Hula Hula: Jantung Budaya Hawaii, Gerakan, dan Kisahnya
Di antara keindahan alam Hawaii yang memukau, di mana ombak samudra berbisik ke pantai berpasir dan gunung berapi menjulang gagah ke langit, terdapat sebuah permata budaya yang terus berdenyut: Hula. Lebih dari sekadar tarian, Hula adalah sebuah pustaka hidup, sebuah manifestasi spiritual, dan narasi yang tak terhingga yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ia adalah bahasa tubuh yang melukiskan kisah-kisah kuno, merayakan alam, menghormati leluhur, dan menyuarakan semangat Aloha yang mendalam. Artikel ini akan membawa Anda menyelami kedalaman dunia Hula Hula, menjelajahi setiap simpul benang yang membentuk permadani budayanya yang kaya.
Sejarah Hula: Dari Mitos ke Panggung Dunia
Untuk memahami Hula, kita harus terlebih dahulu menjelajahi akar sejarahnya yang dalam, membentang jauh melampaui citra wisata modern. Hula bukanlah produk industri pariwisata; ia adalah ekspresi suci yang telah ada sejak zaman kuno, ketika masyarakat Hawaii hidup selaras dengan tanah, laut, dan spiritualitas mereka.
Asal-usul Legendaris dan Mitos
Sejarah Hula diselimuti kabut legenda dan mitos yang kaya. Salah satu kisah paling populer menceritakan dewi gunung berapi, Pele, yang sedang mencari rumah baru setelah bertengkar dengan saudara perempuannya, Nā-maka-o-Kahaʻi, dewi laut. Ketika Pele akhirnya menemukan tempat tinggalnya di Kīlauea, Pulau Hawaiʻi, adiknya, Hiʻiaka-i-ka-poli-o-Pele (sering disebut Hiʻiaka), menarikan Hula pertama untuk merayakan kemenangan dan kegembiraan sang dewi. Tarian ini, yang diyakini dilakukan di dataran lava di Halemaʻumaʻu, menjadi cikal bakal Hula yang kita kenal sekarang.
Mitos lain menunjuk pada Laka, dewi Hula yang juga merupakan dewi hutan dan vegetasi. Ia dihormati dalam upacara Hula, dan altar (kuahu) didedikasikan untuknya di hālau (sekolah Hula) untuk memastikan inspirasi dan berkah bagi para penari. Keberadaan mitos-mitos ini menunjukkan betapa Hula terjalin erat dengan kosmologi, kepercayaan, dan pemahaman masyarakat Hawaii tentang dunia mereka.
Hula Kuno (Hula Kahiko)
Sebelum kedatangan bangsa Eropa, Hula adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan ritual keagamaan. Dikenal sebagai Hula Kahiko (Hula Kuno), bentuk tarian ini sangat formal, sakral, dan seringkali bersifat naratif, menceritakan kisah para dewa, leluhur, peristiwa sejarah, atau pujian untuk kepala suku. Gerakannya tegas, kuat, dan penuh makna simbolis, seringkali dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri yang rendah ke tanah, menunjukkan koneksi mendalam dengan 'āina (tanah).
- Makna dan Fungsi: Hula Kahiko bukan hanya hiburan, melainkan cara untuk mengabadikan sejarah, mitologi, genealogi, dan spiritualitas. Ia digunakan dalam upacara keagamaan, perayaan penting, dan sebagai bentuk penghormatan.
- Musik: Diiringi oleh nyanyian atau oli (chant) dan instrumen perkusi tradisional seperti pahu (gendang dari batang kelapa), ipu heke (gendang labu), uliuli (alat musik dari labu kering dengan bulu), dan pu'ili (tongkat bambu yang dipukul). Ritme dan melodi seringkali monoton namun sangat ritmis dan mendalam, berfungsi sebagai pengatur napas dan gerakan.
- Kostum: Sederhana namun penuh makna, terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun ti (kī), serat ilalang, atau kain kapa (dibuat dari kulit kayu). Para penari mengenakan lei (kalung bunga atau daun) di kepala, leher, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki, yang masing-masing memiliki arti dan seringkali dipetik dengan ritual khusus.
- Pelatihan: Pembelajaran Hula Kahiko berlangsung di bawah bimbingan seorang kumu hula (guru Hula) di dalam hālau hula, yang merupakan ruang suci. Prosesnya sangat ketat dan disiplin, membutuhkan dedikasi penuh dan pemahaman mendalam tentang makna di balik setiap gerakan.
Pengaruh Misionaris dan Larangan
Kedatangan misionaris Protestan dari New England pada awal abad ke-19 membawa perubahan drastis bagi budaya Hawaii. Mereka melihat Hula sebagai tarian yang "tidak senonoh" dan "pagan" karena pakaian minim para penari dan gerakan pinggul yang dianggap sensual. Akibatnya, pada tahun 1820-an, Hula secara resmi dilarang oleh Ratu Kaʻahumanu, yang saat itu telah memeluk Kekristenan dan berada di bawah pengaruh misionaris. Hula terpaksa dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di pedalaman hutan atau di lembah-lembah terpencil, untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Periode larangan ini adalah masa gelap bagi Hula, namun ia menunjukkan ketahanan luar biasa dari budaya Hawaii. Para praktisi Hula terus mewariskan pengetahuan mereka secara rahasia, memastikan bahwa warisan ini tidak punah sepenuhnya.
