Hiperlipemia, atau yang juga sering disebut sebagai dislipidemia, merupakan kondisi medis yang ditandai dengan kadar lipid (lemak) yang abnormal tinggi di dalam darah. Kondisi ini bukan hanya sekadar kelainan metabolik yang terisolasi, melainkan merupakan salah satu faktor risiko modifikasi terbesar dan paling signifikan dalam etiologi penyakit kardiovaskular aterosklerotik (ASCVD), termasuk penyakit jantung koroner (PJK), stroke iskemik, dan penyakit arteri perifer.
Memahami hiperlipemia memerlukan penyelaman mendalam ke dalam dunia biokimia lipoprotein, jalur metabolisme, klasifikasi genetik, hingga strategi terapeutik yang terus berkembang, mulai dari modifikasi gaya hidup intensif hingga obat-obatan penurun lipid generasi terbaru seperti penghambat PCSK9.
Secara harfiah, hiperlipemia merujuk pada peningkatan konsentrasi lipid dalam plasma. Lipid yang paling relevan secara klinis adalah kolesterol total, kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL), kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL), dan trigliserida (TG).
Kolesterol adalah molekul steroid penting yang esensial untuk fungsi membran sel, sintesis hormon steroid (seperti kortisol, testosteron, dan estrogen), dan produksi asam empedu. Namun, peningkatan kadarnya dalam darah, terutama fraksi LDL, berkorelasi kuat dengan risiko aterosklerosis.
LDL bertanggung jawab membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. Ketika kadarnya berlebihan, partikel LDL dapat teroksidasi dan terperangkap di dinding arteri, memicu respons inflamasi yang berujung pada pembentukan plak aterosklerotik. Oleh karena itu, LDL merupakan target utama dalam terapi penurun lipid.
HDL melakukan fungsi reverse cholesterol transport, yaitu mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hati untuk dieliminasi atau didaur ulang. Kadar HDL yang tinggi secara tradisional dianggap protektif terhadap ASCVD, meskipun upaya untuk menaikkan HDL secara farmakologis belum menunjukkan manfaat kardiovaskular yang signifikan.
Trigliserida adalah bentuk penyimpanan utama lemak dalam tubuh, berfungsi sebagai cadangan energi. Kadar TG yang sangat tinggi (hipertrigliseridemia berat, >500 mg/dL atau >1000 mg/dL) membawa risiko spesifik, yaitu pankreatitis akut, selain menjadi faktor risiko independen untuk penyakit jantung.
Hiperlipemia memiliki prevalensi yang sangat tinggi secara global, seiring dengan meningkatnya pola diet Barat dan gaya hidup sedentari. Di banyak negara maju dan berkembang, hiperkolesterolemia diderita oleh sepertiga hingga setengah dari populasi dewasa. Beban penyakit utamanya berasal dari komplikasi kardiovaskular. ASCVD tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, dan hiperlipemia berperan sentral dalam patogenesisnya. Penanganan hiperlipemia yang efektif terbukti dapat menurunkan insiden infark miokard, revaskularisasi koroner, dan stroke.
Lipid, karena sifatnya yang hidrofobik, tidak dapat beredar bebas dalam plasma (air). Mereka harus dikemas dalam struktur partikel yang disebut lipoprotein. Lipoprotein memiliki inti hidrofobik (trigliserida dan ester kolesterol) yang dikelilingi oleh cangkang hidrofilik (fosfolipid, kolesterol bebas, dan apolipoprotein).
Apolipoprotein (Apo) tidak hanya memberikan integritas struktural pada lipoprotein tetapi juga berfungsi sebagai ligan untuk reseptor seluler dan kofaktor untuk enzim. Beberapa Apo yang paling penting meliputi:
Metabolisme lipoprotein dibagi menjadi dua jalur utama yang saling berhubungan erat:
Jalur ini dimulai dengan lipid yang diserap dari makanan di usus. Trigliserida dan kolesterol diet dikemas menjadi kilomikron. Kilomikron dilepaskan ke sistem limfatik dan kemudian ke sirkulasi darah. Di kapiler jaringan adiposa dan otot, Lipoprotein Lipase (LPL) memecah trigliserida dalam kilomikron, melepaskan asam lemak bebas yang dapat digunakan sebagai energi atau disimpan. Setelah kehilangan sebagian besar TG, yang tersisa adalah kilomikron remnant, yang kaya kolesterol dan kemudian dieliminasi oleh hati melalui reseptor LDL dan Reseptor Remnant.
