Merkuri, dengan simbol kimia Hg dan nomor atom 80, adalah salah satu elemen kimia yang paling unik dan memiliki sejarah yang kaya dalam peradaban manusia. Dikenal juga sebagai raksa atau quicksilver, ia adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar standar. Sifatnya yang cair, berwarna perak, dan berkilau telah memukau manusia selama ribuan tahun, menjadikannya subjek eksplorasi ilmiah, praktik alkimia, dan berbagai aplikasi industri yang luas.
Namun, di balik pesona dan kegunaannya yang multifaset, merkuri juga menyimpan sisi gelap yang berbahaya. Logam ini adalah neurotoksin kuat yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf, ginjal, dan paru-paru manusia, serta memiliki dampak lingkungan yang merusak. Pemahaman mendalam tentang merkuri, dari sifat dasarnya hingga interaksinya dengan kehidupan dan lingkungan, adalah krusial dalam upaya melindungi kesehatan publik dan ekosistem.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek terkait merkuri (Hg): sejarahnya yang panjang, sifat-sifat fisik dan kimianya yang menarik, berbagai aplikasinya di masa lalu dan sekarang, toksisitas dan mekanisme keracunannya, dampak lingkungannya yang meluas, serta upaya global untuk mengelola dan mengurangi eksposur terhadap logam berbahaya ini. Dengan memahami kompleksitas merkuri, kita dapat lebih menghargai pentingnya penanganan yang aman dan mencari alternatif yang lebih hijau.
Sejarah Panjang Merkuri
Penggunaan merkuri oleh manusia telah tercatat sejak zaman kuno, jauh sebelum ilmu kimia modern berkembang. Kehadirannya yang mencolok sebagai cairan logam telah menarik perhatian berbagai peradaban, yang menggunakannya dalam praktik spiritual, medis, kosmetik, dan metalurgi awal.
Merkuri di Peradaban Kuno
Mesir Kuno: Sisa-sisa merkuri telah ditemukan di makam-makam Mesir Kuno yang berasal dari sekitar 1500 SM. Diduga digunakan dalam ritual keagamaan atau sebagai bagian dari ramuan kuno.
Tiongkok Kuno: Merkuri memiliki peran sentral dalam alkimia Tiongkok dan praktik pengobatan tradisional. Para kaisar, termasuk Qin Shi Huang (kaisar pertama Tiongkok), konon mengonsumsi ramuan merkuri dengan harapan mendapatkan keabadian, meskipun ironisnya hal ini kemungkinan besar mempercepat kematian mereka akibat keracunan. Merkuri juga digunakan untuk menciptakan sungai-sungai buatan di makam kekaisaran.
India Kuno: Dalam pengobatan Ayurveda, merkuri (disebut rasa) dianggap sebagai elemen fundamental dan digunakan dalam berbagai formulasi obat, meskipun dengan pemahaman yang terbatas mengenai toksisitasnya.
Romawi dan Yunani Kuno: Bangsa Romawi dan Yunani mengenal merkuri dan menggunakannya dalam kosmetik, obat-obatan, dan untuk pemisahan emas. Pliny the Elder, seorang naturalis Romawi, mendokumentasikan penggunaannya dalam vermilion (merkuri sulfida) sebagai pigmen.
Peradaban Pra-Kolumbus: Bukti arkeologi menunjukkan penggunaan merkuri di Mesoamerika oleh peradaban Maya dan Olmec, terutama dalam ritual dan sebagai perhiasan.
Abad Pertengahan dan Era Alkimia
Selama Abad Pertengahan, merkuri menjadi elemen kunci dalam alkimia, seni kuno yang bertujuan mengubah logam dasar menjadi emas. Para alkemis meyakini bahwa merkuri adalah salah satu dari tiga 'prinsip filosofis' (bersama dengan sulfur dan garam) yang membentuk semua materi. Mereka melakukan eksperimen ekstensif dengan merkuri, mengamati sifat-sifatnya yang unik, meskipun banyak dari eksperimen ini tanpa disadari membahayakan kesehatan mereka.
Dokter abad pertengahan seperti Paracelsus juga mengadvokasi penggunaan merkuri dalam pengobatan, mempercayai bahwa "racun dapat menjadi obat." Ini memicu penggunaan merkuri dalam pengobatan sifilis dan kondisi lainnya, sebuah praktik yang berlanjut hingga abad ke-20 meskipun dengan hasil yang seringkali merugikan pasien.
Revolusi Ilmiah dan Penggunaan Industri
Dengan dimulainya Revolusi Ilmiah pada abad ke-17 dan ke-18, pemahaman tentang merkuri mulai bergeser dari alkimia ke kimia empiris. Antoine Lavoisier, salah satu bapak kimia modern, melakukan eksperimen penting dengan merkuri oksida untuk memahami komposisi udara dan teori pembakaran.
Penemuan-penemuan ini membuka jalan bagi penggunaan merkuri dalam berbagai instrumen ilmiah dan industri:
Termometer: Gabriel Fahrenheit menciptakan termometer merkuri pada awal abad ke-18, merevolusi pengukuran suhu yang akurat.