Kebangkitan dan Hula Modern (Hula Auana)
Titik balik penting terjadi selama masa pemerintahan Raja Kalākaua (1874-1891), yang dikenal sebagai "Merry Monarch." Raja Kalākaua adalah seorang pelindung budaya Hawaii yang bersemangat, yang percaya bahwa "Hula adalah denyutan jantung rakyat Hawaii." Ia mencabut larangan Hula dan secara aktif mempromosikan kebangkitan seni ini. Di bawah dukungannya, Hula kembali ke panggung publik, bahkan dipertunjukkan di istana. Ini adalah periode di mana Hula mulai berevolusi, beradaptasi dengan alat musik dan pengaruh Barat, melahirkan Hula Auana (Hula Modern).
- Hula Auana: Bentuk Hula ini lebih bebas, melodi, dan seringkali menceritakan kisah-kisah romantis, keindahan alam, atau kehidupan sehari-hari dengan nada yang lebih ringan. Diiringi oleh alat musik senar seperti ukulele, gitar, dan bass, Hula Auana menjadi lebih mudah diakses dan populer di kalangan umum.
- Kostum Auana: Para penari Auana biasanya mengenakan pakaian yang lebih modern seperti gaun panjang (muʻumuʻu) atau rok dan atasan, dilengkapi dengan lei yang indah, namun tetap mempertahankan estetika tradisional.
Pada pertengahan abad ke-20, dengan meningkatnya pariwisata, Hula menjadi ikon Hawaii yang dikenal dunia. Namun, di balik pertunjukan komersial, tetap ada upaya serius untuk melestarikan Hula Kahiko yang sakral dan autentik, terutama melalui festival seperti Merrie Monarch Festival yang didirikan pada tahun 1963, yang berfungsi sebagai panggung utama untuk kompetisi Hula tradisional dan modern, serta sebagai pusat pelestarian budaya Hawaii.
Filosofi dan Spiritualitas Hula
Hula melampaui sekadar serangkaian gerakan yang indah. Ia adalah ekspresi jiwa, sebuah cara untuk berhubungan dengan yang ilahi dan memahami alam semesta. Filosofi di baliknya sangat dalam, berakar pada konsep-konsep kunci budaya Hawaii.
Hula sebagai Kisah Hidup
Setiap Hula, baik Kahiko maupun Auana, memiliki mele (lagu atau chant) yang menjadi intinya. Gerakan-gerakan Hula adalah interpretasi visual dari lirik mele tersebut. Ini berarti, Hula adalah seni bercerita. Kisah-kisah ini bisa tentang:
- Para Dewa dan Dewi: Mitos penciptaan, petualangan Pele, kebaikan Laka, atau kekuatan Kāne.
- Kepala Suku dan Pahlawan: Pujian untuk pemimpin yang gagah berani, catatan kemenangan dalam perang, atau kisah kebijaksanaan.
- Keindahan Alam: Menggambarkan gunung, laut, hujan, angin, bunga-bunga, dan hewan endemik dengan detail yang puitis. Gerakan tangan bisa melambangkan ombak yang bergulir, dedaunan yang bergoyang, atau tetesan hujan.
- Peristiwa Sejarah: Mengabadikan kejadian penting dalam sejarah Hawaii, memastikan bahwa pelajaran masa lalu tidak terlupakan.
- Emosi dan Pengalaman Manusia: Cinta, kehilangan, kegembiraan, kesedihan, dan kerinduan, terutama dalam Hula Auana.
Dengan demikian, penari Hula tidak hanya "menari" tetapi juga "berbicara" melalui tubuhnya, menjadi perantara antara masa lalu dan masa kini, antara lirik dan penonton.
Koneksi dengan Alam dan Leluhur
Dalam budaya Hawaii, konsep mālama 'āina (merawat tanah) adalah fundamental. Hula secara intrinsik terhubung dengan tanah dan elemen alam. Bahan-bahan untuk kostum (daun, bunga, serat), musik (kayu, labu), dan inspirasi lirik (pemandangan, cuaca) semuanya berasal dari alam. Melalui Hula, para penari menghormati dan merayakan keindahan serta kekuatan alam, mengakui ketergantungan manusia padanya.
Lebih jauh lagi, Hula adalah jembatan ke leluhur (kūpuna). Setiap tarian adalah warisan dari mereka yang telah pergi, sebuah cara untuk menjaga ingatan dan ajaran mereka tetap hidup. Saat menari, penari merasakan koneksi spiritual dengan generasi yang telah mendahului mereka, merasakan beban dan kehormatan untuk membawa tradisi ini ke masa depan.
Semangat Aloha dan Pono
Hula adalah ekspresi sempurna dari semangat Aloha – lebih dari sekadar sapaan, Aloha adalah cara hidup yang mencakup cinta, kasih sayang, kedamaian, kerendahan hati, dan saling menghormati. Hula mengajarkan para penarinya untuk menari dengan aloha di hati, memancarkan kehangatan dan kebaikan. Setiap gerakan dilakukan dengan niat yang murni dan tulus.
Selain itu, konsep Pono – kebenaran, keadilan, keseimbangan, dan keselarasan – juga sangat penting. Penari Hula dilatih untuk menari dengan pono, yang berarti menari dengan teknik yang benar, pemahaman yang mendalam, dan hati yang tulus. Ini mencakup tidak hanya aspek fisik tarian, tetapi juga perilaku penari di luar panggung, menumbuhkan integritas dan rasa hormat terhadap diri sendiri, sesama, dan budaya.
Anatomi Hula: Gerakan dan Makna
Gerakan Hula adalah bahasa yang kaya, di mana setiap ayunan tangan, setiap getaran pinggul, dan setiap langkah kaki memiliki makna dan tujuan. Memahami anatomi gerakan ini adalah kunci untuk mengapresiasi kedalaman Hula.