Jalur ini berfokus pada transportasi lipid yang disintesis oleh hati. Hati memproduksi VLDL (Very Low-Density Lipoprotein), yang sangat kaya trigliserida. VLDL dilepaskan ke sirkulasi. Seperti kilomikron, VLDL juga mengalami hidrolisis oleh LPL. Proses ini mengubah VLDL menjadi IDL (Intermediate-Density Lipoprotein), yang kemudian dapat dieliminasi oleh hati atau diubah lebih lanjut menjadi LDL. LDL mengandung konsentrasi kolesterol tertinggi dan memiliki waktu paruh yang lama, menjadikannya penyumbang utama risiko aterosklerotik.
Alt Text: Diagram sederhana yang menunjukkan partikel lipoprotein (HDL kecil, LDL sedang, VLDL besar) yang bersirkulasi dalam cairan plasma. VLDL kaya akan Trigliserida.
Hiperlipemia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi (primer/sekunder) dan juga berdasarkan fenotipik lipoprotein yang dominan meningkat dalam plasma (Klasifikasi Fredrickson).
Ini disebabkan oleh cacat genetik tunggal atau gabungan (monogenik atau poligenik) yang memengaruhi sintesis, katabolisme, atau transport lipoprotein. Bentuk yang paling penting adalah Hiperkolesterolemia Familial (FH).
Ini jauh lebih umum dan timbul sebagai konsekuensi dari penyakit lain, diet, atau obat-obatan. Penanganan kondisi yang mendasari sering kali dapat memperbaiki profil lipid.
Penyebab sekunder utama meliputi:
Klasifikasi ini, meskipun kurang digunakan dalam praktik sehari-hari dibanding profil lipid standar, berguna untuk memahami bentuk genetik dislipidemia:
| Tipe | Lipoprotein yang Meningkat | Karakteristik Biokimia |
|---|---|---|
| Tipe I | Kilomikron | TG Sangat Tinggi; Kolesterol normal/sedikit meningkat. |
| Tipe IIa | LDL | Kolesterol Tinggi (LDL dominan); TG normal. (Contoh: FH) |
| Tipe IIb | LDL dan VLDL | Kolesterol dan TG keduanya meningkat. (Contoh: Hiperlipemia Kombinasi Familial) |
| Tipe III | IDL (Remnant) | Kolesterol dan TG meningkat; Disebut disbetalipoproteinemia. |
| Tipe IV | VLDL | TG meningkat; Kolesterol normal/sedikit meningkat. (Contoh: Hipertrigliseridemia Familial) |
| Tipe V | Kilomikron dan VLDL | TG Sangat Tinggi; Kolesterol meningkat. Risiko pankreatitis sangat tinggi. |
Tipe IIa (Hiperkolesterolemia murni) dan Tipe IV (Hipertrigliseridemia murni) adalah yang paling sering ditemui dalam populasi umum.
Hubungan antara peningkatan LDL dan penyakit kardiovaskular dimediasi oleh proses patologis yang dikenal sebagai aterosklerosis, proses inflamasi kronis yang dipicu oleh penahanan lipoprotein di dinding pembuluh darah.
Langkah kunci dalam patogenesis adalah ketika partikel LDL, terutama bentuk kecil dan padat yang umum pada dislipidemia aterogenik (seperti pada pasien diabetes), melewati lapisan endotel dan terperangkap di ruang subendotelial arteri. Di sana, LDL mengalami modifikasi kimia, utamanya melalui oksidasi. LDL teroksidasi bersifat sangat pro-inflamasi dan sitotoksik.
LDL teroksidasi menarik monosit dari sirkulasi. Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang kemudian mulai menelan LDL teroksidasi dalam jumlah besar melalui reseptor pembersih (scavenger receptors), bukan Reseptor LDL normal. Pengambilan lipid yang masif ini mengubah makrofag menjadi "sel busa" (foam cells), yang merupakan ciri khas awal pembentukan plak aterosklerotik (fatty streak).