Barometer: Evangelista Torricelli menemukan barometer merkuri, memungkinkan pengukuran tekanan atmosfer yang presisi.
Sphygmomanometer: Alat pengukur tekanan darah ini juga mengandalkan kolom merkuri.
Pertambangan Emas: Sejak abad ke-16, merkuri digunakan secara ekstensif dalam proses amalgamasi untuk mengekstrak emas dari bijihnya, sebuah praktik yang sangat umum di Amerika Selatan dan terus berlanjut di pertambangan emas skala kecil hingga saat ini.
Pada abad ke-19 dan ke-20, aplikasi merkuri semakin meluas, termasuk dalam lampu fluoresen, sakelar listrik, baterai, pestisida, dan amalgam gigi. Namun, seiring dengan peningkatan penggunaan ini, pemahaman tentang bahaya toksisitasnya juga mulai tumbuh, memicu penelitian lebih lanjut dan, pada akhirnya, upaya untuk mengurangi paparannya.
Sifat-sifat Fisika dan Kimia Merkuri (Hg)
Merkuri adalah elemen transisi dalam blok d dari tabel periodik, kelompok 12 (IIB). Sifat-sifat uniknya adalah kunci dari berbagai aplikasi dan juga bahayanya.
Sifat Fisika
Tetesan Merkuri Cair menunjukkan tegangan permukaan tinggi
Sifat fisik merkuri yang paling menonjol adalah statusnya sebagai logam cair pada suhu dan tekanan standar. Ini adalah anomali di antara logam, yang sebagian besar padat pada suhu kamar.
Keadaan Fisik: Cair pada suhu kamar (titik leleh -38.83 °C, titik didih 356.73 °C). Ini memungkinkan merkuri digunakan dalam termometer dan barometer karena responsivitasnya terhadap perubahan suhu dan tekanan.
Warna dan Kilau: Berwarna perak keperakan yang mengkilap, menyerupai perak cair.
Densitas: Sangat padat (13.534 g/cm³ pada 25 °C), menjadikannya lebih padat daripada sebagian besar logam cair lainnya. Kepadatan ini menjelaskan mengapa merkuri dapat mengapungkan besi.
Konduktivitas: Konduktor listrik dan panas yang baik, meskipun tidak sebaik tembaga atau perak.
Tegangan Permukaan Tinggi: Memiliki tegangan permukaan yang sangat tinggi, yang menyebabkan tetesan merkuri membentuk bola-bola kecil yang sempurna di permukaan dan tidak membasahi sebagian besar material. Ini adalah alasan mengapa merkuri tidak menempel pada kaca termometer.
Tekanan Uap: Merkuri memiliki tekanan uap yang signifikan bahkan pada suhu kamar. Ini berarti uap merkuri dapat terlepas ke udara, dan uap inilah yang sangat toksik bila terhirup. Tekanan uap meningkat secara dramatis dengan suhu.
Kelarutan: Tidak larut dalam air atau pelarut organik lainnya.
Sifat Kimia
Merkuri adalah logam yang relatif tidak reaktif dibandingkan dengan banyak logam transisi lainnya, tetapi ia masih dapat membentuk berbagai senyawa dengan non-logam dan logam lainnya.
Reaksi dengan Udara: Pada suhu kamar, merkuri tidak bereaksi dengan oksigen. Namun, jika dipanaskan mendekati titik didihnya, ia akan bereaksi dengan oksigen membentuk merkuri(II) oksida (HgO), yang merupakan padatan merah atau oranye. HgO dapat terurai kembali menjadi merkuri dan oksigen pada suhu yang lebih tinggi.
Reaksi dengan Asam: Merkuri tidak bereaksi dengan sebagian besar asam encer seperti asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) karena posisinya di bawah hidrogen dalam deret elektrokimia. Namun, ia dapat larut dalam asam pengoksidasi kuat seperti asam nitrat (HNO3) atau asam sulfat pekat yang panas, membentuk garam merkuri.
Pembentukan Amalgam: Salah satu sifat kimia merkuri yang paling terkenal adalah kemampuannya untuk membentuk paduan (amalgam) dengan banyak logam lain, seperti emas, perak, seng, dan timah. Amalgam ini seringkali berupa cairan atau pasta. Besi adalah pengecualian, sehingga merkuri dapat disimpan dalam wadah besi. Sifat ini sangat penting dalam penambangan emas tradisional.
Bilangan Oksidasi: Merkuri biasanya menunjukkan bilangan oksidasi +1 (sebagai ion dimerik Hg₂²⁺) atau +2 (sebagai ion Hg²⁺) dalam senyawanya.
Senyawa Organomerkuri: Merkuri dapat membentuk senyawa kovalen dengan karbon, menghasilkan senyawa organomerkuri seperti metilmerkuri (CH₃Hg⁺) dan dimetilmerkuri ((CH₃)₂Hg). Senyawa-senyawa ini sangat beracun dan memiliki peran kunci dalam toksisitas merkuri di lingkungan.
