Keunggulan dan Masa Depan Bisnis Hotel Jaringan Global

Industri perhotelan modern didominasi oleh entitas besar yang dikenal sebagai hotel jaringan atau chain hotel. Model bisnis ini tidak hanya menawarkan skalabilitas yang masif, tetapi juga menjamin standar kualitas, pengalaman pelanggan yang konsisten, dan daya ungkit pemasaran yang jauh melampaui kemampuan properti independen. Kekuatan hotel jaringan terletak pada sinergi operasional, sistem reservasi terpusat, dan program loyalitas global yang mampu mengikat konsumen lintas benua. Artikel ini akan mengupas tuntas struktur, mekanisme, dan evolusi strategis hotel jaringan yang membentuk lanskap pariwisata dunia.

I. Fondasi Hotel Jaringan: Definisi dan Skala Ekonomi

Hotel jaringan merujuk pada sekelompok properti yang beroperasi di bawah satu merek dagang, di bawah kepemilikan, manajemen, atau perjanjian waralaba (franchise) yang sama. Mereka berbagi identitas korporat, standar operasional, sistem reservasi terpusat, dan protokol pelatihan karyawan yang seragam. Kehadiran jaringan memungkinkan properti individual untuk memanfaatkan kekuatan merek kolektif, sebuah keuntungan yang fundamental dalam pasar yang kompetitif.

1.1. Perbedaan Mendasar dari Hotel Independen

Sementara hotel independen menawarkan keunikan dan fleksibilitas lokal yang tinggi, hotel jaringan menawarkan prediktabilitas. Wisatawan bisnis maupun rekreasi, ketika bepergian ke lokasi baru, cenderung memilih merek yang mereka kenal karena menjamin tingkat layanan, fasilitas, dan keamanan tertentu. Konsistensi ini adalah aset utama. Selain itu, jaringan mampu mencapai skala ekonomi yang signifikan dalam pengadaan barang (peralatan, linen, makanan dan minuman), negosiasi kontrak teknologi, dan pengeluaran pemasaran global.

Skala ekonomi ini mencakup pembelian volume besar untuk semua kebutuhan operasional properti mereka di seluruh dunia. Misalnya, negosiasi harga dengan pemasok linen, perusahaan perangkat lunak manajemen properti (PMS), atau distributor kopi global dapat menghasilkan penghematan biaya puluhan juta dolar yang kemudian disalurkan kembali ke dalam investasi teknologi atau program peningkatan kualitas. Penghematan biaya ini menjadi insentif kuat bagi pemilik properti untuk bergabung di bawah payung merek besar.

1.2. Sejarah Singkat Evolusi Jaringan Global

Konsep jaringan hotel modern mulai terbentuk pada pertengahan abad ke-20, didorong oleh peningkatan perjalanan udara pasca-Perang Dunia II dan pembangunan sistem jalan raya yang luas. Era ini ditandai dengan munculnya nama-nama besar yang fokus pada standarisasi layanan untuk mengakomodasi kelas menengah yang sedang tumbuh. Pendekatan awal berfokus pada efisiensi dan replikasi model yang sukses di berbagai lokasi.

Pada awalnya, banyak jaringan beroperasi murni melalui kepemilikan. Namun, seiring waktu, model waralaba dan perjanjian manajemen (management contract) menjadi populer. Pergeseran ini memungkinkan jaringan untuk memperluas jejak global mereka dengan cepat tanpa harus menanggung seluruh beban modal yang terkait dengan pembelian dan pembangunan properti fisik. Ini adalah titik balik yang mengubah jaringan hotel dari sekadar koleksi properti menjadi perusahaan manajemen merek global.

Perisai Global

II. Mekanisme Ekspansi: Waralaba, Kontrak Manajemen, dan Kepemilikan

Jaringan hotel jarang sekali mengelola semua properti mereka dengan cara yang sama. Tiga model operasional utama digunakan untuk memperluas jangkauan dan membagi risiko antara pemilik modal dan pemegang merek. Memahami perbedaan ketiganya sangat penting untuk menganalisis strategi pertumbuhan jaringan.