Akumulasi sel busa, migrasi sel otot polos ke lapisan intima, dan deposisi matriks ekstraseluler menyebabkan pertumbuhan plak. Plak yang stabil dikelilingi oleh topi fibrosa yang tebal. Namun, plak yang ‘rentan’ (vulnerable plaque) memiliki topi fibrosa yang tipis dan inti lipid yang besar. Ruptur plak rentan ini adalah peristiwa klinis yang paling ditakuti. Ruptur mengekspos isi plak yang sangat trombogenik ke aliran darah, memicu kaskade koagulasi yang cepat, pembentukan trombus akut, dan akhirnya menyebabkan oklusi total pembuluh darah. Ini adalah mekanisme di balik infark miokard akut dan stroke iskemik.
Alt Text: Skema potongan melintang arteri yang menunjukkan plak aterosklerotik (inti lipid berwarna kuning) yang menyempitkan lumen pembuluh darah di bawah lapisan endotel.
Diagnosis hiperlipemia didasarkan pada pemeriksaan profil lipid puasa, meskipun beberapa panduan terbaru telah mempertimbangkan pemeriksaan non-puasa, terutama untuk skrining Trigliserida. Penilaian risiko kardiovaskular adalah langkah krusial untuk menentukan intensitas terapi.
Profil lipid idealnya dilakukan setelah puasa 9–12 jam (khususnya untuk pengukuran TG yang akurat). Parameter yang diukur meliputi:
Rumus: LDL = Kolesterol Total – HDL – (TG/5). Perhitungan ini tidak valid bila kadar trigliserida sangat tinggi (biasanya >400 mg/dL atau >4.5 mmol/L).
Non-HDL kolesterol (Kolesterol Total minus HDL) sering dianggap sebagai prediktor risiko yang lebih baik daripada LDL sendiri, terutama pada pasien dengan hipertrigliseridemia, karena Non-HDL mencakup semua partikel aterogenik (LDL, VLDL, IDL, dan lipoprotein(a)).
Terapi hiperlipemia harus bersifat individualistik dan didasarkan pada risiko 10 tahun seseorang untuk ASCVD. Panduan klinis global (misalnya, AHA/ACC dan ESC) membagi pasien ke dalam kategori risiko (Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah).
Pasien dengan riwayat ASCVD yang terdokumentasi (PJK, stroke iskemik non-kardiogenik, penyakit arteri perifer) atau mereka yang memiliki faktor risiko majemuk (misalnya, diabetes tipe 2 yang parah, Hiperkolesterolemia Familial, atau skor risiko >20%). Target LDL untuk kelompok ini sangat ketat.
Pasien dengan Diabetes Mellitus, Penyakit Ginjal Kronis, atau skor risiko 10 tahun antara 10%–20%. Target LDL yang lebih agresif diperlukan.
Target pengobatan utama adalah menurunkan LDL. Strategi modern berfokus pada intensitas terapi (dosis statin) yang dibutuhkan untuk mencapai penurunan persentase LDL tertentu, bukan hanya mencapai ambang batas absolut. Namun, untuk pasien risiko sangat tinggi, target absolut sering ditetapkan sangat rendah (misalnya, LDL <55 mg/dL atau <70 mg/dL, tergantung panduan).
Modifikasi gaya hidup adalah intervensi lini pertama dan tetap menjadi landasan penting dalam semua tingkatan risiko hiperlipemia, bahkan ketika terapi obat diperlukan.
Tujuan utama MNT adalah menurunkan asupan lemak jenuh dan kolesterol diet, serta meningkatkan asupan serat larut dan senyawa penurun kolesterol alami.
Aktivitas fisik teratur, terutama latihan aerobik, memiliki efek menguntungkan yang signifikan pada profil lipid, terutama dalam menaikkan kadar HDL dan menurunkan trigliserida. Minimal 150 menit per minggu dari aktivitas aerobik intensitas sedang, atau 75 menit intensitas tinggi, direkomendasikan.
