Eksistensi Absurd: Tertawa Sampai Lupa Password Wi-Fi
Sebuah Manual Hipotetikal untuk Menghadapi Kegalauan Modern, Disertai Humor yang Kadang Terlalu Kering Hingga Menimbulkan Kehausan.
Bab I: Krisis Eksistensial Gara-Gara Notifikasi Baru
Mari kita hadapi kenyataan pahit ini: Hidup adalah lelucon yang buruk, dan kita semua adalah punchline yang terus berputar di mesin cuci. Di era di mana kebahagiaan diukur dari seberapa estetis foto sarapan Anda, tekanan untuk menjadi ‘sempurna’ telah mencapai level yang tak masuk akal. Kita tidak lagi hanya berusaha bertahan hidup; kita berusaha untuk ‘mengoptimalkan’ keberadaan kita, seolah-olah kita adalah aplikasi beta yang menunggu pembaruan tak terhingga.
Humor, dalam konteks ini, bukan lagi sekadar bumbu. Ia adalah oksigen yang mencegah kita tercekik oleh keseriusan yang kelebihan dosis. Jika Anda tidak bisa menertawakan diri sendiri yang panik mencari kunci padahal kuncinya ada di tangan, maka Anda telah kehilangan hak prerogatif dasar manusia: kemampuan untuk menjadi bodoh dengan bangga.
1.1. Kehampaan Post-Kebahagiaan Instan
Pernahkah Anda merasa sudah melakukan semua yang ‘seharusnya’? Yoga pagi, jurnal syukur, minum air delapan gelas (ditambah elektrolit premium), namun tetap saja, di sudut hati Anda, ada kejanggalan aneh? Itulah suara realitas yang berbisik, “Ini semua omong kosong, ayo kita makan mi instan jam 3 pagi saja.” Kebahagiaan instan yang dijanjikan oleh guru-guru kehidupan di internet seringkali mirip seperti permen kapas: manis sebentar, tapi meninggalkan jejak lengket dan kebutuhan akan hal yang lebih substansial.
Tawa adalah substansi itu. Tawa yang tulus, yang membuat air mata keluar dan perut kram, adalah satu-satunya hal yang tidak bisa di-filter atau di-edit. Ini adalah versi kehidupan yang belum di-crop. Kita akan menjelajahi berbagai aspek kehidupan yang menyedihkan namun lucu, dari manajemen waktu yang gagal hingga politik kaus kaki yang hilang, dan mengupasnya hingga kita menemukan inti absurditasnya.
Bab II: Manajemen Waktu yang Ngawur: Seni Menunda Hingga Batas Waktu Kadaluarsa
Buku-buku panduan produktivitas telah berbohong kepada Anda. Mereka menjanjikan efisiensi, tetapi yang mereka berikan hanyalah rasa bersalah yang terorganisir. Manajemen waktu sejati bukanlah tentang membagi hari Anda menjadi blok 15 menit, melainkan tentang secara artistik menunda tugas sampai titik di mana panik menjadi motivasi utama Anda. Ini adalah ‘Metode Dinding Api Emosional’.
2.1. Memahami Siklus Prokrastinasi Kreatif (SPK)
SPK adalah siklus abadi yang dimulai dengan niat mulia dan berakhir dengan menonton dokumenter tentang penguin di Antartika. Ini bukan kegagalan moral; ini adalah mekanisme pertahanan diri yang cerdas. Otak Anda tahu bahwa tugas yang membosankan bisa menunggu. Bukankah lebih baik membersihkan seluruh rumah—termasuk membersihkan remah-remah di dalam keyboard yang sudah Anda abaikan sejak 2018—daripada menulis laporan yang mendesak?
- Fase Penolakan Awal (Durasi: 12-48 jam): Anda yakin memiliki waktu yang tak terbatas. Tugas itu hanyalah titik kecil di cakrawala. Anda menghabiskan waktu merencanakan jadwal produktivitas yang super rumit yang, ironisnya, memakan waktu lebih lama daripada tugas itu sendiri.
- Fase Penemuan Hobi Baru (Durasi: 3-5 hari): Tiba-tiba, Anda memutuskan untuk belajar bahasa Swahili atau mencoba teknik melipat handuk ala hotel bintang lima. Ini adalah pengalihan sempurna, karena ini adalah kegiatan ‘produktif’ yang sama sekali tidak relevan. Anda bahkan membeli perlengkapan baru.