2.1. Model Waralaba (Franchising)

Model waralaba adalah tulang punggung ekspansi cepat banyak jaringan hotel. Dalam model ini, pemilik properti (franchisee) membayar biaya awal dan biaya royalti berkelanjutan (biasanya persentase dari pendapatan kamar kotor) kepada jaringan (franchisor) sebagai imbalan untuk menggunakan nama merek, sistem reservasi, program loyalitas, dan standar operasional. Franchisee bertanggung jawab atas seluruh biaya modal, operasional harian, dan risiko kerugian.

Keuntungan bagi jaringan adalah ekspansi dengan risiko modal yang sangat rendah. Mereka fokus pada pemeliharaan standar merek dan penguatan sistem pemasaran global. Bagi franchisee, mereka mendapatkan akses instan ke pengakuan merek, pelatihan staf kelas dunia, dan infrastruktur penjualan yang canggih yang mustahil dibangun sendiri. Namun, franchisee harus ketat mematuhi buku panduan operasional (Operating Manuals) yang terkadang membatasi kemampuan adaptasi lokal.

2.2. Kontrak Manajemen (Management Contracts)

Dalam model kontrak manajemen, jaringan hotel (sebagai operator) menandatangani perjanjian dengan pemilik aset (investor). Pemilik aset menanggung biaya modal dan kepemilikan properti, sementara jaringan mengelola properti tersebut secara penuh—mulai dari perekrutan staf, penetapan harga, hingga operasional harian—dengan imbalan biaya manajemen dasar (base fee) dan biaya insentif (incentive fee) berdasarkan profitabilitas properti. Jaringan berperan sebagai pihak ketiga yang dibayar untuk keahlian operasional mereka.

Model ini memberikan kontrol operasional yang lebih besar bagi jaringan dibandingkan waralaba, memastikan kualitas dan konsistensi merek tetap tinggi. Ini sering digunakan untuk properti mewah atau kompleks yang memerlukan keahlian manajemen spesifik yang mendalam, seperti resor besar atau hotel konvensi. Kontrak ini biasanya berjangka panjang, berkisar antara 10 hingga 30 tahun.

2.3. Kepemilikan dan Sewa (Ownership and Lease)

Meskipun semakin jarang terjadi pada jaringan hotel terbesar yang fokus pada aset ringan (asset-light), beberapa jaringan masih mempertahankan kepemilikan langsung atas properti kunci, sering kali di pasar primer yang strategis atau sebagai properti uji coba (flagship property) untuk merek baru. Kepemilikan penuh memberikan kontrol maksimum atas desain, layanan, dan operasional. Model ini juga dapat berupa sewa jangka panjang (lease), di mana jaringan menyewa properti dan mengoperasikannya, menanggung risiko operasional tetapi menghindari pembelian aset.

Strategi "asset-light" saat ini menjadi tren dominan. Jaringan besar menjual aset properti mereka kepada investor (Real Estate Investment Trusts/REITs atau dana investasi) dan kemudian segera menandatangani kontrak manajemen atau waralaba untuk terus mengoperasikan properti tersebut. Hal ini membebaskan modal yang besar, yang kemudian dapat diinvestasikan kembali dalam pengembangan merek, teknologi, atau akuisisi perusahaan hotel lainnya.

III. Pilar Keunggulan: Branding, Distribusi Global, dan Loyalitas Pelanggan

Daya saing utama hotel jaringan tidak terletak pada struktur fisik bangunan, melainkan pada infrastruktur non-fisik yang mereka miliki: Merek (Brand), Sistem Distribusi Terpusat (Global Distribution System), dan Program Loyalitas.

3.1. Kekuatan Pengenalan Merek (Brand Equity)

Merek hotel jaringan berfungsi sebagai janji kualitas universal. Sebuah merek yang kuat mengurangi risiko yang dirasakan oleh konsumen. Jaringan sering membagi portofolio mereka menjadi beberapa "soft brand" atau sub-merek yang menargetkan segmen pasar spesifik—mulai dari ekonomi (misalnya, fokus pada efisiensi dan tanpa layanan penuh), menengah (keseimbangan harga dan fasilitas), hingga mewah (layanan personal dan fasilitas premium).

Manajemen merek melibatkan investasi besar dalam periklanan global, hubungan masyarakat, dan pemeliharaan standar desain yang konsisten. Keberadaan merek di papan iklan bandara, saluran pemasaran digital, dan media massa memastikan bahwa jaringan tersebut menjadi pilihan pertama di benak konsumen, bahkan sebelum pencarian spesifik dimulai. Nilai merek ini adalah biaya tak terukur yang dibayarkan oleh properti individu melalui biaya pemasaran terpusat.