Gerakan Tangan (Lapa)
Tangan dalam Hula adalah pencerita utama, melambangkan objek, emosi, atau ide. Gerakan tangan (sering disebut lapa, meskipun ada banyak nama gerakan spesifik) sangat ekspresif dan mengalir. Mereka bisa menggambarkan:
- Alam:
- Ombak: Gerakan tangan bergelombang ke atas dan ke bawah.
- Hujan: Jari-jari yang bergerak lembut ke bawah, seperti tetesan air.
- Angin: Lambaian tangan yang lembut dan mengalir.
- Gunung: Tangan membentuk puncak, menjulang ke atas.
- Bunga: Tangan melingkar dan membuka, melambangkan mekarnya bunga.
- Burung: Tangan yang mengepak atau meluncur di udara.
- Manusia dan Benda:
- Orang: Tangan bisa menunjuk, memanggil, atau melingkar.
- Cinta/hati: Tangan ditempatkan di dada atau membuat bentuk hati.
- Tangan memegang, menunjukkan, menyapa, atau menghormati.
Keleluasaan dan keanggunan gerakan tangan adalah cerminan dari hati penari, menyampaikan pesan yang seringkali multi-lapisan.
Gerakan Pinggul (Kou, Ami, Oniu)
Gerakan pinggul adalah ciri khas Hula, memberikan tarian itu daya tarik dan ritmenya. Meskipun sering disalahpahami sebagai "sensual" oleh pengamat luar, gerakan pinggul dalam Hula memiliki makna yang lebih dalam: koneksi dengan bumi, stabilitas, dan kekuatan hidup. Beberapa gerakan pinggul dasar meliputi:
- Kou: Gerakan ke samping yang lembut, di mana pinggul berayun dari satu sisi ke sisi lain sambil tetap menjaga level. Ini menunjukkan ketenangan dan aliran.
- Ami: Gerakan melingkar pinggul yang berkelanjutan, bisa searah jarum jam atau berlawanan. Ini adalah gerakan dasar yang banyak digunakan, melambangkan siklus hidup, ombak, atau pusaran energi.
- Oniu: Gerakan melingkar yang lebih cepat dan berputar, seringkali dengan penekanan pada satu sisi.
- Kaʻo: Gerakan naik turun pinggul yang terpisah dari kaki, memberikan kesan melayang.
Keahlian dalam gerakan pinggul terletak pada kontrol, kontinuitas, dan isolasi. Gerakan harus mengalir tanpa usaha, namun dengan kekuatan yang tersembunyi. Mereka membentuk dasar ritme dan melodi visual tarian.
Gerakan Kaki (Ka'o, Uwehe)
Kaki adalah fondasi Hula, mengakar penari ke tanah dan memberikan stabilitas. Gerakan kaki memastikan bahwa tubuh bagian atas dapat bergerak dengan leluasa sementara inti tetap kuat. Beberapa gerakan kaki penting:
- Kaʻo: Langkah yang melibatkan pergeseran berat badan dari satu kaki ke kaki lain, dengan lutut sedikit ditekuk, menciptakan ayunan pinggul yang halus.
- Uwehe: Hentakan kaki yang mengangkat tumit, kemudian menurunkannya, sementara lutut ditekuk. Ini adalah gerakan yang kuat, seringkali digunakan untuk menekankan ritme atau menunjukkan kegembiraan.
- Hela: Menempatkan tumit satu kaki ke depan dan menyamping, menjaga jari kaki terangkat.
- Kaholo: Langkah dasar maju mundur atau menyamping, menjaga postur rendah.
Postur tubuh bagian bawah yang rendah dan lutut yang ditekuk adalah kunci dalam Hula, melambangkan kerendahan hati dan koneksi yang kokoh dengan 'āina (tanah).
Postur dan Ekspresi
Selain gerakan spesifik, postur keseluruhan dan ekspresi wajah juga sangat penting. Penari Hula harus menjaga punggung lurus, bahu rileks, dan kepala tegak, memancarkan martabat dan keanggunan. Ekspresi wajah harus mencerminkan emosi dan narasi dari mele yang sedang ditarikan, apakah itu kegembiraan, kesedihan, kekaguman, atau penghormatan. Mata seringkali mengikuti gerakan tangan atau melihat ke depan dengan pandangan yang tenang dan penuh hormat. Keseluruhan adalah harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Musik dan Instrumen Hula: Nyanyian Alam dan Leluhur
Hula tidak dapat dipisahkan dari musiknya. Baik itu lantunan oli kuno atau melodi ukulele yang ceria, musik adalah denyutan jantung yang menghidupkan setiap gerakan Hula. Ia adalah suara yang membawa kisah-kisah, membangkitkan emosi, dan mengarahkan energi penari.
Chant (Oli) dan Mele
Inti dari musik Hula, terutama Hula Kahiko, adalah oli (nyanyian) dan mele (puisi lirik). Oli adalah bentuk nyanyian tanpa iringan musik, yang digunakan untuk mengumumkan kedatangan, menghormati seseorang, atau menyertai ritual. Sedangkan mele adalah puisi yang dinyanyikan, diiringi oleh instrumen Hula. Kedua bentuk ini adalah repositori pengetahuan, sejarah, dan emosi Hawaii.
- Struktur Mele: Mele seringkali sangat deskriptif, puitis, dan penuh dengan kiasan (kaona), di mana satu kata atau frasa dapat memiliki beberapa lapisan makna, yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki pengetahuan budaya yang mendalam.