- Fase Kepanikan Subliminal (Durasi: 6 jam): Anda mulai merasakan denyutan kecemasan, tetapi Anda menekannya dengan dosis media sosial yang berlebihan, meyakinkan diri bahwa ini adalah ‘riset pasar’ atau ‘berjejaring’.
- Fase Kepahlawanan Tengah Malam (Durasi: Sampai Subuh): Batas waktu tinggal beberapa jam. Otak Anda melepaskan ledakan adrenalin yang setara dengan lari dari harimau. Dalam kondisi terdesak ini, Anda menyelesaikan 80% tugas dalam 2 jam. Kualitasnya? Itu urusan masa depan, yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak melihat perjuangan Anda.
Kesimpulan humoris: Manajemen waktu adalah ilusi. Yang nyata adalah manajemen stres yang timbul akibat penundaan. Jika Anda tidak stres, apakah Anda benar-benar hidup di abad ke-21?
2.2. Teori Kopi Dingin Sebagai Pengukur Kehidupan
Bagaimana Anda tahu hari Anda kacau balau? Lihatlah kopi Anda. Jika kopi yang Anda buat panas-panas di pagi hari telah mencapai suhu ruangan yang dingin, bahkan hampir beku, pada jam 3 sore, berarti Anda telah berpartisipasi penuh dalam sirkus kekacauan. Kopi dingin adalah monumen kegagalan untuk duduk tenang selama lebih dari lima menit. Ia adalah relik sejarah dari niat baik yang dihancurkan oleh serangkaian interupsi yang tak terhindarkan: telepon berdering, email darurat, atau kebutuhan mendadak untuk mencari tahu siapa yang menyanyikan lagu tema kartun masa kecil Anda.
2.2.1. Kopi Dingin dan Filosofi Pengorbanan
Kopi dingin mengajarkan kita tentang pengorbanan. Anda mengorbankan kesenangan indrawi sesaat demi menyelamatkan peradaban (atau setidaknya, demi menghindari pemecatan). Saat Anda meminumnya, rasanya seperti sisa-sisa harapan yang telah lama mati. Namun, inilah kunci humornya: Anda tetap meminumnya! Mengapa? Karena Anda sudah terbiasa dengan kepahitan hidup yang ditawarkan oleh suhu yang tidak ideal. Anda telah mencapai Zen dari penerimaan terhadap mediokritas termal. Di titik ini, Anda tertawa, karena Anda tahu: Ini adalah tanda bahwa Anda adalah mesin produktivitas yang terlalu sibuk untuk menikmati kafein dengan benar.
Jangan pernah memanaskan kembali kopi dingin. Itu adalah pengkhianatan filosofis. Kopi dingin harus dinikmati sebagai pengingat pahit yang dingin bahwa waktu terus berjalan, dan Anda masih belum menulis bab terakhir dari proyek Anda.
Bab III: Politik Kaos Kaki Hilang: Misteri Terbesar Semesta Domestik
Lupakan Segitiga Bermuda. Misteri kosmologis yang paling mendesak di zaman kita adalah: Ke mana perginya kaus kaki tunggal? Setiap rumah adalah tempat kejadian perkara di mana setidaknya satu kaus kaki telah hilang tanpa jejak, meninggalkan pasangannya dalam kondisi trauma eksistensial. Ini bukan sekadar masalah pakaian; ini adalah pertanda bahwa alam semesta memiliki selera humor yang gelap dan sangat spesifik terhadap Anda.
3.1. Teori Konspirasi Kaos Kaki
Para ilmuwan (yang terlalu banyak waktu luang) telah mengajukan beberapa hipotesis, yang semuanya sama absurdnya:
- Lubang Hitam Pakaian Dalam (LHP): Dinding mesin cuci adalah portal dimensi. Kaus kaki tunggal, yang secara statistik paling tidak berharga, dipilih oleh entitas asing sebagai mata uang galaksi. Mereka memerlukan tekstil katun yang sudah lecek sebagai alat pembayaran untuk akses ke dimensi yang lebih tenang.