Penurunan berat badan pada pasien obesitas atau kelebihan berat badan sangat efektif, terutama untuk memperbaiki hipertrigliseridemia dan dislipidemia aterogenik. Penurunan berat badan sebesar 5%–10% dari berat awal sering kali dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki seluruh profil lipid.
Jika modifikasi gaya hidup intensif gagal mencapai target LDL yang diperlukan, terutama pada pasien risiko tinggi, terapi farmakologis menjadi esensial. Kelas obat yang digunakan bekerja pada berbagai titik dalam jalur metabolisme lipid.
Statin adalah terapi penurun lipid lini pertama dan paling efektif. Mereka bekerja dengan menghambat HMG-CoA reduktase, enzim kunci dalam jalur sintesis kolesterol di hati (jalur mevalonat).
Inhibisi sintesis kolesterol hati menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL di permukaan hepatosit. Reseptor yang meningkat ini kemudian membersihkan partikel LDL dari sirkulasi secara lebih efisien, menghasilkan penurunan kadar LDL yang signifikan (hingga 60% pada dosis tinggi).
Terapi statin diklasifikasikan berdasarkan kemampuan mereka menurunkan LDL:
Selain menurunkan lipid, statin memiliki efek anti-inflamasi, meningkatkan stabilitas plak, memperbaiki fungsi endotel, dan mengurangi risiko trombosis. Efek pleiotropik ini berkontribusi signifikan pada manfaat kardiovaskular mereka yang melampaui sekadar penurunan LDL.
Statin umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah miopati (nyeri otot) dan peningkatan transaminase hati. Rhabdomyolysis (kerusakan otot yang parah) adalah komplikasi yang jarang tetapi serius. Pengawasan fungsi hati dan kreatinin kinase diperlukan secara berkala, terutama saat memulai terapi dosis tinggi.
Ezetimibe bekerja dengan menghambat protein NPC1L1 di batas sikat usus halus, yang bertanggung jawab untuk penyerapan kolesterol diet dan kolesterol empedu. Ezetimibe menurunkan LDL sekitar 15%–20% dan sering digunakan sebagai terapi tambahan ketika statin dosis maksimum tidak cukup atau tidak ditoleransi.
Fibrat (seperti Fenofibrat dan Gemfibrozil) adalah obat pilihan utama untuk manajemen hipertrigliseridemia berat (khususnya untuk menurunkan risiko pankreatitis) dan hiperlipemia kombinasi.
Fibrat bekerja sebagai agonis pada reseptor PPAR-α (Peroxisome proliferator-activated receptor alpha), yang menyebabkan:
Ini adalah kelas obat biologis yang relatif baru, diberikan melalui suntikan subkutan (Evolocumab, Alirocumab). Mereka merupakan terapi penurun LDL yang paling kuat saat ini.
PCSK9 adalah protein yang secara normal menghancurkan reseptor LDL di hati. Dengan menghambat PCSK9, obat ini meningkatkan jumlah reseptor LDL yang tersedia di permukaan hati, yang menghasilkan pembersihan LDL yang sangat cepat dari sirkulasi.
Obat ini ditujukan untuk pasien risiko sangat tinggi yang tidak dapat mencapai target LDL meskipun menggunakan statin dosis tinggi plus ezetimibe, terutama pada pasien dengan Hiperkolesterolemia Familial.
Asam lemak omega-3 dosis farmasi (misalnya 4 gram per hari) sangat efektif dalam menurunkan trigliserida (hingga 45%) dan memiliki manfaat kardiovaskular independen, terutama Icosapent ethyl, yang ditunjukkan untuk mengurangi risiko ASCVD residu pada pasien dengan TG tinggi meskipun telah menggunakan statin.
Banyak pasien risiko tinggi memerlukan terapi kombinasi. Kombinasi statin dengan ezetimibe adalah yang paling umum. Kombinasi statin dan fibrat (misalnya fenofibrat) dapat digunakan pada dislipidemia kombinasi berat, namun kombinasi statin dan Gemfibrozil harus dihindari karena peningkatan risiko toksisitas otot yang signifikan.
Ketika kadar trigliserida plasma melebihi 500 mg/dL, fokus terapi bergeser dari pencegahan ASCVD ke pencegahan pankreatitis akut, suatu kondisi yang berpotensi fatal.