- Pentingnya Kualitas Suara: Suara penyanyi Hula (hoʻopaʻa) harus kuat, stabil, dan mampu mempertahankan nada dan ritme dengan presisi. Mereka adalah pembawa cerita lisan yang menghidupkan tarian.
Instrumen Hula Kahiko (Perkusi Tradisional)
Instrumen yang digunakan dalam Hula Kahiko sebagian besar adalah perkusi, yang memberikan ritme dasar dan struktur pada mele dan tarian.
- Pahu (Gendang):
- Pahu Hula: Gendang silindris besar yang terbuat dari batang kelapa atau pohon breadfruit, dengan membran kulit hiu atau ikan kakap yang diregangkan di atasnya. Suaranya dalam dan resonan, seringkali menjadi instrumen utama yang memimpin ritme.
- Pūniu: Gendang kecil yang terbuat dari tempurung kelapa, dengan membran kulit ikan yang diregangkan. Biasanya diikat ke paha pemain dan dipukul dengan jari atau tongkat kecil. Suaranya lebih tinggi dan lebih tajam dari pahu hula.
Pahu adalah instrumen suci, dan pembuatannya sering melibatkan upacara khusus.
- Ipu Heke (Gendang Labu):
- Terbuat dari dua labu yang digabungkan, menghasilkan bentuk seperti angka delapan. Pemain memukul ipu heke dengan telapak tangan dan jari, atau menghentakkannya ke tanah, menciptakan berbagai suara perkusi yang khas.
- Ipu heke adalah salah satu instrumen paling ikonik dalam Hula, menghasilkan ritme yang hipnotis dan meditatif.
- Uliuli (Pengocok Bulu):
- Pengocok yang terbuat dari labu kecil yang diisi dengan biji, dan dihiasi dengan bulu-bulu indah (seringkali bulu ayam jantan atau bulu burung eksotis).
- Uliuli dipegang di tangan dan digoyangkan atau dipukul lembut ke paha, menghasilkan suara gemericik yang lembut, menambah tekstur ritmis pada tarian.
- Pu'ili (Tongkat Bambu):
- Tongkat bambu panjang yang diukir dengan celah-celah paralel di salah satu ujungnya. Para penari memegang dua pu'ili, memukulnya satu sama lain atau memukulkannya ke bahu, lengan, atau tanah, menciptakan suara gemerisik yang ringan dan ceria.
- Kala'au (Tongkat Pukul):
- Dua potong tongkat kayu keras yang dipukul satu sama lain, atau dipukul ke tanah, menghasilkan suara ketukan yang tajam, menandai ritme dan aksen dalam tarian.
Instrumen Hula Auana (Modern)
Hula Auana mengadopsi instrumen-instrumen dari Barat, menciptakan suara yang lebih melodi dan harmonis, cocok untuk lirik-lirik yang seringkali lebih romantis atau deskriptif.
- Ukulele: Gitar kecil empat senar ini adalah ikon musik Hawaii. Suaranya yang ceria dan ringan sangat cocok untuk melodi Auana.
- Gitar: Seringkali digunakan untuk memberikan harmoni dan melodi latar yang lebih kaya.
- Gitar Bass: Memberikan fondasi ritmis dan harmonis yang dalam.
- Steel Guitar: Sebuah gitar yang dimainkan secara horizontal dengan menggunakan bilah baja untuk mengubah nada, menciptakan suara "melayang" yang khas Hawaii.
- Vokal: Nyanyian dalam Hula Auana lebih mirip lagu Barat, dengan harmoni vokal yang indah dan lirik yang seringkali berbahasa Inggris selain Hawaii.
Baik itu dentuman drum yang khusyuk dari Kahiko atau senandung ukulele yang riang dari Auana, musik Hula adalah jiwa tarian itu sendiri, sebuah panggilan dari bumi dan resonansi dari masa lalu.
Kostum Hula: Keindahan dan Simbolisme
Kostum dalam Hula bukan sekadar pakaian; ia adalah bagian integral dari tarian, penuh dengan simbolisme dan koneksi mendalam dengan alam dan tradisi. Setiap elemen, dari mahkota bunga hingga rok yang berayun, memiliki cerita dan makna tersendiri.
Lei: Mahkota Keindahan dan Penghormatan
Lei adalah elemen kostum Hula yang paling ikonik dan bermakna. Ini adalah rangkaian bunga, daun, biji, kerang, atau bulu yang diuntai menjadi kalung, mahkota kepala (lei poʻo), gelang (lei kūpeʻe), atau hiasan pergelangan kaki (lei wāwae). Lebih dari sekadar perhiasan, lei adalah simbol aloha, kehormatan, cinta, dan koneksi.
- Pembuatan Lei: Pembuatan lei seringkali merupakan ritual tersendiri. Bunga dan daun dipetik dengan rasa hormat dan syukur, dan diuntai dengan tangan dengan penuh kasih. Jenis bunga atau daun yang digunakan memiliki arti khusus; misalnya, daun ti (kī) dianggap suci dan digunakan untuk perlindungan.
- Penempatan:
- Lei Poʻo: Mahkota kepala, seringkali terbuat dari bunga atau dedaunan yang mekar, melambangkan kehormatan dan keindahan yang mengangkat pikiran.
- Lei ʻAʻī: Kalung leher, yang paling umum, melambangkan cinta dan penghargaan.
- Lei Kūpeʻe: Gelang tangan, seringkali terbuat dari dedaunan atau bunga, melambangkan gerakan tangan yang anggun.
- Lei Wāwae: Hiasan pergelangan kaki, seringkali terbuat dari dedaunan seperti daun ti, memberikan aksen pada gerakan kaki dan koneksi dengan bumi.