3.2. Dominasi Sistem Distribusi Global (GDS dan CRS)

Sistem Reservasi Terpusat (CRS - Central Reservation System) dan konektivitas ke Sistem Distribusi Global (GDS) adalah mesin finansial hotel jaringan. CRS memungkinkan hotel jaringan untuk mengelola inventaris kamar dan harga secara dinamis di seluruh properti mereka secara real-time. Ini memfasilitasi strategi manajemen pendapatan (Revenue Management) yang sangat canggih, memastikan setiap kamar dijual pada harga optimal berdasarkan permintaan dan musim.

Jaringan besar memiliki kekuatan untuk menawar tingkat komisi yang lebih baik dengan Agen Perjalanan Online (OTA) seperti Booking.com atau Expedia, dibandingkan dengan hotel independen. Lebih penting lagi, mereka secara agresif mendorong pemesanan melalui saluran langsung (Direct Booking) mereka sendiri (situs web merek), yang menghasilkan margin keuntungan tertinggi karena menghindari biaya komisi OTA yang bisa mencapai 15% hingga 30%.

3.3. Program Loyalitas Pelanggan yang Mengikat

Program loyalitas (seperti Marriott Bonvoy, Hilton Honors, atau World of Hyatt) adalah alat paling efektif untuk mempertahankan pelanggan. Program-program ini menawarkan poin, peningkatan kamar, akses eksklusif, dan fasilitas khusus yang mendorong tamu untuk selalu memilih properti dalam jaringan yang sama, terlepas dari lokasi atau segmen merek.

Data yang dikumpulkan melalui program loyalitas sangat berharga. Jaringan dapat melacak preferensi tamu, riwayat perjalanan, dan kebiasaan belanja. Data ini memungkinkan hiper-personalisasi penawaran pemasaran dan pengalaman menginap, meningkatkan kepuasan dan, yang terpenting, meningkatkan frekuensi kunjungan. Loyalitas adalah faktor penentu dalam mengurangi ketergantungan pada saluran distribusi pihak ketiga yang mahal.

Akses Hotel

IV. Struktur Operasi dan Penjaminan Mutu Lintas Batas

Mengelola ratusan atau ribuan properti di puluhan negara memerlukan struktur organisasi yang sangat canggih dan sistematis. Hotel jaringan harus menyeimbangkan kebutuhan akan standarisasi global dengan tuntutan adaptasi lokal.

4.1. Standarisasi dan Buku Panduan Operasional (SOP)

Setiap aspek dari pengalaman tamu, mulai dari proses check-in, kebersihan kamar, hingga standar hidangan sarapan, didikte oleh Prosedur Operasi Standar (SOP) yang ketat. SOP ini memastikan bahwa seorang tamu yang menginap di Tokyo menerima tingkat kualitas yang sama dengan yang ia terima di New York atau London.

Standarisasi ini mencakup pelatihan karyawan yang intensif, yang sering kali dilakukan melalui akademi atau universitas internal jaringan (Brand Academy). Investasi besar dalam pelatihan memastikan bahwa tenaga kerja global memahami budaya layanan merek dan mampu memberikan pengalaman yang konsisten. Proses audit internal dan eksternal secara rutin dilakukan untuk memastikan properti waralaba mematuhi semua standar yang ditetapkan; kegagalan berulang dapat mengakibatkan pencabutan waralaba, sebuah ancaman yang kuat untuk menjaga disiplin operasional.

4.2. Manajemen Krisis dan Reputasi

Ketika terjadi krisis—seperti isu sanitasi, bencana alam, atau insiden keamanan—hotel jaringan memiliki protokol manajemen krisis terpusat. Kecepatan dan konsistensi respons sangat penting untuk melindungi merek secara keseluruhan. Jika satu properti mengalami masalah reputasi besar, dampaknya dapat menyebar ke seluruh jaringan.

Jaringan mengelola reputasi online mereka secara agresif, menggunakan perangkat lunak analisis sentimen untuk memantau ulasan dan komentar di media sosial dan OTA. Mereka memiliki tim khusus untuk merespons ulasan secara profesional dan cepat. Kemampuan untuk merespons dan memitigasi kerusakan reputasi secara terkoordinasi adalah salah satu nilai terbesar yang ditawarkan jaringan kepada properti individual.