- Pemberontakan Kaus Kaki (PKK): Kaus kaki lelah dipasangkan secara diktator. Mereka melakukan eksodus massal untuk memulai peradaban baru di balik laci pakaian dalam. Kaus kaki yang tersisa adalah agen ganda yang ditugaskan untuk menjaga penampilan normal, sementara sisa rekan mereka sedang membangun infrastruktur utopis berbasis nilon.
- Kesalahan Perhitungan Alam Semesta (KPA): Setiap kali Anda membeli 10 pasang kaus kaki, alam semesta, yang benci angka genap, harus menghilangkan satu untuk menjaga keseimbangan entropi. Kaus kaki tunggal adalah pahlawan yang mengorbankan dirinya demi stabilitas ruang-waktu.
— Diagram Aliran Kaus Kaki Menuju Entropi Maksimal —
3.2. Strategi Koping untuk Kaus Kaki Jomblo
Begitu Anda menerima bahwa Anda tidak akan pernah melihat pasangan kaus kaki Anda lagi, Anda bisa mulai tertawa dan beralih ke fase penerimaan yang baru:
3.2.1. Pernikahan Silang Berbasis Keterdesakan
Mengapa harus repot mencari yang serasi? Pasangkan kaus kaki bergaris merah dengan kaus kaki hitam formal. Ini bukan kegagalan mode; ini adalah pernyataan filosofis tentang ketidaksempurnaan. Anda mengirimkan pesan kuat kepada dunia: "Saya sudah menyerah pada estetika, dan saya kini memeluk kekacauan. Apakah Anda punya masalah dengan itu?" Jika seseorang berkomentar, jawablah dengan nada akademik: "Ini adalah studi kontras tekstur dan warna. Anda mungkin tidak mengerti."
3.2.2. Museum Kaus Kaki Tunggal
Kumpulkan semua kaus kaki yang sendirian dalam sebuah wadah khusus. Ini bukan keranjang sampah; ini adalah arsip pahlawan yang hilang. Sesekali, buka dan renungkan takdir mereka. Mereka mewakili semua janji yang tidak terpenuhi dan email yang tidak terkirim. Dengan menertawakan koleksi kesepian ini, Anda mengambil kembali kekuatan Anda dari laci pakaian dalam yang kejam.
Pada akhirnya, kaus kaki hilang adalah metafora kehidupan. Anda memulai dengan harapan penuh dan pasangan yang sempurna, namun seringkali berakhir dengan satu sisi yang tidak sinkron, melangkah maju dengan gagah berani, meskipun sedikit konyol.
Bab IV: Panduan Nutrisi Anti-Diet: Mengapa Keripik Kentang adalah Makanan Jiwa
Kita hidup di zaman di mana makan seledri dianggap sebagai pencapaian moral, sementara mengunyah donat di tempat umum bisa dianggap sebagai dosa kardinal. Industri kesehatan telah membuat kita percaya bahwa kesenangan adalah racun. Humor kita di sini adalah menertawakan upaya kita yang sia-sia untuk mematuhi aturan yang dibuat oleh orang-orang yang tampaknya tidak pernah bertemu dengan pizza yang baru keluar dari oven.
4.1. Mitos Air Putih 8 Gelas dan Dampak Psikologisnya
Setiap panduan kesehatan mengatakan Anda harus minum 8 gelas air per hari. Mengapa 8? Mengapa tidak 7,5 atau 9? Angka 8 adalah tirani. Hasilnya, kita menghabiskan separuh hari kita dengan perasaan bersalah karena lupa minum atau berlarian ke kamar mandi. Ini bukan hidrasi; ini adalah manajemen logistik cairan yang melelahkan. Dan tawa muncul ketika kita menyadari bahwa tujuan utama dari obsesi air ini adalah memberikan kita sesuatu yang lain untuk dikhawatirkan selain masalah finansial kita.
Jika air adalah kunci kehidupan, lalu mengapa begitu banyak orang bijak, pada saat krisis, mencari sebotol soda dingin yang manis? Mungkin karena soda memiliki gelembung, dan gelembung melambangkan optimisme yang berlebihan.
4.2. Perjalanan Emosional Dalam Mencari 'Snack Sehat'
Mencari camilan sehat di supermarket adalah perjalanan yang penuh liku-liku emosional. Anda mendekati lorong camilan dengan niat baik: membeli almond panggang tanpa garam. Namun, di tikungan, Anda bertemu dengan keripik kentang rasa keju pedas. Otak Anda mulai bernegosiasi. Anda berargumen bahwa keju adalah sumber kalsium, dan kentang adalah sayuran. Ini adalah argumentasi yang lemah, tapi cukup meyakinkan bagi diri Anda yang lapar.