Penyebab paling umum termasuk kombinasi antara predisposisi genetik (misalnya, defisiensi LPL parsial) dengan faktor sekunder yang memicu, seperti diabetes yang tidak terkontrol, konsumsi alkohol berat, atau estrogen dosis tinggi.
Untuk TG >1000 mg/dL, penurunan cepat diperlukan. Intervensi akut meliputi:
Penurunan trigliserida hingga di bawah 500 mg/dL secara signifikan mengurangi risiko pankreatitis akut.
FH adalah kondisi genetik yang memerlukan intervensi agresif dan dini. Karena paparan kolesterol tinggi dimulai sejak lahir, pasien FH berisiko tinggi terkena PJK pada usia muda (bahkan pada usia 20-an atau 30-an).
Skrining lipid direkomendasikan untuk anak-anak dengan riwayat keluarga PJK dini atau FH. Intervensi dimulai dengan gaya hidup. Terapi statin biasanya dipertimbangkan jika LDL tetap tinggi (>190 mg/dL atau >160 mg/dL dengan faktor risiko lain) setelah usia 8-10 tahun.
Kehamilan secara fisiologis meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Namun, statin bersifat teratogenik dan dikontraindikasikan selama kehamilan dan menyusui. Wanita dengan FH atau hipertrigliseridemia berat yang membutuhkan pengobatan harus beralih ke agen yang aman (seperti resin pengikat asam empedu untuk kolesterol atau omega-3 dosis tinggi untuk TG) atau menghentikan pengobatan sementara hingga pasca-melahirkan.
Penelitian terus berlanjut untuk menargetkan apolipoprotein spesifik, sintesis lipid, dan genetik, membuka jalan bagi terapi yang lebih presisi.
Lp(a) adalah lipoprotein aterogenik dan protrombotik yang kadarnya ditentukan secara genetik. Saat ini, statin tidak efektif menurunkannya. Obat-obatan baru yang menggunakan teknologi antisense oligonucleotide atau small interfering RNA (siRNA) untuk menghambat sintesis Apo(a) di hati telah menunjukkan potensi besar dalam studi klinis fase III, menawarkan harapan baru bagi pasien dengan Lp(a) tinggi dan risiko residual yang signifikan.
Obat seperti Bempedoic Acid bekerja pada jalur sintesis kolesterol di hulu HMG-CoA reduktase. Obat ini efektif menurunkan LDL dan memberikan alternatif untuk pasien yang mengalami intoleransi otot total terhadap statin, karena obat ini memerlukan aktivasi di hati dan kurang aktif di jaringan otot.
Untuk bentuk monogenik hiperlipemia yang paling parah, seperti defisiensi LPL homozigot atau HoFH, penelitian sedang mengeksplorasi terapi genetik, di mana materi genetik yang benar dimasukkan ke dalam sel pasien untuk memperbaiki cacat genetik yang mendasari.
Kepatuhan jangka panjang adalah faktor penentu keberhasilan manajemen hiperlipemia. Hiperlipemia seringkali asimtomatik (tanpa gejala) hingga terjadi peristiwa kardiovaskular akut, yang membuat pasien sulit mempertahankan motivasi terapi.
Karena hiperlipemia adalah kondisi kronis yang berkaitan dengan faktor genetik dan gaya hidup, terapi, terutama statin, seringkali harus dilanjutkan seumur hidup. Penghentian obat dapat menyebabkan kadar LDL kembali naik dalam beberapa minggu, menghapus efek perlindungan plak yang telah dicapai.
Intoleransi statin adalah penyebab umum ketidakpatuhan. Pasien harus didorong untuk melaporkan gejala otot, tetapi diagnosis intoleransi otot statin sejati harus dikonfirmasi melalui challenge test atau penggunaan statin alternatif pada dosis rendah. Pendekatan seperti dosis mingguan atau penggunaan agen non-statin (seperti Bempedoic Acid, Ezetimibe, atau PCSK9i) harus dipertimbangkan secara proaktif.