Sumber dan Keberadaan Merkuri di Alam
Merkuri adalah unsur yang secara alami ada di kerak bumi, meskipun dalam konsentrasi yang relatif rendah. Keberadaannya tersebar luas, tetapi deposit komersialnya terbatas pada beberapa lokasi.
Deposit Alami
Sumber utama merkuri di alam adalah bijih cinnabar (merkuri sulfida, HgS). Cinnabar adalah mineral berwarna merah terang yang telah dikenal dan digunakan sejak zaman kuno sebagai pigmen dan sumber merkuri. Deposit cinnabar terbesar di dunia terletak di Almadén, Spanyol (sekarang sudah tidak beroperasi), Idrija, Slovenia, dan beberapa lokasi di Tiongkok dan Amerika Serikat.
Proses ekstraksi merkuri dari cinnabar biasanya melibatkan pemanasan bijih di udara terbuka, yang menguapkan merkuri sebagai gas dan kemudian mengembunkannya kembali menjadi cairan logam. Proses ini, jika tidak dikontrol dengan baik, melepaskan sejumlah besar uap merkuri toksik ke atmosfer.
Siklus Merkuri di Lingkungan
Merkuri secara alami bersirkulasi melalui atmosfer, air, dan tanah dalam siklus biogeokimia global. Siklus ini melibatkan transformasi kimia antar berbagai bentuk merkuri:
Emisi Alami: Letusan gunung berapi, pelapukan batuan, dan penguapan dari permukaan air dan tanah merupakan sumber alami merkuri ke atmosfer.
Transformasi Kimia: Merkuri yang diemisi ke atmosfer (kebanyakan sebagai merkuri elemental) dapat mengalami oksidasi dan kemudian mengendap ke permukaan bumi melalui hujan atau deposisi kering.
Biotransformasi: Di lingkungan akuatik (rawa, danau, laut), mikroorganisme dapat mengubah merkuri anorganik menjadi metilmerkuri, bentuk merkuri organik yang sangat toksik dan mudah diakumulasi dalam rantai makanan.
Sumber Antropogenik (Buatan Manusia)
Aktivitas manusia telah secara signifikan meningkatkan konsentrasi merkuri di lingkungan, melampaui emisi alami. Sumber antropogenik utama meliputi:
Pembakaran Batu Bara: Pembangkit listrik tenaga batu bara adalah sumber emisi merkuri terbesar di dunia. Batu bara secara alami mengandung merkuri, yang dilepaskan ke atmosfer saat dibakar.
Pertambangan Emas Skala Kecil (Artisanal and Small-Scale Gold Mining - ASGM): Ini adalah sumber emisi merkuri antropogenik terbesar kedua. Merkuri digunakan untuk mengamalgamasi emas dari bijih, dan kemudian merkuri diuapkan untuk memisahkan emas, melepaskan uap merkuri dalam jumlah besar.
Industri Klor-Alkali: Proses produksi klorin dan soda kaustik (NaOH) menggunakan sel merkuri dapat melepaskan merkuri ke lingkungan.
Produksi Semen: Pembakaran bahan baku yang mengandung merkuri dalam kiln semen.
Produk Bermerkuri: Pembuangan produk yang mengandung merkuri seperti termometer, lampu fluoresen, baterai, dan sakelar yang tidak tepat dapat melepaskan merkuri ke tempat pembuangan sampah dan kemudian ke lingkungan.
Pembakaran Sampah: Pembakaran sampah rumah tangga atau industri yang mengandung merkuri.
Peningkatan emisi merkuri dari aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan konsentrasi merkuri di atmosfer global, yang kemudian dapat mengendap di lokasi yang jauh dari sumber emisi, mencemari ekosistem darat dan air di seluruh dunia.
Aplikasi dan Penggunaan Merkuri
Sepanjang sejarah, merkuri telah digunakan dalam berbagai aplikasi karena sifat-sifatnya yang unik. Meskipun banyak dari penggunaan ini telah dihapuskan atau dibatasi karena kekhawatiran toksisitas, beberapa masih relevan hingga saat ini.
Penggunaan Historis dan Medis
Obat-obatan: Di masa lalu, merkuri digunakan dalam berbagai obat, termasuk untuk pengobatan sifilis, cacingan, dan sebagai diuretik. Namun, efek samping yang parah dan keracunan yang terjadi menyebabkan sebagian besar penggunaan medis ini ditinggalkan.
Amalgam Gigi: Campuran merkuri dengan perak, timah, dan tembaga telah digunakan sebagai tambalan gigi (amalgam) selama lebih dari 150 tahun. Ini adalah salah satu penggunaan merkuri yang paling kontroversial dan masih diperdebatkan hingga kini. Meskipun banyak otoritas kesehatan menganggap amalgam aman dalam jumlah kecil, beberapa negara telah membatasi atau melarang penggunaannya karena kekhawatiran tentang pelepasan uap merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan.
Kosmetik: Merkuri pernah digunakan dalam kosmetik pencerah kulit dan sabun. Praktik ini sangat berbahaya dan telah dilarang di banyak negara.
