah karya kuno, dan kemudian merujuk ke paragraf berikutnya dalam terjemahan yang sama, ibid. digunakan untuk menjaga alur yang cepat. Namun, jika filolog tersebut ingin membandingkan terjemahan itu dengan teks aslinya (yang juga telah disitasi sebelumnya), mereka harus menggunakan sitasi singkat yang jelas untuk menghindari kesalahan. Dalam konteks ini, ibidem membantu memisahkan lapisan referensi—sumber utama, sumber sekunder (interpretasi), dan sumber sekunder (terjemahan)—dengan syarat penulis memastikan bahwa tidak ada sitasi di antara referensi filologis tersebut.

Peran ibidem dalam filologi juga menunjukkan pentingnya presisi halaman atau baris. Ketika bekerja dengan teks-teks klasik yang memiliki skema penomoran baris standar, ibidem harus diikuti oleh penunjukan baris baru (misalnya, Ibid., baris 15-20), mempertegas bahwa meskipun sumbernya sama, lokasi teks yang dibahas telah bergeser sedikit. Kontrasnya dengan sitasi singkat di sini sangat menarik: sitasi singkat (Misalnya, Vergilius, Aeneis 4.15) sudah sangat spesifik, tetapi ibidem masih menawarkan keunggulan visual dalam urutan berulang, terutama ketika penulis ingin memusatkan perhatian pembaca pada perkembangan argumen mereka di sekitar teks tunggal tersebut.

Tambahan 2: Implikasi Penerjemahan dan Lintas Bahasa

Karena ibidem adalah istilah Latin, ia dipahami secara luas di seluruh bahasa akademik. Ini adalah salah satu keunggulan utamanya dalam literatur internasional. Meskipun sitasi Penulis-Tanggal cenderung universal, ibidem tetap berfungsi sebagai bahasa sitasi universal yang langka dalam sistem catatan kaki. Tidak seperti beberapa singkatan sitasi lain yang mungkin memiliki padanan lokal (misalnya, ‘hlm.’ menjadi ‘p.’ atau ‘page’), ibidem hampir selalu dipertahankan sebagai ibid. di sebagian besar bahasa, termasuk Indonesia, Jerman, Prancis, dan Spanyol.

Konsistensi lintas bahasa ini memberikan stabilitas dalam penerjemahan karya-karya yang padat dengan catatan kaki. Seorang penerjemah tidak perlu khawatir tentang bagaimana menerjemahkan singkatan referensi berurutan, karena ibid. adalah standar. Ini adalah contoh bagaimana tradisi linguistik Latin terus memfasilitasi komunikasi keilmuan global, meskipun dalam bentuk yang sangat spesifik dan terbatas.

Namun, dalam beberapa bahasa, terdapat perdebatan mengenai kapitalisasi ibidem. Dalam bahasa Inggris dan banyak gaya sitasi, Ibid. (dengan huruf kapital) digunakan jika itu adalah kata pertama dalam catatan kaki. Jika diikuti sitasi lain dalam catatan kaki yang sama, ia mungkin tidak dikapitalisasi. Aturan kapitalisasi dan titik (apakah menggunakan ibid. atau ibid tanpa titik) adalah detail editorial minor yang harus dikonsultasikan dengan panduan gaya spesifik, namun hal ini menunjukkan betapa rinci dan terstandardisasi praktik penggunaan ibidem itu sendiri, yang menuntut perhatian yang sangat tinggi.

Tambahan 3: Ibidem dan Sitasi Elektronik Bertumpuk

Di era sitasi elektronik, masalah urutan sitasi menjadi lebih rumit. Bayangkan sebuah catatan kaki yang merujuk pada lima artikel online. Sitasi ini mungkin sangat panjang, mencakup nama penulis, judul artikel, nama jurnal, tanggal akses, dan URL/DOI. Jika catatan kaki berikutnya ingin merujuk ke sumber yang persis sama, penggunaan Ibid. (jika diizinkan oleh gaya penerbitan yang digunakan) menjadi sangat berharga, karena ia menggantikan blok teks yang sangat besar hanya dengan empat huruf.

Namun, tantangan terbesar adalah jika catatan kaki elektronik tersebut memiliki penomoran paragraf, bukan penomoran halaman. Situsasi seperti itu mungkin terlihat seperti ini:

35. Wibowo, Budi. “Digitalisasi Arsip Nasional.” Jurnal Ilmu Pustaka 15 (2022). Diakses 1 Jan. 2023, paragraf 12.
36. Ibid., paragraf 15.

Dalam skenario ini, ibidem masih berfungsi dengan baik, merujuk pada sumber Wibowo yang sama dengan perpindahan lokasi yang jelas. Efisiensi ibidem, yang mampu menyingkat referensi panjang URL dan detail publikasi elektronik, menegaskan nilai strategisnya dalam konteks tertentu, terutama ketika penulis ingin menghindari pengulangan URL yang berlebihan.

Perluasan penggunaan ibidem ke ranah paragraf elektronik menunjukkan adaptasi istilah Latin kuno ini ke format publikasi modern, meskipun ia masih terikat pada prinsip dasarnya: kedekatan urutan dan kesamaan sumber secara mutlak. Meskipun ada tekanan besar untuk meninggalkan ibidem, kemampuannya untuk menghemat ruang dalam dokumen yang sangat detail (baik cetak maupun digital) memastikan bahwa ia akan tetap menjadi bagian dari perbendaharaan sitasi bagi para profesional yang menghargai presisi dan keringkasan editorial yang ekstrem.

Dengan demikian, ibidem berdiri sebagai pengingat abadi bahwa dalam penulisan akademik, setiap elemen, sekecil apa pun singkatan Latin tersebut, membawa beban sejarah, etika, dan tuntutan struktural yang signifikan. Kemampuannya untuk bertahan dalam menghadapi standarisasi global mencerminkan nilai abadi dari komunikasi yang ringkas dan efisien.