Penurunan kadar lipid, terutama LDL, telah berulang kali dibuktikan sebagai strategi yang paling efektif dalam pencegahan primer dan sekunder penyakit kardiovaskular. Dengan pendekatan multidisiplin yang meliputi diet ketat, peningkatan aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan yang ditargetkan dan intensif, risiko komplikasi serius dari hiperlipemia dapat diminimalkan secara drastis.
Hiperlipemia adalah kondisi yang menuntut perhatian klinis berkelanjutan, didasarkan pada pemahaman mendalam tentang biokimia kompleks partikel lipoprotein dan risiko yang melekat pada aterosklerosis. Pengelolaan yang berhasil tidak hanya fokus pada angka laboratorium, tetapi pada mitigasi risiko global pasien melalui strategi terapeutik yang komprehensif dan adaptif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
***
Pemahaman mendalam tentang statin, sebagai pilar terapi, krusial. Statin memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal farmakokinetik. Mereka diklasifikasikan sebagai lipofilik (Simvastatin, Lovastatin, Atorvastatin) atau hidrofilik (Pravastatin, Rosuvastatin). Statin lipofilik cenderung berpenetrasi lebih mudah ke dalam sel non-hati, berpotensi meningkatkan risiko miopati, sementara statin hidrofilik lebih selektif hati. Namun, kedua kelas terbukti sama efektifnya dalam studi klinis besar.
Sebagian besar statin, khususnya Simvastatin, Lovastatin, dan Atorvastatin, dimetabolisme oleh sistem enzim sitokrom P450 (CYP) di hati, terutama CYP3A4. Hal ini menyebabkan potensi interaksi obat yang signifikan dengan penghambat CYP3A4, seperti klaritromisin atau itrakonazol, yang dapat meningkatkan kadar statin dalam darah dan risiko toksisitas otot. Sebaliknya, Rosuvastatin dan Pravastatin dimetabolisme melalui jalur non-CYP3A4, menawarkan profil interaksi obat yang lebih aman, menjadikannya pilihan ideal untuk pasien yang membutuhkan banyak obat lain.
Meskipun Rhabdomyolysis jarang, nyeri otot (myalgia) adalah keluhan yang sangat umum yang menyebabkan pasien menghentikan pengobatan. Myalgia dapat terjadi bahkan tanpa peningkatan kreatinin kinase (CK) yang signifikan. Protokol penanganan meliputi penghentian statin sementara untuk menilai regresi gejala, kemudian mencoba dosis statin yang sama pada interval waktu yang berbeda (e.g., dua kali seminggu), atau beralih ke statin yang berbeda (terutama Rosuvastatin atau Pravastatin karena sifat hidrofiliknya), atau menggunakan dosis rendah kombinasi dengan Ezetimibe atau Bempedoic Acid. Kesadaran bahwa efek plasebo (nocebo effect) berkontribusi pada banyak kasus myalgia juga penting bagi edukasi pasien.
Banyak pasien yang mencapai target LDL yang sangat rendah dengan statin masih mengalami peristiwa kardiovaskular—fenomena yang dikenal sebagai risiko residual. Salah satu kontributor utama risiko residual adalah peningkatan kadar Lipoprotein(a) atau Lp(a).
Lp(a) secara struktural menyerupai partikel LDL tetapi memiliki protein tambahan yang disebut apolipoprotein(a). Lp(a) memiliki dua peran patologis: (1) ia aterogenik (menyebabkan plak) karena kemiripannya dengan LDL, dan (2) ia protrombotik karena apolipoprotein(a) meniru plasminogen dan mengganggu fibrinolisis, meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah.
Kadar Lp(a) ditentukan secara genetik dan relatif konstan sepanjang hidup. Pengukuran direkomendasikan setidaknya sekali pada pasien dengan risiko tinggi, riwayat keluarga penyakit jantung dini, atau kegagalan mencapai target LDL meskipun terapi intensif. Saat ini, target untuk Lp(a) belum ditetapkan secara universal, tetapi kadar di atas 50 mg/dL sering dianggap berisiko tinggi.