Instrumen Ilmiah dan Industri
Ilustrasi Termometer Merkuri
Termometer: Sebelum era digital, termometer merkuri adalah standar emas untuk pengukuran suhu yang akurat di rumah sakit, laboratorium, dan rumah tangga karena ekspansi termalnya yang seragam dan visibilitasnya. Banyak negara telah melarang penjualannya karena toksisitasnya.
Barometer: Merkuri digunakan dalam barometer Torricelli untuk mengukur tekanan atmosfer, memanfaatkan densitas tinggi dan tegangan permukaannya.
Sphygmomanometer: Alat pengukur tekanan darah ini juga mengandalkan kolom merkuri untuk akurasi. Sebagian besar telah digantikan oleh model aneroid atau digital.
Sakelar Merkuri: Sakelar yang berisi tetesan merkuri yang akan bergerak untuk membuat atau memutuskan sirkuit listrik ketika posisi sakelar berubah. Digunakan dalam termostat, perangkat keamanan otomotif, dan peralatan industri lainnya.
Lampu Fluoresen dan HID: Jumlah merkuri yang sangat kecil digunakan dalam lampu fluoresen dan lampu pelepasan intensitas tinggi (HID) untuk menghasilkan cahaya ultraviolet yang kemudian diubah menjadi cahaya tampak oleh lapisan fosfor.
Elektroda: Elektroda merkuri digunakan dalam beberapa aplikasi elektrokimia dan analisis kimia karena sifat elektrodanya yang unik.
Baterai: Baterai merkuri oksida (button cell) pernah digunakan dalam kalkulator, jam tangan, dan alat bantu dengar karena masa pakai yang panjang dan keluaran tegangan yang stabil. Penggunaannya telah sangat dibatasi atau dilarang.
Pompa Vakum: Beberapa jenis pompa vakum, terutama pompa difusi, menggunakan merkuri karena tekanan uapnya yang rendah.
Penambangan Emas
Ini adalah salah satu penggunaan merkuri yang paling problematik dari sudut pandang lingkungan dan kesehatan. Merkuri digunakan dalam proses amalgamasi untuk mengekstrak emas dari bijih batuan atau endapan aluvial. Prosesnya adalah sebagai berikut:
Batuan yang mengandung emas dihancurkan menjadi bubuk.
Bubuk ini dicampur dengan merkuri cair.
Merkuri akan menempel pada partikel emas, membentuk amalgam emas-merkuri yang lengket.
Amalgam ini kemudian dipisahkan dari sisa material.
Untuk memisahkan emas dari merkuri, amalgam biasanya dipanaskan (dibakar) menggunakan obor atau api terbuka. Merkuri akan menguap menjadi gas yang sangat beracun, meninggalkan emas murni.
Praktik ini sangat umum di pertambangan emas skala kecil (ASGM) di negara berkembang, di mana pekerja seringkali tidak memiliki perlindungan dan melepaskan merkuri langsung ke udara, tanah, dan air, menyebabkan keracunan parah pada diri mereka sendiri, keluarga, dan mencemari lingkungan sekitar.
Lain-lain
Pestisida dan Fungisida: Beberapa senyawa organomerkuri pernah digunakan sebagai fungisida untuk perlakuan benih dan pestisida. Penggunaan ini telah dilarang di banyak negara karena dampak toksisitasnya yang parah.
Katalis: Merkuri dapat bertindak sebagai katalis dalam beberapa reaksi kimia, seperti dalam produksi asetaldehida dari asetilena (proses yang sekarang sebagian besar digantikan).
Pigmen: Vermilion (merkuri sulfida, HgS) adalah pigmen merah cerah yang digunakan dalam seni dan cat.
Tren global saat ini adalah untuk secara bertahap menghapus penggunaan merkuri di mana pun memungkinkan dan mencari alternatif yang lebih aman, didorong oleh kesadaran yang meningkat akan risiko toksisitasnya.
Toksisitas Merkuri dan Dampaknya pada Kesehatan
Meskipun merkuri telah digunakan secara luas, bahaya utamanya terletak pada toksisitasnya yang parah. Merkuri adalah neurotoksin kuat yang dapat merusak sistem saraf, ginjal, dan organ vital lainnya. Tingkat dan jenis keracunan tergantung pada bentuk merkuri, dosis, jalur paparan, dan durasi eksposur.
Bentuk-bentuk Merkuri dan Toksisitasnya
Merkuri tidak hanya satu entitas; ia hadir dalam beberapa bentuk kimia yang memiliki tingkat toksisitas dan jalur paparan yang berbeda secara signifikan.
Merkuri Elemental (Hg⁰) atau Logam Merkuri:
Sifat: Ini adalah merkuri cair yang kita kenal, ditemukan di termometer, sakelar, dan amalgam gigi. Tekanan uapnya signifikan pada suhu kamar.