- Simbolisme Warna dan Bahan: Warna bunga memiliki arti tersendiri, misalnya merah untuk keberanian, kuning untuk kegembiraan, hijau untuk kesuburan. Bahan-bahan alami lainnya seperti bulu juga memiliki makna khusus, seperti bulu burung ʻōʻō yang langka, melambangkan kebangsawanan.
Paʻu: Rok Hula
Paʻu adalah rok yang dipakai oleh penari Hula. Bentuk dan bahan paʻu bervariasi antara Hula Kahiko dan Hula Auana.
- Paʻu Kahiko (Tradisional):
- Secara tradisional, paʻu terbuat dari serat tanaman seperti lau hala (daun pandan yang dianyam), serat olona, atau kain kapa (kain yang dibuat dari kulit kayu yang dipukul dan dicetak). Untuk Hula Kahiko, paʻu seringkali juga dibuat dari daun ti (kī) yang diikatkan di pinggang, membentuk rok yang berayun.
- Paʻu Kahiko seringkali lebih sederhana dalam desain, fokus pada bahan alami dan gerakan alami. Kadang-kadang dihiasi dengan cetakan tangan atau pola alami.
- Paʻu Auana (Modern):
- Paʻu modern seringkali terbuat dari kain katun atau rayon yang dicetak dengan motif bunga tropis atau pola khas Hawaii. Mereka cenderung lebih berwarna-warni dan mengalir, memberikan efek dramatis saat penari bergerak.
- Rok rumput (grass skirt) yang dikenal secara luas sebenarnya bukan kostum tradisional Hula Kahiko asli Hawaii, melainkan diperkenalkan oleh imigran Polinesia lain di kemudian hari atau untuk tujuan hiburan komersial. Namun, ia menjadi ikon Hula di mata dunia.
Pakaian Atasan dan Aksesori Lainnya
- Kahiko: Untuk Hula Kahiko, penari pria seringkali mengenakan malo (cawat) tradisional dan lei, sementara penari wanita mengenakan paʻu dan seringkali atasan sederhana dari kain kapa atau bahkan tanpa atasan dalam konteks kuno yang sangat sakral, dengan penutup dada dari bunga atau daun ti.
- Auana: Penari pria mengenakan kemeja Hawaii dan celana panjang atau celana pendek yang rapi, sementara penari wanita mengenakan muʻumuʻu (gaun longgar Hawaii), rok dan atasan yang serasi, atau gaun Hula khusus yang dirancang untuk mengalir dengan gerakan.
- Kupeʻe: Hiasan yang dikenakan di pergelangan tangan atau pergelangan kaki, seringkali terbuat dari dedaunan atau cangkang laut. Ini tidak hanya menambah keindahan tetapi juga terkadang menghasilkan suara gemerisik saat penari bergerak, terutama untuk Hula Kahiko.
- Shell Lei: Selain bunga, lei juga dapat dibuat dari kerang (pūpū), yang sangat dihargai dan seringkali diwariskan sebagai pusaka keluarga.
Setiap elemen kostum Hula adalah bagian dari cerita, memperkuat makna tarian dan menghubungkan penari dengan lingkungan dan warisan budayanya.
Jenis-Jenis Hula Secara Mendalam: Kahiko vs. Auana
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ada dua kategori besar Hula, masing-masing dengan karakteristik, sejarah, dan nuansanya sendiri. Memahami perbedaan dan persamaan keduanya penting untuk mengapresiasi spektrum Hula yang luas.
Hula Kahiko (Hula Kuno)
Hula Kahiko adalah bentuk Hula yang paling tua, paling suci, dan paling dijaga. Ia adalah jendela menuju Hawaii kuno, mencerminkan kepercayaan, sejarah, dan cara hidup masyarakat pra-kontak Eropa. Konservasi Hula Kahiko adalah prioritas utama bagi banyak kumu hula dan hālau.
Karakteristik Utama Hula Kahiko:
- Kesakralan dan Ritual: Setiap penampilan Hula Kahiko adalah sebuah ritual. Sebelum dan sesudah tarian, seringkali ada persembahan kepada Laka (dewi Hula) atau dewa-dewi lain. Doa dan oli pembuka (pule) adalah hal biasa. Tarian ini bertujuan untuk menghormati, mengabadikan, dan memberkati.
- Gerakan Kuat dan Tegas: Gerakan Hula Kahiko seringkali lebih terstruktur, kuat, dan terkontrol. Posisi tubuh cenderung rendah ke tanah, melambangkan koneksi dengan bumi ('āina). Gerakan pinggul dan kaki tegas, ritmis, dan berulang. Gerakan tangan jelas dan simbolis, menceritakan lirik mele secara literal atau kiasan.
- Mele (Chant) dan Oli: Inti dari Kahiko adalah mele yang di-chant atau di-oli. Kata-kata adalah yang paling penting, dan gerakan adalah ilustrasi dari kata-kata tersebut. Lantunan ini seringkali panjang, epik, dan dinyanyikan dengan gaya yang sangat spesifik, tanpa melodi seperti lagu Barat.
- Instrumen Perkusi Tradisional: Diiringi oleh instrumen yang terbuat dari bahan alami seperti pahu (gendang kelapa), ipu heke (gendang labu), uliuli (pengocok bulu), puʻili (tongkat bambu), dan kalaʻau (tongkat kayu). Instrumen ini memberikan ritme yang kuat dan dasar untuk chant.