4.3. Struktur Tata Kelola Keuangan Terpusat

Hotel jaringan memanfaatkan kekuatan kolektif mereka dalam hal permodalan dan manajemen keuangan. Mereka sering menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang seragam, memudahkan pemilik properti untuk membandingkan kinerja mereka dengan properti serupa di dalam jaringan (benchmarking). Selain itu, fungsi-fungsi yang mahal seperti penggajian tingkat eksekutif, analisis pasar, dan kepatuhan hukum sering kali ditangani oleh kantor pusat korporat, membebani properti individual dengan biaya yang lebih rendah daripada jika mereka harus merekrut tim ahli sendiri.

Sistem pengadaan terpusat (Centralized Procurement) memungkinkan properti mendapatkan diskon volume yang signifikan untuk F&B (Food & Beverage), amenitas kamar mandi, dan bahkan asuransi properti. Penghematan dari pengadaan ini dapat menjadi pembeda antara properti yang menghasilkan margin keuntungan tipis dan properti yang sangat menguntungkan.

V. Transformasi Digital: Teknologi sebagai Pemacu Pertumbuhan Jaringan

Abad ke-21 telah mengubah industri perhotelan, dan hotel jaringan berada di garis depan adopsi teknologi. Inovasi bukan lagi sekadar kemewahan, tetapi keharusan operasional untuk mempertahankan daya saing dan memenuhi ekspektasi tamu modern.

5.1. Evolusi Sistem Manajemen Properti (PMS) dan Integrasi Data

PMS modern berfungsi sebagai otak operasional hotel, mengelola reservasi, penugasan kamar, penagihan, dan integrasi titik penjualan (POS). Bagi jaringan, tantangannya adalah mengintegrasikan ribuan PMS yang berbeda di berbagai properti ke dalam satu gudang data sentral. Integrasi ini memungkinkan jaringan untuk melihat gambaran besar tentang permintaan pasar secara global, memungkinkan penyesuaian harga yang lebih responsif dan penargetan pemasaran yang lebih akurat.

Data besar (Big Data) yang dihasilkan dari pemesanan, interaksi media sosial, dan penggunaan aplikasi seluler dianalisis untuk memprediksi tren perjalanan dan mengidentifikasi peluang pasar yang belum tersentuh. Kemampuan analisis prediktif ini adalah salah satu keunggulan terbesar jaringan atas pesaing independen.

5.2. Personalitas dan Kecerdasan Buatan (AI)

Jaringan hotel menggunakan AI dan pembelajaran mesin (Machine Learning) untuk meningkatkan personalisasi pada skala besar. Chatbots dan asisten virtual kini menangani sebagian besar permintaan layanan pelanggan tingkat pertama, mulai dari modifikasi reservasi hingga pertanyaan tentang fasilitas hotel. Ini membebaskan staf manusia untuk fokus pada interaksi tamu yang memerlukan sentuhan pribadi dan pengambilan keputusan kompleks.

Personalisasi meluas hingga ke pengalaman fisik. Contohnya adalah penggunaan teknologi kunci digital (digital key) melalui aplikasi seluler jaringan, yang memungkinkan tamu melewati meja depan (front desk). Selain itu, sistem manajemen kamar pintar (Smart Room Systems) memungkinkan tamu mengontrol suhu, pencahayaan, dan hiburan melalui suara atau perangkat mereka, semuanya terintegrasi dengan platform CRM (Customer Relationship Management) jaringan.

5.3. Kanal Distribusi Langsung dan Aplikasi Mobile

Aplikasi seluler telah menjadi alat reservasi dan loyalitas yang sangat penting. Jaringan berinvestasi besar untuk memastikan aplikasi mereka menawarkan pengalaman pemesanan yang mulus dan insentif unik, seperti harga eksklusif anggota atau penawaran yang hanya tersedia di aplikasi. Tujuan utamanya adalah mengalihkan pemesanan dari OTA, yang membebankan komisi, ke kanal langsung yang lebih menguntungkan.