Jalur Paparan Utama: Inhalasi uap merkuri adalah jalur paparan paling berbahaya. Merkuri elemental yang tertelan memiliki daya serap yang sangat rendah di saluran pencernaan (kurang dari 0,01%), sehingga relatif tidak berbahaya jika tidak terpecah atau tertahan. Namun, uapnya yang terhirup sangat berbahaya karena mudah melewati paru-paru dan masuk ke aliran darah, kemudian dengan cepat melintasi sawar darah-otak.
Dampak Kesehatan: Terutama menyerang sistem saraf pusat. Gejala akut bisa berupa kerusakan paru-paru (pneumonitis), batuk, sesak napas, mual, muntah. Paparan kronis menyebabkan gangguan neurologis seperti tremor, perubahan kepribadian (iritabilitas, kecemasan, depresi), masalah memori, insomnia, dan akrodinia (penyakit merah muda pada anak-anak).
Senyawa Merkuri Anorganik (Hg²⁺):
Sifat: Ini adalah garam merkuri, seperti merkuri klorida (HgCl₂) atau merkuri sulfida (HgS, cinnabar). Lebih stabil daripada elemental merkuri tetapi masih toksik.
Jalur Paparan Utama: Penelanan adalah jalur paparan utama. Senyawa ini diserap dengan baik di saluran pencernaan dan dapat menumpuk di ginjal, hati, dan otak.
Dampak Kesehatan: Terutama merusak ginjal, menyebabkan gagal ginjal akut. Juga dapat menyebabkan masalah pencernaan parah (korosi saluran cerna, muntah, diare berdarah) dan masalah neurologis jika paparan cukup tinggi dan berlangsung lama.
Sifat: Senyawa ini terbentuk ketika merkuri anorganik diubah oleh mikroorganisme di air dan sedimen. Metilmerkuri adalah bentuk merkuri yang paling berbahaya di lingkungan karena sifatnya yang sangat bioakumulatif dan biomagnifikatif.
Jalur Paparan Utama: Penelanan makanan terkontaminasi, terutama ikan dan makanan laut, adalah jalur paparan utama. Metilmerkuri diserap hampir 100% di saluran pencernaan dan memiliki afinitas tinggi terhadap jaringan saraf. Ia juga dapat menembus sawar darah-otak dan plasenta, sehingga sangat berbahaya bagi janin dan anak-anak.
Dampak Kesehatan: Merupakan neurotoksin yang sangat kuat, menyebabkan kerusakan ireversibel pada otak dan sistem saraf. Gejala meliputi gangguan sensorik (mati rasa, kesemutan), ataksia (gangguan koordinasi), gangguan penglihatan dan pendengaran, kelemahan otot, dan gangguan kognitif. Pada janin, paparan metilmerkuri dapat menyebabkan kelainan perkembangan yang parah.
Mekanisme Keracunan
Mekanisme toksisitas merkuri melibatkan interaksinya dengan protein dan enzim vital dalam tubuh. Merkuri memiliki afinitas yang kuat terhadap gugus sulfhidril (-SH) yang ditemukan pada banyak protein. Dengan berikatan pada gugus ini, merkuri dapat mengubah struktur dan fungsi enzim, mengganggu jalur metabolik, produksi energi, dan sintesis protein.
Sistem Saraf: Di otak, merkuri dapat mengganggu neurotransmisi, merusak sel-sel saraf, dan memicu stres oksidatif.
Ginjal: Merkuri dapat merusak sel-sel tubulus ginjal, mengganggu fungsi filtrasi dan reabsorpsi.
Sistem Kekebalan Tubuh: Merkuri juga dapat memodifikasi respons imun, menyebabkan autoimunitas pada beberapa individu.
Gejala Keracunan Merkuri (Merkurialisme)
Gejala dapat bervariasi tergantung pada bentuk merkuri, dosis, dan durasi paparan. Berikut adalah gambaran umum:
Keracunan Akut (Paparan Dosis Tinggi dalam Waktu Singkat):
Keracunan Kronis (Paparan Dosis Rendah dalam Waktu Lama):
Neurologis:
Tremor (terutama tangan), seringkali dimulai dari jari tangan dan menyebar.
Eretisme (perubahan kepribadian): Iritabilitas ekstrem, kegelisahan, sifat pemalu yang berlebihan, depresi, insomnia, mudah marah.
Gangguan memori dan konsentrasi.
Ataksia (gangguan koordinasi dan keseimbangan).
Parestesia (mati rasa atau kesemutan) pada ekstremitas.
Gangguan pendengaran dan penglihatan (penyempitan lapang pandang).
Ginjal: Proteinuria (protein dalam urin), disfungsi ginjal.
Gigi dan Mulut: Gingivitis (radang gusi), air liur berlebihan, 'garis merkuri' biru kehitaman pada gusi.
Kulit: Dermatitis, ruam (terutama pada anak-anak, dikenal sebagai akrodinia atau 'penyakit merah muda').
Lain-lain: Kelemahan otot, kelelahan, penurunan berat badan.