4.2.1. Estetika Keripik Kentang Rusak
Perhatikan detail kecil yang memicu tawa: keripik kentang yang pecah. Ada keripik yang sempurna: bundar, renyah, dan berlapis bumbu merata. Lalu ada 'pecahan'—potongan kecil, tajam, yang terperangkap di dasar bungkus. Secara logistik, pecahan ini sulit dimakan, tetapi secara emosional, mereka adalah yang paling memuaskan. Mengapa? Karena mereka adalah sisa-sisa pertempuran, bukti bahwa Anda telah memenangkan peperangan melawan kantong keripik tersebut. Makan pecahan keripik adalah pengakuan bahwa hidup ini berantakan, dan Anda menerimanya, sepotong demi sepotong.
Humor dalam diet terletak pada kontradiksi antara apa yang kita katakan akan kita lakukan (mulai diet besok) dan apa yang sebenarnya kita lakukan (memesan porsi ganda hari ini). Tertawakan kegagalan diet Anda. Itu berarti Anda adalah manusia yang berfungsi normal, bukan robot dengan kalori terkontrol.
Bab V: Seni Berinteraksi dengan Teknologi: Ketika AI Menertawakan Anda
Kita diyakinkan bahwa teknologi akan membuat hidup lebih mudah. Ini bohong besar. Teknologi hanyalah pelayan yang sangat cerdas tetapi sangat sinis yang terus-menerus menilai pilihan hidup kita. Kita sekarang menghabiskan waktu lebih banyak untuk memperbarui perangkat lunak, mencari kabel pengisi daya, dan mencoba mengingat kata sandi yang memenuhi kriteria absurd keamanan, daripada benar-benar memanfaatkan teknologi tersebut.
5.1. Kata Sandi: Dinding Penjara Digital
Kata sandi adalah benteng terakhir kewarasan. Standar baru menuntut 12 karakter, huruf besar dan kecil, angka, simbol, dan mungkin setetes darah murni. Setiap kali Anda mengganti kata sandi, Anda merasa seperti sedang menulis soneta rahasia yang hanya akan Anda lupakan dalam waktu 72 jam. Dan bagian yang paling lucu? Ketika Anda mencoba untuk masuk kembali, sistem akan mengirimkan kode verifikasi ke email yang Anda tidak bisa akses, karena Anda lupa kata sandi email itu! Ini adalah lingkaran setan nihilistik yang dirancang untuk memecah jiwa.
5.1.1. Humor Bantuan Pelanggan Otomatis
Berbicara dengan bot layanan pelanggan adalah pelatihan kesabaran yang paling ketat. Anda memiliki masalah kompleks, dan bot tersebut terus menjawab dengan, "Saya melihat Anda tertarik pada opsi pembayaran. Apakah ini benar?" Tidak! Anda ingin tahu mengapa tagihan Anda tiga kali lipat! Kesenjangan antara masalah manusia yang nyata dan solusi algoritma yang konyol adalah sumber tawa terbaik. Di akhir interaksi, Anda menyadari bahwa Anda telah menghabiskan 20 menit berdebat dengan barisan kode yang tidak peduli. Dan Anda akan melakukannya lagi besok.
5.2. Obsesi Mencari Barang yang Hilang di Tempat yang Sama
Ketika Anda kehilangan ponsel, kacamata, atau kunci, apa reaksi pertama Anda? Anda mencari di tempat yang sama persis sebanyak empat belas kali, berharap benda itu secara ajaib memutuskan untuk menampakkan diri di sana pada percobaan kelima belas. Ini adalah ritual ajaib modern. Anda tahu secara rasional bahwa benda itu tidak akan muncul, tetapi Anda tetap mencari di bawah bantal yang sama dengan intensitas yang lebih besar.
Inilah yang perlu Anda tertawakan: Kepercayaan buta kita pada keajaiban di tengah kemalasan. Mengapa kita tidak mencari di tempat lain? Karena kita sudah nyaman dengan tempat yang sama. Kenyamanan mental mengalahkan logika. Setelah Anda tertawa, biasanya barang yang hilang itu akan muncul. Seringkali, ia sudah ada di tangan Anda sejak awal, tetapi otak Anda sedang cuti.