- Kostum Sederhana dan Alami: Terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun ti (kī), daun hala (pandan), serat kapa, atau bahan lokal lainnya. Penari mengenakan lei poʻo (kepala), lei ʻāʻī (leher), lei kūpeʻe (pergelangan tangan), dan lei wāwae (pergelangan kaki) yang terbuat dari bunga atau dedaunan yang baru dipetik. Warna-warna alami dominan.
- Disiplin dan Pengetahuan Mendalam: Pembelajaran Hula Kahiko membutuhkan disiplin yang ketat, dedikasi seumur hidup, dan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Hawaii, mitologi, sejarah, dan protokol budaya. Seorang kumu hula harus memiliki pengetahuan yang sangat luas.
Contoh Hula Kahiko:
Hula Kahiko dapat menceritakan kisah dewi Pele, pujian untuk seorang kepala suku, atau deskripsi puitis tentang hujan di lembah tertentu. Contoh terkenal adalah "Kaulana Nā Pua" (Mengenai Bunga-Bunga Terkenal), sebuah mele yang mengungkapkan protes terhadap penggulingan monarki Hawaii.
Hula Auana (Hula Modern)
Hula Auana adalah bentuk Hula yang lebih muda, berkembang sebagai respons terhadap kedatangan misionaris dan pengaruh budaya Barat, serta kebangkitan kembali Hula di bawah Raja Kalākaua. Kata "auana" berarti "melayang" atau "menyimpang," yang mencerminkan sifatnya yang lebih bebas dan melodi.
Karakteristik Utama Hula Auana:
- Lebih Melodi dan Liris: Berbeda dengan chant Kahiko, musik Auana lebih menyerupai lagu modern dengan melodi yang jelas, harmoni vokal, dan lirik yang seringkali bernada romantis, ceria, atau melankolis. Ceritanya cenderung lebih mudah diakses dan berhubungan dengan pengalaman kontemporer.
- Instrumen Senar Modern: Diiringi oleh ukulele, gitar, bass, dan terkadang gitar baja Hawaii. Instrumen-instrumen ini memberikan latar musik yang kaya dan melodi.
- Gerakan Mengalir dan Ekspresif: Gerakan Auana cenderung lebih lembut, mengalir, dan anggun. Gerakan tangan masih menceritakan lirik, tetapi seringkali dengan interpretasi yang lebih bebas dan estetis. Gerakan pinggul tetap penting tetapi mungkin sedikit lebih halus atau bervariasi.
- Kostum Berwarna-warni dan Modern: Penari Auana biasanya mengenakan gaun panjang yang disebut muʻumuʻu, rok hula modern, atau atasan dan rok yang serasi, seringkali dengan pola bunga cerah atau warna-warna tropis. Lei tetap menjadi elemen penting, tetapi mungkin terbuat dari bunga yang lebih beragam atau bahkan lei buatan.
- Fokus pada Pertunjukan dan Hiburan: Meskipun tetap menyimpan rasa hormat terhadap budaya, Hula Auana lebih sering ditampilkan untuk hiburan, festival, dan acara pariwisata. Ia memiliki daya tarik yang lebih luas dan merupakan representasi umum Hula di mata dunia.
- Aksesibilitas: Karena musiknya yang lebih akrab dan gerakannya yang sedikit lebih fleksibel, Hula Auana seringkali menjadi titik masuk bagi banyak orang yang ingin belajar Hula.
Contoh Hula Auana:
Banyak lagu Hawaii populer yang dikenal dunia, seperti "Aloha ʻOe" atau "Blue Hawaii," dapat ditarikan sebagai Hula Auana. Lagu-lagu ini seringkali bercerita tentang keindahan pemandangan Hawaii, cinta, atau kerinduan.
Perbandingan dan Persamaan
| Fitur | Hula Kahiko (Kuno) | Hula Auana (Modern) |
|---|---|---|
| Asal | Pra-kontak Eropa, ritual & sakral | Pasca-kontak, pengaruh Barat, era Kalākaua |
| Musik | Chant (oli) & mele yang di-chant | Lagu melodi, harmoni vokal |
| Instrumen | Perkusi tradisional (pahu, ipu heke, uliuli) | Instrumen senar (ukulele, gitar, bass, steel guitar) |
| Gerakan | Tegas, kuat, rendah ke tanah, simbolis, struktural | Mengalir, anggun, lebih halus, ekspresif |
| Kostum | Alami (ti leaf, kapa), sederhana, lei segar | Kain modern (muʻumuʻu), warna cerah, lei segar/buatan |
| Fungsi | Pelestarian sejarah, spiritual, ritual, penghormatan | Hiburan, perayaan, ekspresi keindahan, romansa |
| Bahasa | Hanya bahasa Hawaii | Bahasa Hawaii, seringkali juga bahasa Inggris |
Meskipun berbeda, keduanya adalah Hula, dan keduanya sama-sama berharga. Keduanya mewujudkan semangat aloha dan berfungsi sebagai kendaraan untuk bercerita, menghormati budaya, dan menghubungkan individu dengan warisan Hawaii mereka. Banyak penari dan hālau berlatih kedua bentuk tersebut, mengakui bahwa keduanya adalah bagian dari kontinum budaya yang hidup dan berkembang.
Hula dalam Kehidupan Modern: Pelestarian dan Inspirasi Global
Di dunia yang terus berubah, Hula tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang, menemukan relevansinya dalam konteks modern dan menginspirasi orang di seluruh dunia. Dari panggung kompetisi hingga ruang kelas, Hula terus menjadi kekuatan budaya yang kuat.
Hula sebagai Wisata dan Hiburan
Tidak dapat dipungkiri bahwa Hula memainkan peran besar dalam industri pariwisata Hawaii. Pertunjukan Hula yang semarak adalah daya tarik utama bagi pengunjung, seringkali menjadi bagian dari luau (pesta tradisional Hawaii) atau acara hotel. Bentuk Hula yang ditampilkan di sini umumnya adalah Hula Auana, karena sifatnya yang lebih mudah diakses dan menghibur.
Meskipun beberapa mungkin melihat ini sebagai komersialisasi, ia juga berfungsi sebagai pintu gerbang bagi jutaan orang untuk pertama kalinya berkenalan dengan budaya Hawaii. Banyak organisasi dan penampil Hula profesional yang berdedikasi menggunakan platform ini untuk mendidik audiens tentang kedalaman dan kesakralan Hula, melampaui citra "rok rumput" yang dangkal.
Kompetisi Hula: Merrie Monarch Festival
Salah satu pilar utama pelestarian Hula autentik di era modern adalah Merrie Monarch Festival. Diselenggarakan setiap tahun di Hilo, Pulau Hawaiʻi, festival ini adalah kompetisi Hula terbesar dan paling bergengsi di dunia. Ini adalah minggu yang didedikasikan untuk budaya Hawaii, menampilkan kompetisi Hula Kahiko dan Auana yang ketat untuk hālau dari seluruh dunia.
- Signifikansi: Merrie Monarch bukan hanya kompetisi; ini adalah perayaan, forum untuk pertukaran pengetahuan, dan ajang untuk menjaga standar Hula Kahiko tetap tinggi. Kumu hula dan penari menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri, meneliti mele kuno, membuat kostum yang otentik, dan menyempurnakan setiap gerakan.
- Dampak: Festival ini telah memainkan peran krusial dalam kebangkitan kembali bahasa Hawaii dan kesadaran budaya. Ia menyoroti pentingnya tradisi, disiplin, dan pengabdian dalam seni Hula.
Pendidikan dan Pelestarian
Di seluruh Hawaii dan bahkan di daratan Amerika Serikat serta di negara-negara lain, hālau hula terus menjadi pusat pendidikan dan pelestarian. Kumu hula yang dihormati mewariskan pengetahuan mereka kepada generasi baru, tidak hanya tentang gerakan tarian, tetapi juga tentang bahasa Hawaii, sejarah, mitologi, etiket budaya (kūleana), dan semangat aloha.
- Kurikulum Holistik: Kurikulum di hālau seringkali sangat holistik, mencakup pelajaran bahasa Hawaii, pembuatan lei, pembuatan instrumen, dan bahkan berkebun untuk menanam tanaman yang digunakan dalam kostum dan persembahan.
- Generasi Baru Penjaga Budaya: Melalui hālau ini, Hula menciptakan generasi baru individu yang berpengetahuan luas dan berdedikasi, yang akan memastikan kelangsungan hidup tradisi ini di masa depan.
Hula di Luar Hawaii
Hula tidak lagi hanya terbatas di kepulauan Hawaii. Dengan diaspora Hawaii dan minat global terhadap budaya Polinesia, hālau hula dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, dari Jepang hingga Eropa, dari daratan Amerika Serikat hingga Kanada. Ini menunjukkan universalitas pesan Hula dan keindahannya yang melampaui batas geografis.
Namun, penting bagi hālau di luar Hawaii untuk menjunjung tinggi standar keaslian dan rasa hormat. Hubungan dengan kumu hula dan sumber-sumber di Hawaii sangat penting untuk memastikan bahwa Hula diajarkan dengan integritas dan pemahaman yang benar.
Memulai Perjalanan Hula Anda: Lebih dari Sekadar Belajar Menari
Bagi mereka yang terpesona oleh keindahan dan kedalaman Hula, keinginan untuk mempelajarinya adalah sebuah panggilan yang alami. Namun, memulai perjalanan Hula adalah lebih dari sekadar menguasai gerakan; ia adalah sebuah komitmen untuk belajar, tumbuh, dan terhubung dengan sebuah budaya yang kaya.
Pentingnya Kumu Hula (Guru Hula)
Langkah pertama dan terpenting dalam belajar Hula adalah menemukan seorang kumu hula yang baik. Di Hawaii, kumu hula adalah sosok yang sangat dihormati, seorang guru, mentor, dan penjaga budaya. Mereka memiliki garis silsilah pengajaran (lineage) yang diwarisi dari kumu mereka sendiri, memastikan keaslian dan kontinuitas tradisi.
- Garis Keturunan (Lineage): Penting untuk mencari kumu yang memiliki lineage yang jelas dan terhormat, karena ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang diajarkan berasal dari sumber yang murni dan telah diwariskan dengan benar.
- Hālau Hula: Belajar Hula dilakukan di dalam hālau hula, yang merupakan sekolah atau kelompok Hula. Ini adalah lingkungan yang disiplin dan suportif, di mana siswa (haumana) tidak hanya belajar menari tetapi juga tentang etiket, bahasa, sejarah, dan filosofi Hula.
- Dedikasi Kumu: Seorang kumu yang baik tidak hanya mengajar gerakan, tetapi juga menanamkan semangat Hula, mengajarkan kesabaran, kerendahan hati, dan rasa hormat.
Kesabaran dan Kerendahan Hati
Belajar Hula bukanlah proses yang cepat. Ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kerendahan hati. Anda tidak akan langsung menguasai gerakan atau memahami semua kaona (makna tersembunyi) dari setiap mele. Prosesnya bersifat bertahap:
- Fokus pada Dasar: Mulailah dengan gerakan dasar, postur, dan ritme. Pengulangan adalah kunci untuk membangun memori otot dan fluiditas.