Penyakit Minamata
Penyakit Minamata adalah contoh paling tragis dari keracunan merkuri massal. Ini pertama kali diidentifikasi pada pertengahan 1950-an di Minamata Bay, Jepang. Penyakit ini disebabkan oleh pelepasan metilmerkuri dari limbah industri (khususnya pabrik kimia Chisso Corporation) ke perairan teluk.
Metilmerkuri kemudian terakumulasi dalam rantai makanan laut, terutama pada ikan dan kerang yang dikonsumsi oleh penduduk setempat. Gejala yang dialami para korban sangat parah, meliputi:
Gangguan neurologis berat: mati rasa pada anggota badan, kelemahan otot, kesulitan berjalan, tremor.
Pada kasus yang parah: kelumpuhan, koma, dan kematian.
Efek kongenital: Ibu hamil yang terpapar melahirkan bayi dengan kelainan perkembangan saraf yang parah (Cerebral Palsylike symptoms), bahkan jika ibu menunjukkan gejala ringan atau tidak ada.
Tragedi Minamata menyoroti bahaya metilmerkuri, kemampuannya untuk berakumulasi dalam rantai makanan, dan dampak jangka panjang pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Kelompok Rentan
Janin dan Anak Kecil: Otak janin dan anak-anak yang sedang berkembang sangat rentan terhadap efek neurotoksik merkuri, terutama metilmerkuri. Paparan prenatal dapat menyebabkan kelainan perkembangan saraf yang parah dan ireversibel.
Pekerja Industri: Individu yang bekerja di pertambangan emas skala kecil, pabrik klor-alkali, atau industri lain yang menggunakan merkuri berisiko tinggi mengalami paparan uap merkuri elemental jika tidak ada kontrol keselamatan yang memadai.
Masyarakat yang Mengonsumsi Ikan: Populasi yang dietnya sangat bergantung pada ikan dan makanan laut dari perairan yang terkontaminasi metilmerkuri memiliki risiko tinggi.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting dalam kasus keracunan merkuri. Namun, karena sifatnya yang kumulatif, pencegahan paparan adalah strategi terbaik.
Dampak Lingkungan Merkuri
Dampak merkuri tidak terbatas pada kesehatan manusia; ia juga memiliki konsekuensi serius bagi lingkungan. Merkuri yang dilepaskan ke lingkungan dapat bersirkulasi dalam siklus global dan menyebabkan kontaminasi ekosistem yang luas.
Siklus Biogeokimia Merkuri
Merkuri terus-menerus bergerak antara atmosfer, daratan, dan lautan. Siklus ini dipercepat oleh aktivitas manusia:
Emisi: Merkuri dilepaskan ke atmosfer sebagai uap dari sumber alami (gunung berapi) dan antropogenik (pembakaran batu bara, pertambangan emas, industri).
Transportasi Atmosfer: Merkuri elemental dapat dibawa jarak jauh oleh angin sebelum mengendap. Merkuri teroksidasi lebih cepat mengendap.
Deposisi: Merkuri mengendap dari atmosfer ke permukaan bumi dan perairan melalui hujan, salju, dan deposisi kering.
Transformasi di Air/Tanah: Di lingkungan akuatik (danau, sungai, laut, rawa), bakteri anaerob tertentu dapat mengubah merkuri anorganik menjadi metilmerkuri. Proses ini disebut metilasi.
Bioakumulasi: Metilmerkuri mudah diserap oleh organisme akuatik kecil (fitoplankton, zooplankton) dan terakumulasi dalam jaringan mereka karena laju eliminasinya yang lambat.
Biomagnifikasi: Ketika organisme yang lebih besar memakan organisme yang lebih kecil yang terkontaminasi metilmerkuri, konsentrasi metilmerkuri akan meningkat pada setiap tingkat trofik (rantai makanan). Ini berarti predator puncak, seperti tuna, hiu, paus, dan manusia, akan memiliki konsentrasi metilmerkuri tertinggi dalam tubuh mereka.
Efek pada Satwa Liar
Biomagnifikasi adalah ancaman serius bagi satwa liar, terutama bagi spesies predator puncak:
Burung: Burung pemakan ikan (misalnya elang botak, loon) dapat mengalami penurunan kesuksesan reproduksi, perubahan perilaku, dan kerusakan sistem saraf akibat metilmerkuri.
Mamalia Laut: Anjing laut, lumba-lumba, dan paus yang mengonsumsi ikan terkontaminasi dapat memiliki kadar merkuri yang tinggi, menyebabkan masalah neurologis, reproduksi, dan kekebalan.
Ikan: Ikan yang terkontaminasi metilmerkuri dapat menunjukkan perubahan pertumbuhan, reproduksi, dan perilaku.
Kesehatan Ekosistem: Merkuri juga dapat mengubah struktur komunitas mikroba di sedimen, memengaruhi siklus nutrisi dan kesehatan ekosistem secara keseluruhan.
Pencemaran Air dan Tanah
Merkuri yang mengendap ke tanah dapat masuk ke dalam air tanah dan mengalir ke sungai dan danau. Di daerah yang tercemar oleh pertambangan emas atau industri, konsentrasi merkuri di sedimen dan air dapat sangat tinggi, menjadi sumber berkelanjutan untuk pembentukan metilmerkuri dan paparan bagi organisme.