Aplikasi ini juga berfungsi sebagai pusat interaksi tamu selama menginap, memungkinkan permintaan layanan kamar, permintaan kebersihan tambahan, atau komunikasi dengan staf hotel tanpa harus mengangkat telepon. Integrasi vertikal antara aplikasi, PMS, dan sistem loyalitas menciptakan ekosistem digital yang kuat yang mengunci loyalitas pelanggan.

Integrasi Data

VI. Hambatan dan Dinamika Pasar: Risiko dan Adaptasi Lokal

Meskipun memiliki keunggulan skala, hotel jaringan menghadapi tantangan signifikan, terutama yang berkaitan dengan isu global, kebutuhan adaptasi, dan persaingan dari model akomodasi alternatif.

6.1. Menjaga Relevansi Lokal di Tengah Standarisasi Global

Standarisasi, meskipun penting untuk kualitas, dapat menyebabkan pengalaman yang terasa hambar atau generik. Di pasar yang sangat menghargai keunikan budaya (misalnya, Eropa atau Asia Tenggara), tamu sering mencari pengalaman otentik yang dapat ditawarkan oleh properti butik independen.

Jaringan telah merespons hal ini dengan mengembangkan "soft brands" atau "collection brands." Merek-merek ini memungkinkan properti independen yang sudah ada untuk bergabung dengan jaringan untuk mendapatkan akses ke sistem distribusi dan loyalitas, namun tetap mempertahankan nama asli, desain, dan karakteristik lokal mereka. Ini adalah strategi hibrida yang mencoba mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia.

6.2. Tekanan Biaya Waralaba dan Konflik Pemilik-Operator

Biaya operasional untuk properti waralaba bisa sangat tinggi. Selain royalti, pemilik properti harus membayar biaya pemasaran terpusat (System Contribution Fee), biaya reservasi, dan seringkali diwajibkan melakukan pembaruan merek (Property Improvement Plan/PIP) yang mahal setiap beberapa tahun. Kewajiban biaya ini dapat memicu konflik antara pemilik aset yang ingin memaksimalkan profitabilitas jangka pendek dan jaringan yang berfokus pada pemeliharaan standar merek jangka panjang.

Dalam resesi ekonomi atau penurunan pasar pariwisata, properti waralaba sering merasa terjebak karena mereka tetap diwajibkan membayar biaya tetap kepada jaringan meskipun tingkat hunian rendah. Manajemen risiko finansial ini memerlukan negosiasi yang cermat dan dukungan yang fleksibel dari pihak franchisor.

6.3. Persaingan dari Ekonomi Berbagi (Sharing Economy)

Munculnya platform akomodasi seperti Airbnb telah secara fundamental mengubah lanskap pariwisata, terutama di segmen perjalanan rekreasi. Ekonomi berbagi menawarkan akomodasi yang lebih terjangkau, unik, dan sering kali ideal untuk keluarga atau perjalanan jangka panjang.

Jaringan hotel telah beradaptasi dengan mengembangkan segmen sewa jangka panjang mereka sendiri (extended stay brands) atau dengan mengakuisisi platform properti liburan. Fokus utama jaringan adalah menyoroti keunggulan yang tidak dapat ditandingi oleh ekonomi berbagi: keamanan, layanan profesional 24/7, program kebersihan standar industri, dan kepastian kualitas yang didukung oleh merek global.

VII. Arah Masa Depan: Keberlanjutan, Ekspansi Pasar, dan Pengalaman Hiper-Personal

Masa depan hotel jaringan akan didominasi oleh tiga tren utama: komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial, ekspansi yang berfokus pada pasar negara berkembang, dan penggunaan data untuk menciptakan pengalaman tamu yang benar-benar unik.

7.1. Fokus pada Keberlanjutan dan ESG (Environmental, Social, Governance)

Kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan telah meningkat tajam. Investor dan tamu kini menuntut hotel untuk menunjukkan komitmen nyata terhadap praktik ramah lingkungan. Hotel jaringan, dengan kemampuan pengadaan dan standarisasi global mereka, berada dalam posisi unik untuk memimpin perubahan ini.

Inisiatif keberlanjutan mencakup pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, investasi dalam energi terbarukan, sertifikasi bangunan hijau (seperti LEED), dan program konservasi air. Jaringan juga harus memastikan rantai pasok mereka etis, mendukung pemasok lokal, dan mempromosikan keragaman dan inklusi dalam staf mereka. Keberlanjutan bukan lagi hanya pilihan, tetapi kriteria penilaian bisnis yang kritis.