Bab VI: Seni Menghindari Pertanyaan Kecil yang Besar
Interaksi sosial modern adalah medan ranjau yang dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang terlihat polos tetapi sebenarnya adalah bom waktu eksistensial. Bagaimana kabar Anda? Apa kesibukan Anda sekarang? Kapan menikah/punya anak/beli rumah? Ini semua adalah cara halus masyarakat untuk mengingatkan Anda bahwa Anda mungkin tertinggal dari jadwal hipotetikal yang tidak pernah Anda setujui.
6.1. Balasan Humoristis untuk Pertanyaan Klasik
Untuk bertahan hidup, kita harus mengembangkan tanggapan humoris yang mengganggu alur pertanyaan klise:
-
Pertanyaan: "Bagaimana kabarmu?"
Balasan A: "Secara fisik, saya baik-baik saja. Secara spiritual, saya berada di antara episode kedua dan ketiga dari krisis paruh baya. Tapi terima kasih sudah bertanya!" -
Pertanyaan: "Apa kesibukanmu sekarang?"
Balasan B: "Saat ini? Saya sedang berjuang melawan godaan untuk makan siang jam 10 pagi, sambil mencoba mengingat apa yang saya lakukan kemarin. Proyek profesional saya? Itu rahasia negara, tapi melibatkan banyak spreadsheet." -
Pertanyaan: "Kapan (Menikah/Punya Anak)?"
Balasan C: "Segera setelah saya berhasil melatih kucing saya untuk membayar tagihan. Kami sedang dalam negosiasi yang sulit mengenai hak pensiunnya." (Tawa mengalihkan perhatian dari fakta bahwa Anda tidak punya kucing.)
6.1.1. Seni Mengakhiri Percakapan Telepon
Mengakhiri percakapan telepon adalah salah satu aksi akrobatik sosial paling sulit. Tidak ada yang ingin terlihat tiba-tiba menutup telepon, tetapi Anda juga tidak ingin terjebak dalam monolog tanpa akhir. Tawa adalah jalan keluar Anda. Gunakan teknik 'Gangguan Mendadak yang Dramatis'.
"Ya, jadi, seperti yang saya katakan tentang akuntansi kuantum—OH TUNGGU! (berteriak kecil) Ya Tuhan, kucing saya baru saja mencoba memasak mi instan di microwave! Saya harus pergi! Ini darurat api domestik! Bicara lagi nanti, semoga Anda baik-baik saja!"
Tidak peduli apakah Anda memiliki kucing atau microwave, situasinya terdengar cukup mendesak untuk membenarkan pemutusan hubungan. Ini adalah komedi situasi yang Anda ciptakan di kehidupan nyata, dan Anda adalah penulis naskahnya.
Bab VII: Maximalisme Kekacauan: Merangkul Puing-Puing Kehidupan
Gerakan minimalis mengajarkan kita untuk membuang segala sesuatu yang tidak 'menghasilkan kegembiraan'. Ini adalah ide yang bagus, tetapi siapa yang memutuskan standar kegembiraan? Bagi sebagian orang, koleksi magnet kulkas yang konyol adalah sumber kegembiraan. Bagi yang lain, tumpukan buku yang belum dibaca adalah benteng pertahanan terakhir melawan kebodohan. Hidup humoristis menertawakan ide bahwa kita harus memiliki rumah yang terlihat seperti museum. Kita harus memiliki rumah yang terlihat seperti kita tinggal di sana, dikelilingi oleh barang-barang yang tidak masuk akal.
7.1. Memahami Tumpukan: Struktur Hierarki Kekacauan
Tumpukan benda di sudut ruangan bukan kegagalan dalam membersihkan; itu adalah sistem penyimpanan vertikal yang kompleks. Setiap tumpukan memiliki artinya:
- Tumpukan A (Buku dan Kertas): Ini adalah 'Tumpukan Niat Baik'. Berisi buku yang Anda beli untuk diri Anda yang lebih cerdas dan kertas-kertas yang Anda yakini penting sampai Anda lupa mengapa.