Pencemaran merkuri merupakan masalah global. Bahkan daerah terpencil seperti Kutub Utara dan Kutub Selatan pun tercemar oleh merkuri yang terbawa oleh angin dari sumber emisi industri di belahan bumi lain, memengaruhi populasi hewan asli seperti beruang kutub dan anjing laut.
Penanganan, Pencegahan, dan Pengelolaan Merkuri
Mengingat toksisitasnya yang parah dan dampak lingkungannya yang luas, pengelolaan merkuri yang hati-hati adalah suatu keharusan. Ini melibatkan upaya pencegahan paparan, penanganan yang aman, dan pengurangan emisi.
Penanganan Merkuri yang Aman
Simbol Peringatan Bahaya Merkuri
Penyimpanan: Merkuri elemental harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dapat pecah, dan terbuat dari bahan yang tidak bereaksi dengannya (misalnya, baja). Wadah harus diberi label jelas dan disimpan di area berventilasi baik, jauh dari sumber panas.
Ventilasi: Di area kerja yang menggunakan merkuri, ventilasi yang memadai (misalnya, sungkup asap) sangat penting untuk mencegah akumulasi uap merkuri.
Alat Pelindung Diri (APD): Pekerja harus mengenakan sarung tangan yang tahan bahan kimia, pelindung mata, dan pakaian pelindung. Masker pernapasan khusus mungkin diperlukan jika ada risiko inhalasi uap.
Penghapusan Kontak Kulit: Kontak langsung dengan merkuri cair harus dihindari karena dapat diserap melalui kulit, meskipun pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan inhalasi uap.
Pendidikan dan Pelatihan: Semua individu yang menangani merkuri harus menerima pelatihan tentang bahaya, prosedur penanganan yang aman, dan respons darurat.
Prosedur Penanganan Tumpahan Merkuri
Tumpahan merkuri, bahkan dalam jumlah kecil, dapat melepaskan uap berbahaya. Penanganan yang tepat sangat krusial:
Isolasi Area: Segera evakuasi orang yang tidak berkepentingan dan ventilasi area.
APD: Kenakan APD yang sesuai (sarung tangan nitril, masker N95 atau lebih tinggi, pelindung mata).
Pengumpulan: Gunakan alat seperti pipet atau kartu kaku untuk mengumpulkan tetesan merkuri. Jangan gunakan penyedot debu rumah tangga karena akan menyebarkan uap merkuri.
Serbuk Penjerap: Serbuk belerang atau bahan penjerap merkuri komersial dapat digunakan untuk mengikat sisa-sisa merkuri yang tidak terlihat.
Penyimpanan Limbah: Merkuri yang terkumpul dan material yang terkontaminasi harus ditempatkan dalam wadah kedap udara yang diberi label dan dibuang sebagai limbah berbahaya.
Decontaminasi: Permukaan yang terkontaminasi harus dibersihkan secara menyeluruh.
Pengelolaan Limbah Merkuri
Limbah yang mengandung merkuri (misalnya, lampu fluoresen bekas, termometer pecah, limbah industri) harus dikelola sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Ini melibatkan pengumpulan terpisah, transportasi yang aman, dan pembuangan atau daur ulang di fasilitas khusus yang dilengkapi untuk menangani merkuri tanpa melepaskannya ke lingkungan.
Pengurangan dan Penghapusan Penggunaan Merkuri
Tren global adalah untuk mengurangi dan pada akhirnya menghapus penggunaan merkuri di mana pun alternatif yang aman dan layak tersedia. Beberapa contohnya:
Termometer dan Sphygmomanometer Bebas Merkuri: Penggunaan termometer digital atau termometer yang berisi alkohol atau galium-indium-timah (galinstan) sebagai pengganti merkuri.
Penggantian Sakelar Merkuri: Penggunaan sakelar elektronik atau sensor gerak.
Lampu Hemat Energi: Mengganti lampu fluoresen dengan lampu LED yang tidak mengandung merkuri.
Amalgam Gigi: Mendorong penggunaan bahan tambal gigi non-merkuri seperti resin komposit.
Pengurangan Emisi Industri: Memasang teknologi pengendalian polusi udara pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik industri lainnya untuk menangkap merkuri sebelum dilepaskan ke atmosfer.
Program Penggantian di ASGM: Mengembangkan dan mempromosikan metode penambangan emas bebas merkuri bagi penambang skala kecil.
Konvensi Minamata tentang Merkuri
Konvensi Minamata tentang Merkuri adalah perjanjian lingkungan hidup global yang mengikat secara hukum, yang diadopsi pada tahun 2013 dan mulai berlaku pada tahun 2017. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari emisi dan pelepasan merkuri dan senyawa merkuri antropogenik.
Konvensi ini mencakup berbagai aspek siklus hidup merkuri, termasuk:
Larangan Tambang Merkuri Baru: Melarang pembukaan tambang merkuri primer yang baru.