7.2. Ekspansi ke Pasar Negara Berkembang (Asia Pasifik dan Timur Tengah)

Meskipun pasar Amerika Utara dan Eropa sudah jenuh, pertumbuhan pesat perjalanan domestik dan internasional di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Amerika Latin mendorong jaringan hotel untuk mengalihkan fokus ekspansi mereka ke wilayah ini. Peningkatan kelas menengah di Tiongkok, India, dan Asia Tenggara menciptakan permintaan besar untuk akomodasi merek internasional.

Ekspansi di pasar-pasar ini memerlukan strategi yang berbeda, seringkali menekankan pada kemitraan lokal, pemahaman mendalam tentang budaya perjalanan setempat, dan penyesuaian penawaran F&B yang disesuaikan dengan selera regional. Kontrak manajemen sering menjadi model pilihan di pasar-pasar ini, di mana kepemilikan aset didominasi oleh investor regional yang mencari keahlian operasional global.

7.3. Integrasi Pengalaman Fisik dan Digital (Phygital)

Masa depan pengalaman tamu akan menggabungkan yang terbaik dari dunia fisik dan digital. Ini termasuk ruang lobi yang dirancang ulang untuk memfasilitasi interaksi sosial atau kerja (co-working spaces), kamar hotel modular yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tamu, dan integrasi yang lebih dalam dengan teknologi 5G dan IoT (Internet of Things).

Konsep "Hotel sebagai Platform" akan memungkinkan tamu untuk mengakses semua layanan hotel—dan layanan pihak ketiga di luar hotel—melalui aplikasi jaringan mereka. Misalnya, memesan spa, reservasi restoran lokal, atau tiket atraksi, semuanya dikoordinasikan melalui sistem terpusat hotel. Tujuan akhirnya adalah menciptakan ekosistem layanan yang tidak terputus, memperpanjang jangkauan merek jauh melampaui pintu kamar tidur.

Keberhasilan hotel jaringan di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk mempertahankan konsistensi global sambil menawarkan pengalaman yang terasa unik dan dipersonalisasi di tingkat lokal. Investasi berkelanjutan dalam teknologi, manajemen data yang canggih, dan komitmen yang teguh terhadap nilai merek adalah kunci untuk menavigasi kompleksitas pasar pariwisata global yang terus berubah.

VIII. Kesimpulan: Jaringan Hotel sebagai Arsitek Industri Pariwisata Global

Hotel jaringan adalah lebih dari sekadar koleksi bangunan; mereka adalah mesin kompleks yang menggabungkan kekuatan modal, kecanggihan teknologi, dan disiplin operasional yang mendalam. Mereka telah menjadi arsitek lanskap pariwisata modern, mendefinisikan standar layanan, dan menggerakkan sebagian besar arus perjalanan bisnis dan rekreasi global.

Sinergi yang tercipta antara model waralaba yang memfasilitasi ekspansi cepat dan kontrak manajemen yang memastikan kontrol kualitas di properti premium memungkinkan jaringan untuk mendominasi segmen pasar yang berbeda secara simultan. Ini adalah strategi fleksibel yang meminimalkan risiko modal sambil memaksimalkan jangkauan merek.

Tantangan yang tersisa menuntut inovasi berkelanjutan. Jaringan harus terus berinvestasi besar-besaran dalam keamanan siber, melatih staf agar mahir dalam interaksi digital dan personal, serta menyesuaikan jejak karbon mereka agar selaras dengan tuntutan ESG global. Pada akhirnya, jaringan yang paling sukses di masa depan adalah yang mampu menggabungkan efisiensi skala global dengan sentuhan manusiawi yang otentik, menggunakan data bukan untuk menggantikan interaksi, melainkan untuk memperdalamnya.

Kapasitas hotel jaringan untuk mengumpulkan dan memanfaatkan data pelanggan, ditambah dengan kekuatan program loyalitas mereka, menjamin bahwa mereka akan tetap menjadi pemain dominan. Mereka tidak hanya menjual kamar, tetapi juga menjual kepercayaan, prediktabilitas, dan akses ke dunia layanan yang terintegrasi, yang semuanya didukung oleh janji merek yang teruji waktu.