- Tumpukan B (Pakaian 'Sedikit Kotor'): Ini adalah 'Tumpukan Kebimbangan'. Pakaian yang tidak cukup kotor untuk dicuci, tetapi tidak cukup bersih untuk dimasukkan kembali ke lemari. Mereka hidup di limbo moral, menunggu Anda membuat keputusan yang Anda tahu tidak akan pernah Anda buat.
- Tumpukan C (Barang Acak): Ini adalah 'Tumpukan Misteri Kosmik'. Berisi pena yang tidak berfungsi, baterai bekas, dan kabel yang entah untuk apa. Anda menyimpannya karena, secara statistik, kabel ini akan menjadi sangat penting 30 detik setelah Anda membuangnya.
Tertawakan tumpukan Anda. Mereka adalah monumen pribadi Anda terhadap keragu-raguan, dan keragu-raguan, seperti yang kita semua tahu, adalah esensi dari pengalaman manusia.
7.2. Taktik Bertahan Hidup dari Pembicaraan Kecil yang Mematikan
Humor adalah perisai terbaik Anda saat terjebak dalam pembicaraan kecil yang dangkal (small talk). Ketika seseorang memulai percakapan dengan topik yang sangat membosankan, seperti cuaca yang 'terlalu panas' atau lalu lintas yang 'mengerikan', jangan melawan arus. Berlebihanlah. Jadilah hiperbolis.
Jika mereka bilang, "Cuaca hari ini panas sekali, ya?" Jawab: "Panas? Ini adalah kondisi iklim yang saya yakini telah dirancang oleh malaikat yang sedang marah. Saya hampir melihat aspalnya meleleh dan mencoba melarikan diri ke Kanada. Saya sudah mulai mempertimbangkan untuk pindah ke dalam kulkas saya. Bagaimana dengan Anda?"
Peningkatan absurditas ini memaksa lawan bicara untuk keluar dari mode otomatis mereka dan bergabung dalam lelucon, atau, yang lebih baik, pergi mencari seseorang yang lebih membosankan untuk diajak bicara. Bagaimanapun, Anda menang.
Bab VII: Epilog Absurditas: Mengapa Kita Harus Tertawa Setiap Hari
Kita telah menjelajahi jurang kegilaan domestik, profesional, dan eksistensial. Intinya? Kita semua kacau. Dan itu indah sekali. Tekanan untuk menjadi dewasa, bertanggung jawab, dan selalu serius adalah ilusi. Hidup tidak memiliki narasi yang rapi, dan skripnya ditulis dengan spidol di atas serbet kotor di tengah malam.
7.1. Manfaat Fisiologis dari Kekonyolan Maksimal
Tertawa melepaskan endorfin, hormon bahagia. Tapi tawa humoristis yang kita bicarakan di sini melakukan lebih dari itu: Ia membakar jembatan kepura-puraan. Ketika Anda tertawa keras tentang bagaimana Anda lupa hari apa sekarang, Anda secara implisit mengatakan kepada dunia: "Ya, saya tidak punya kendali, dan saya baik-baik saja dengan itu." Ini adalah deklarasi kemerdekaan yang paling tenang.
Ketika Anda mencapai tingkat humoris sejati, Anda mulai melihat setiap kegagalan sebagai konten komedi yang luar biasa. Sepatu yang salah dipakai, presentasi yang macet, atau lupa nama kolega baru—semua itu adalah hadiah naratif yang diberikan alam semesta kepada Anda. Anda tidak gagal; Anda sedang mengumpulkan materi stand-up yang tak ternilai harganya.
7.2. Menutup Pintu dengan Tawa Terakhir
Jadi, lupakan panduan optimalisasi diri yang sempurna. Lupakan 10 langkah menuju kesuksesan finansial. Sebaliknya, peluklah lima langkah menuju kekonyolan: terima kopi dingin Anda, tertawakan kaus kaki Anda yang hilang, berdebat dengan bot layanan pelanggan, dan pastikan Anda sering menggunakan kata sandi yang mudah dilupakan. Hidup adalah perjalanan yang konyol, dan kita adalah para badut yang tersesat di dalamnya.
Tertawa adalah konfirmasi bahwa meskipun kita hidup di tengah kekacauan, kita masih memiliki kekuatan untuk mengatakan: "Ini lucu." Dan itulah, teman-teman, satu-satunya kebenaran yang perlu kita ingat.