Fase-out Produk Bermerkuri: Mengatur penghapusan bertahap produk-produk yang mengandung merkuri (misalnya, baterai, sakelar, beberapa lampu, kosmetik) pada tanggal yang ditentukan.
Pengendalian Emisi: Menetapkan tindakan untuk mengurangi emisi merkuri dari sumber antropogenik utama seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pabrik semen, dan fasilitas peleburan logam.
Pengurangan Pelepasan: Mengurangi pelepasan merkuri ke tanah dan air dari sumber-sumber seperti pertambangan emas skala kecil, fasilitas klor-alkali, dan fasilitas pengelolaan limbah.
Pengelolaan Limbah Merkuri: Mengatur penyimpanan sementara yang aman untuk merkuri, serta pembuangan limbah merkuri secara ramah lingkungan.
Pertambangan Emas Skala Kecil (ASGM): Meminta negara-negara pihak untuk mengembangkan rencana aksi nasional untuk mengurangi dan, jika memungkinkan, menghilangkan penggunaan merkuri dalam sektor ASGM.
Peningkatan Kesadaran: Mempromosikan kesadaran publik dan penelitian mengenai dampak merkuri.
Konvensi Minamata merupakan langkah penting dalam upaya global untuk mengendalikan polusi merkuri dan melindungi planet kita dari bahaya toksin ini.
Penelitian dan Inovasi Mendatang
Meskipun kemajuan telah dicapai dalam memahami dan mengelola merkuri, penelitian dan inovasi terus berlanjut untuk mengatasi tantangan yang tersisa.
Teknologi Deteksi yang Lebih Baik: Pengembangan sensor yang lebih sensitif dan portabel untuk mendeteksi merkuri di udara, air, dan makanan secara real-time.
Remediasi Lingkungan: Pengembangan metode yang lebih efisien dan berkelanjutan untuk membersihkan lokasi yang terkontaminasi merkuri, termasuk fitoremediasi (menggunakan tanaman), bioremediasi (menggunakan mikroorganisme), dan stabilisasi kimia.
Alternatif Bahan: Pencarian terus-menerus untuk bahan dan proses yang sepenuhnya bebas merkuri di semua aplikasi yang tersisa.
Pemahaman Mekanisme Toksisitas: Penelitian lanjutan untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana merkuri berinteraksi dengan tubuh di tingkat molekuler, yang dapat mengarah pada pengembangan terapi baru untuk keracunan merkuri.
Pemodelan Global: Peningkatan model komputer untuk memprediksi pergerakan merkuri di atmosfer dan lautan, membantu dalam perumusan kebijakan yang lebih efektif.
Masa depan pengelolaan merkuri kemungkinan akan melibatkan kombinasi regulasi ketat, inovasi teknologi, dan pendidikan publik yang berkelanjutan. Upaya global yang terkoordinasi sangat penting untuk mengurangi paparan merkuri dan melindungi kesehatan manusia serta ekosistem yang rapuh.
Kesimpulan
Merkuri (Hg) adalah elemen yang memukau sekaligus menakutkan. Sifatnya yang unik sebagai logam cair telah memberinya tempat yang istimewa dalam sejarah manusia, memfasilitasi penemuan ilmiah, dan mendukung berbagai aplikasi industri. Dari termometer presisi hingga amalgam gigi yang tahan lama, merkuri telah memberikan kontribusi yang tak terbantahkan bagi kemajuan peradaban.
Namun, di balik kegunaan tersebut, tersembunyi bahaya toksisitasnya yang parah. Keracunan merkuri, dalam berbagai bentuknya, telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung, merusak sistem saraf, ginjal, dan organ vital lainnya pada manusia. Dampak lingkungannya juga sama menghancurkannya, dengan metilmerkuri yang berakumulasi dan biomagnifikasi dalam rantai makanan, mengancam kehidupan satwa liar dan meracuni ekosistem di seluruh dunia, termasuk di lokasi yang sangat terpencil.
Kisah merkuri adalah pelajaran penting tentang dualitas inovasi dan konsekuensinya. Meskipun telah lama menjadi bagian dari hidup kita, kesadaran akan bahayanya telah mendorong upaya global yang signifikan untuk mengurangi paparannya. Konvensi Minamata mewakili komitmen internasional untuk meminimalkan emisi dan pelepasan merkuri, mendorong penggantian produk bermerkuri, dan menemukan solusi berkelanjutan.
Melindungi diri kita dan planet dari bahaya merkuri memerlukan upaya kolektif: dari pembuat kebijakan yang merumuskan regulasi yang lebih ketat, ilmuwan yang mengembangkan alternatif yang lebih aman dan teknologi remediasi, hingga setiap individu yang bertanggung jawab dalam mengelola produk bermerkuri di rumah tangga mereka. Dengan terus meningkatkan pemahaman, menerapkan praktik terbaik, dan berinvestasi dalam inovasi, kita dapat berharap untuk mencapai masa depan di mana merkuri, sang logam cair penuh misteri, dikelola dengan bijaksana demi kesehatan dan kelestarian bumi.