- Memahami Bahasa: Sebagian besar Hula Kahiko dilakukan dalam bahasa Hawaii. Belajar sedikit tentang bahasa tersebut akan sangat memperkaya pemahaman Anda tentang lirik dan makna.
- Rasa Hormat: Selalu tunjukkan rasa hormat kepada kumu Anda, teman se-hālau, dan budaya Hula itu sendiri. Hula adalah hadiah, dan harus didekati dengan hormat.
- Komitmen: Hula adalah perjalanan seumur hidup. Semakin Anda belajar, semakin Anda menyadari seberapa banyak lagi yang harus dipelajari.
Manfaat Fisik, Mental, dan Spiritual
Perjalanan Hula menawarkan manfaat yang melimpah, jauh melampaui kemampuan menari:
- Fisik: Hula adalah bentuk latihan yang sangat baik, meningkatkan kekuatan inti, fleksibilitas, keseimbangan, dan stamina. Gerakan pinggul dan kaki membangun kekuatan di paha, bokong, dan betis.
- Mental: Mempelajari choreografi dan lirik dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi. Mengungkap makna di balik gerakan juga merangsang pemikiran kritis dan apresiasi budaya.
- Emosional: Menari Hula dapat menjadi saluran untuk ekspresi emosi, mengurangi stres, dan meningkatkan rasa percaya diri. Ada kegembiraan yang mendalam dalam terhubung dengan musik dan gerakan.
- Spiritual: Bagi banyak orang, Hula adalah praktik spiritual yang mendalam, menghubungkan mereka dengan alam, leluhur, dan rasa diri yang lebih besar. Ia menumbuhkan rasa damai, keseimbangan (pono), dan cinta (aloha).
- Komunitas: Hālau hula adalah komunitas yang erat, tempat Anda dapat membangun persahabatan seumur hidup dan merasakan dukungan dan persatuan.
Memulai perjalanan Hula adalah sebuah keputusan yang akan memperkaya hidup Anda dalam banyak cara, membuka pintu ke sebuah dunia keindahan, kebijaksanaan, dan koneksi.
Hula Bukan Sekadar Tarian: Identitas, Jembatan, dan Manifestasi Aloha
Setelah menjelajahi berbagai aspek Hula, menjadi jelas bahwa ia adalah sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar "tarian" dalam pengertian konvensional. Hula adalah sebuah entitas hidup, sebuah narasi berkelanjutan yang mencerminkan esensi dari siapa orang Hawaii dan apa yang mereka yakini. Ia adalah denyutan jantung budaya yang tak tergantikan.
Hula sebagai Identitas Budaya
Bagi orang Hawaii, Hula adalah bagian intrinsik dari identitas mereka. Ia adalah bahasa asli yang diucapkan melalui tubuh, sebuah cara untuk mempertahankan dan menegaskan 'ōlelo Hawaiʻi (bahasa Hawaii) dan moʻolelo (sejarah dan cerita) mereka. Dalam menghadapi tekanan kolonisasi dan globalisasi, Hula telah menjadi simbol ketahanan, kebanggaan, dan warisan yang hidup.
Setiap gerakan, setiap lirik, setiap detail kostum adalah pengingat akan sejarah yang panjang dan berliku, kebijaksanaan leluhur, dan koneksi yang tak terputus dengan tanah air mereka. Hula memungkinkan orang Hawaii untuk tetap terhubung dengan akar mereka, merayakan siapa mereka, dan berbagi kekayaan budaya mereka dengan dunia.
Jembatan Antargenerasi
Hula adalah jembatan vital yang menghubungkan generasi masa lalu, kini, dan masa depan. Pengetahuan Hula diturunkan secara lisan dan melalui praktik langsung dari kumu hula kepada haumana. Proses ini tidak hanya mewariskan gerakan, tetapi juga nilai-nilai, etika, dan semangat budaya.
- Penjaga Warisan: Para kumu adalah penjaga warisan, memastikan bahwa keaslian dan makna Hula tetap terjaga.
- Pembawa Obor: Para haumana adalah pembawa obor, yang suatu hari akan menjadi kumu sendiri, melanjutkan rantai pengetahuan dan inspirasi.
Melalui Hula, anak-anak dan remaja belajar tentang leluhur mereka, menghormati tradisi, dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan budaya mereka. Ini menciptakan ikatan keluarga dan komunitas yang kuat, memperkuat tenun sosial masyarakat Hawaii.
Manifestasi Semangat Aloha
Pada akhirnya, Hula adalah manifestasi paling murni dari semangat Aloha. Ia menari dengan cinta, kasih sayang, kebaikan, dan rasa hormat yang mendalam. Ketika seorang penari Hula melangkah ke panggung, mereka tidak hanya menampilkan koreografi; mereka memancarkan aloha dari hati mereka, membagikannya kepada penonton dan lingkungan sekitar.
Melalui gerakan yang anggun, melodi yang mengharukan, dan lirik yang bijaksana, Hula mengajarkan kita tentang pentingnya hidup dalam harmoni dengan alam, menghormati semua kehidupan, dan mempraktikkan kasih sayang. Ia mengingatkan kita bahwa ada keindahan dan kekuatan dalam kesederhanaan, dalam cerita-cerita yang diwariskan, dan dalam koneksi kita satu sama lain.
Hula adalah sebuah undangan untuk merasakan, untuk memahami, dan untuk merayakan keindahan yang ada di dunia ini. Ia adalah pengingat bahwa seni dapat menjadi jendela menuju jiwa sebuah bangsa, sebuah cara untuk menjaga warisan tetap hidup, dan sebuah inspirasi untuk kehidupan yang lebih penuh cinta dan makna.