Satu-satunya intervensi yang secara signifikan dan andal menurunkan Lp(a) saat ini adalah LDL apheresis. Namun, pengembangan obat-obatan berbasis teknologi RNA, seperti pelacarsen (antisense oligonucleotide) dan leqvio (siRNA), menunjukkan penurunan Lp(a) hingga 80-90% dan sedang dievaluasi untuk manfaat klinis kardiovaskular dalam uji coba besar, yang mungkin merevolusi penanganan kondisi ini.
Hiperlipemia sekunder yang terkait dengan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2 (DM T2) memiliki ciri khas yang disebut dislipidemia aterogenik. Ini adalah trias patologis yang ditandai oleh peningkatan trigliserida, penurunan HDL, dan dominasi partikel LDL kecil, padat, dan sangat aterogenik.
Resistensi insulin adalah inti dari dislipidemia ini. Resistensi insulin menyebabkan peningkatan aliran asam lemak bebas dari jaringan adiposa ke hati. Hal ini memicu hati untuk meningkatkan sintesis VLDL (tinggi TG). Selain itu, pertukaran TG antara VLDL/kilomikron dan HDL/LDL menjadi tidak seimbang, menghasilkan partikel LDL yang lebih kecil (karena hidrolisis trigliserida yang lebih efisien) dan partikel HDL yang lebih cepat dieliminasi, sehingga kadarnya rendah.
Pada pasien DM T2, manajemen glukosa darah yang ketat harus berjalan paralel dengan terapi lipid. Statin adalah wajib bagi hampir semua pasien DM T2 dewasa. Obat antidiabetes yang juga memiliki efek positif pada lipid, seperti Metformin (menurunkan VLDL dan TG) atau Tiazolidinedion (meningkatkan HDL), dapat menjadi tambahan yang bermanfaat. Untuk TG tinggi, Fibrat atau Omega-3 dosis farmasi sering ditambahkan.
Resin pengikat asam empedu (misalnya Cholestyramine, Colesevelam) adalah salah satu kelas penurun kolesterol tertua. Meskipun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan statin dan sering kali menyebabkan efek samping gastrointestinal (kembung, konstipasi), mereka tetap memiliki peran penting.
Obat ini bekerja di saluran pencernaan dengan mengikat asam empedu, mencegah reabsorpsi enterohepatik. Hati dipaksa untuk mengubah kolesterol serum menjadi asam empedu untuk mengganti kerugian, yang meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan menurunkan LDL serum.
Resin berguna pada: (1) pasien dengan FH yang membutuhkan terapi kombinasi, (2) pasien intoleran statin yang tidak menoleransi Ezetimibe, dan (3) wanita hamil dengan hiperkolesterolemia berat, karena resin tidak diserap secara sistemik.
HoFH adalah bentuk hiperkolesterolemia genetik yang paling langka dan paling parah. Pasien sering memiliki dua alel mutan, menghasilkan sangat sedikit atau tidak ada reseptor LDL fungsional. Kadar LDL HoFH sering melebihi 500 mg/dL, dan tanpa intervensi, kematian kardiovaskular dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penanganan HoFH sangat intensif dan multidisiplin. Terapi yang digunakan meliputi:
Hiperlipemia adalah musuh yang sunyi dan progresif. Pengendaliannya memerlukan perubahan paradigma dari pengobatan penyakit akut menjadi manajemen risiko kronis yang proaktif. Data klinis dari uji coba besar selama beberapa dekade telah secara meyakinkan menunjukkan bahwa semakin rendah kadar LDL yang dicapai, dan semakin dini intervensi dimulai, semakin besar pula manfaat kardiovaskular yang diperoleh.
Kunci keberhasilan terletak pada personalisasi terapi—mengidentifikasi kategori risiko individu, memahami etiologi dislipidemia (primer atau sekunder), dan memilih kombinasi terapi (gaya hidup, statin, ezetimibe, PCSK9i, atau lainnya) yang memungkinkan pasien mencapai target agresif tanpa mengorbankan kualitas hidup. Dengan penemuan-penemuan baru di bidang bioteknologi, masa depan penanganan hiperlipemia menjanjikan intervensi yang lebih bertarget, bahkan untuk mereka yang secara genetik paling berisiko.
Materi ini disajikan sebagai informasi komprehensif mengenai kondisi hiperlipemia dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional.