Heksamina: Senyawa Serbaguna dengan Struktur Sangkar Heterosiklik

Heksamina, atau dikenal secara kimia sebagai Heksametilenatetraamina (HMT), merupakan senyawa organik heterosiklik yang memiliki peranan sangat luas dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari kimia industri, kedokteran, hingga pengembangan material maju. Dengan rumus molekul $\text{C}_6\text{H}_{12}\text{N}_4$, senyawa ini menonjol karena strukturnya yang unik, menyerupai sangkar (cage structure) yang mirip dengan senyawa hidrokarbon adamantana.

Meskipun seringkali dianggap sebagai bahan kimia industri dasar, kompleksitas reaksi yang melibatkan heksamina, terutama kemampuannya melepaskan formaldehida dalam kondisi tertentu, menjadikannya agen kunci dalam sintesis material polimer dan prekursor dalam produksi senyawa lain. Eksplorasi mendalam terhadap heksamina tidak hanya memerlukan pemahaman strukturalnya yang elegan tetapi juga mekanismenya yang multifaset dalam berbagai aplikasi.

Struktur Molekul Heksamina Diagram visualisasi struktur molekul heksamina dengan empat atom Nitrogen (N) yang dihubungkan oleh enam gugus metilena (CH2) membentuk struktur sangkar tetrahedral. N N N N

Representasi diagramatik struktur sangkar heksamina. Empat atom Nitrogen dihubungkan oleh enam gugus metilena ($\text{CH}_2$) membentuk poli-amina siklik.

I. Kimia Dasar dan Sintesis Heksamina

Heksamina adalah amina tersier yang terbentuk dari reaksi kondensasi sederhana antara formaldehida dan amonia. Reaksi ini dikenal luas dalam kimia organik dan merupakan proses industri yang efisien, menghasilkan produk dengan kemurnian tinggi dalam skala besar.

Proses Sintesis Industri

Sintesis heksamina terjadi melalui reaksi Bancroft yang melibatkan formaldehida (biasanya dalam bentuk larutan berair, formalin) dan amonia. Stoikiometri reaksi ini sangat penting, melibatkan enam molekul formaldehida dan empat molekul amonia. Reaksi ini bersifat eksotermik (melepaskan panas) dan seringkali dilakukan dalam fase cair atau gas.

Persamaan reaksi yang paling umum digunakan untuk menggambarkan pembentukan HMT adalah:

$$6\text{CH}_2\text{O} + 4\text{NH}_3 \rightarrow \text{C}_6\text{H}_{12}\text{N}_4 + 6\text{H}_2\text{O}$$

Proses industri modern biasanya melibatkan larutan berair formaldehida pada suhu terkontrol. Penguapan air pada tahap akhir menghasilkan kristal heksamina. Kontrol suhu dan konsentrasi sangat vital untuk memaksimalkan hasil dan mencegah pembentukan produk sampingan yang tidak diinginkan, meskipun kemurnian produk yang dihasilkan umumnya sangat tinggi.

Struktur Molekul yang Unik

Sifat paling mencolok dari heksamina adalah strukturnya yang simetris tinggi, dikenal sebagai struktur sangkar Td (tetrahedral). Struktur ini terdiri dari empat atom nitrogen yang terletak di sudut-sudut tetrahedron, dihubungkan oleh enam gugus metilena ($\text{CH}_2$) yang bertindak sebagai jembatan. Tidak adanya atom hidrogen yang melekat pada nitrogen (karena ini adalah amina tersier) berkontribusi pada stabilitas dan sifat kimianya yang khas.

Struktur sangkar ini memberikan beberapa sifat fisik yang penting:

  1. Stabilitas Termal: Heksamina stabil pada suhu tinggi. Ia tidak meleleh, melainkan menyublim atau terurai pada suhu sekitar 280°C dalam kondisi tekanan normal.
  2. Kelarutan: Senyawa ini sangat larut dalam air dan kloroform, sedikit larut dalam alkohol dan eter. Kelarutannya dalam air memudahkan aplikasi medis dan industri.
  3. Sifat Basa Lemah: Karena adanya empat atom nitrogen dengan pasangan elektron bebas, heksamina berfungsi sebagai basa organik lemah. Meskipun demikian, struktur sangkar yang padat membatasi aksesibilitas sterik pasangan elektron bebas tersebut, mempengaruhi reaktivitasnya.

Konfigurasi molekul heksamina menjadikannya model yang menarik dalam studi kimia supramolekuler dan kristalografi, sering digunakan sebagai ligan dalam kimia koordinasi atau sebagai unit pembangun dalam kimia bahan padat.

II. Heksamina dalam Aplikasi Industri Polimer

Aplikasi heksamina yang paling masif dan signifikan secara ekonomi adalah perannya dalam industri polimer, khususnya dalam pembuatan resin fenolik. Heksamina bertindak sebagai agen pengeras (curing agent) yang tak tergantikan, memungkinkan pembentukan polimer termoset dengan karakteristik mekanik dan termal yang superior.

Agen Pengeras Resin Fenolik (Bakelite)

Resin fenolik, yang pertama kali dikembangkan oleh Leo Baekeland (dikenal sebagai Bakelite), adalah salah satu plastik termoset tertua dan paling penting. Resin ini terbagi menjadi dua kelas utama: Novolak dan Resol. Heksamina sangat vital dalam proses pengerasan resin Novolak.

Peran dalam Resin Novolak

Resin Novolak adalah polimer fenol-formaldehida yang terbentuk dalam kondisi asam dan bersifat termoplastik (melunak saat dipanaskan). Agar resin Novolak berubah menjadi termoset (keras dan tidak dapat dibentuk ulang), ia memerlukan agen penambah formaldehida. Di sinilah heksamina berperan besar.

Ketika heksamina dicampur dengan Novolak dan dipanaskan, ia terurai secara termal, melepaskan formaldehida dan amonia. Formaldehida yang dilepaskan berfungsi untuk menjembatani rantai polimer Novolak, membentuk jaringan tiga dimensi yang sangat kuat. Proses ini disebut sebagai cross-linking (ikatan silang) atau pengerasan (curing).

Keuntungan menggunakan heksamina sebagai pengeras dibandingkan dengan formaldehida murni adalah kemudahannya dalam penanganan (heksamina adalah padatan) dan pelepasan formaldehida yang terkontrol, memastikan proses pengerasan yang seragam dan efisien. Material yang dihasilkan, setelah pengerasan, menunjukkan ketahanan panas, kekuatan mekanik, dan ketahanan kimia yang luar biasa, menjadikannya ideal untuk komponen otomotif, peralatan listrik, dan material abrasif.

Mekanisme Pembentukan Ikatan Silang

Proses kimia di balik pengerasan Novolak melibatkan reaksi antara gugus hidroksimetil yang dibentuk oleh formaldehida yang dilepaskan dan cincin fenolik. Pada dasarnya, heksamina menyediakan atom metilena yang dibutuhkan untuk menghubungkan rantai fenolik yang berbeda. Jaringan yang dihasilkan bersifat padat, yang menjelaskan sifat termosetnya. Jika pengerasan tidak sempurna, sifat fisik material akan terganggu, menekankan pentingnya dosis heksamina yang tepat dalam formulasi resin.

Aplikasi Lain dalam Polimer

III. Peran Heksamina sebagai Prekursor Senyawa Energi Tinggi

Salah satu aplikasi heksamina yang paling penting dari sudut pandang kimia anorganik dan militer adalah perannya sebagai prekursor kunci dalam sintesis beberapa senyawa nitrogen yang sangat reaktif. Struktur sangkar heksamina merupakan titik awal yang ideal untuk memasukkan gugus nitro (-$\text{NO}_2$) melalui reaksi nitrolisis.

Sintesis RDX dan HMX

Heksamina adalah bahan awal yang esensial dalam produksi RDX (Cyclotrimethylenetrinitramine) dan HMX (Cyclotetramethylenetetranitramine), dua bahan peledak berbasis nitrogen yang sangat kuat dan stabil.

Reaksi Nitrolisis

Nitrolisis adalah proses kimia di mana heksamina dipecah dan kemudian direaksikan dengan agen nitrasi yang kuat, seperti asam nitrat pekat, dalam kondisi yang sangat terkontrol. Atom nitrogen dalam struktur sangkar heksamina diserang oleh agen nitrasi, menghasilkan pemutusan dan penataan ulang molekul.

Keunikan heksamina di sini adalah ia menyediakan kerangka karbon-nitrogen yang sudah 'pra-susun' yang memudahkan pembentukan cincin nitrogen yang terikat kuat. Meskipun reaksi ini melibatkan kondisi yang berbahaya dan membutuhkan peralatan khusus, heksamina tetap menjadi sumber paling ekonomis dan efisien untuk produksi RDX dan HMX global.

Kontrol dan Regulasi

Karena perannya yang vital dalam produksi material energi tinggi, peredaran dan penggunaan heksamina di berbagai negara seringkali berada di bawah pengawasan ketat. Meskipun heksamina sendiri tidak dianggap berbahaya dalam konteks ini, potensinya untuk diubah menjadi RDX atau HMX menjadikannya zat yang dipantau (prekursor terkontrol).

IV. Penggunaan Heksamina dalam Kedokteran (Urotropine)

Secara historis, heksamina memiliki sejarah penggunaan yang panjang dalam farmakologi. Dikenal dengan nama dagang Urotropine, senyawa ini digunakan sebagai antiseptik saluran kemih. Meskipun penggunaannya telah berkurang seiring munculnya antibiotik modern, mekanismenya tetap menjadi studi kasus yang menarik dalam kimia medis.

Mekanisme Aksi sebagai Antiseptik Urin

Efektivitas heksamina sebagai antiseptik bergantung pada kemampuannya untuk berhidrolisis dan melepaskan formaldehida. Formaldehida adalah agen antimikroba berspektrum luas yang secara non-spesifik dapat merusak protein dan asam nukleat mikroorganisme, termasuk bakteri penyebab infeksi saluran kemih (ISK).

Kunci dari mekanisme ini adalah lingkungan asam. Dalam darah atau jaringan tubuh dengan pH netral atau basa (pH 7.4), heksamina relatif stabil dan tidak beracun. Namun, di dalam urin yang pH-nya cenderung asam (biasanya di bawah pH 6), heksamina mengalami hidrolisis cepat.

$$(\text{C}_6\text{H}_{12}\text{N}_4) + 6\text{H}_2\text{O} \xrightarrow{\text{pH < 6}} 4\text{NH}_3 + 6\text{CH}_2\text{O}$$

Pelepasan formaldehida secara lokal di kandung kemih menghasilkan konsentrasi formaldehida yang cukup untuk membunuh bakteri, namun relatif aman bagi tubuh karena hanya terjadi di lingkungan asam tersebut.

Derivat Metenamina

Dalam praktik modern, heksamina jarang digunakan dalam bentuk murni, tetapi seringkali dikombinasikan dengan garam asam, seperti metenamina mandelat (gabungan heksamina dan asam mandelat) atau metenamina hippurat. Penggunaan garam asam ini bertujuan untuk:

Metenamina (nama generik heksamina yang digunakan dalam konteks medis) sering diresepkan untuk manajemen jangka panjang ISK yang berulang (supresi infeksi), terutama pada pasien yang rentan terhadap infeksi nosokomial atau pasien yang tidak merespons antibiotik konvensional. Keunggulannya adalah rendahnya risiko resistensi bakteri karena formaldehida bertindak sebagai agen racun yang tidak spesifik.

Keterbatasan dan Pertimbangan Medis

Meskipun mekanisme aksinya unik, heksamina memiliki keterbatasan utama: ia tidak efektif jika pH urin pasien tidak cukup asam. Oleh karena itu, pasien yang menjalani terapi metenamina seringkali disarankan untuk menghindari makanan atau obat-obatan yang dapat membasakan urin. Selain itu, heksamina tidak efektif untuk infeksi yang telah menyebar ke ginjal atau jaringan lain, karena pelepasan formaldehida hanya terjadi secara signifikan di dalam kandung kemih.

V. Aplikasi Khusus Lainnya

Jangkauan aplikasi heksamina meluas jauh di luar polimer dan kedokteran, mencakup bidang-bidang seperti bahan bakar padat, kimia analitik, dan sintesis organik khusus.

Bahan Bakar Padat (Esbit)

Heksamina, dalam bentuk tablet yang dikompresi, telah lama digunakan sebagai bahan bakar padat portabel, terkenal melalui merek dagang seperti Esbit (singkatan dari Erich Schumm Brennstoff im Tablettenform). Tablet ini sangat disukai oleh militer, pejalan kaki, dan kegiatan luar ruangan karena beberapa alasan:

  1. Pembakaran Bersih: Heksamina terbakar dengan api yang relatif bebas asap dan tidak meninggalkan residu abu yang signifikan.
  2. Kepadatan Energi Tinggi: Sebagai padatan, ia mudah disimpan dan dibawa, menyediakan sumber panas yang andal untuk memasak atau sterilisasi.
  3. Stabilitas: Tablet heksamina sangat stabil dan memiliki umur simpan yang panjang.

Meskipun pembakaran heksamina melepaskan formaldehida dan amonia dalam jumlah kecil, yang mungkin berbau, efisiensi dan kemudahan penggunaannya menjadikannya solusi bahan bakar yang populer di kalangan militer dan penggemar alam bebas selama beberapa dekade.

Reagen dalam Kimia Organik

Heksamina berfungsi sebagai sumber formaldehida yang terkontrol, menjadikannya reagen penting dalam beberapa reaksi organik klasik:

Dalam kedua kasus ini, heksamina tidak hanya berperan sebagai sumber formaldehida atau amonia tetapi juga sebagai agen pementasan (scaffolding) yang memungkinkan reaksi terjadi secara selektif.

Kimia Koordinasi dan Material Baru

Karena empat atom nitrogennya yang siap berkoordinasi, heksamina sering digunakan sebagai ligan dalam kimia koordinasi, membentuk kompleks dengan berbagai ion logam, terutama logam transisi. Kompleks-kompleks ini menarik perhatian dalam penelitian material, khususnya dalam pengembangan Metal-Organic Frameworks (MOFs), di mana heksamina berfungsi sebagai penghubung (linker) struktural yang kaku, membentuk pori-pori yang terdefinisi dengan baik.

VI. Analisis dan Deteksi Heksamina

Dalam konteks pengawasan industri, farmasi, atau keamanan, deteksi dan kuantifikasi heksamina merupakan prosedur yang penting. Berbagai metode analitik telah dikembangkan, memanfaatkan sifat fisik dan kimia khas dari struktur sangkar heksamina.

Metode Spektroskopi

Spektroskopi Inframerah (IR): Heksamina memiliki spektrum IR yang sangat khas karena simetri tingginya dan ikatan C-N yang kuat. Puncak serapan yang spesifik dapat digunakan untuk identifikasi cepat, terutama dalam analisis resin atau bahan bakar padat.

Spektrometri Massa (MS): Spektrum massa heksamina menunjukkan pola fragmentasi yang khas dari struktur sangkar tersebut, memungkinkan deteksi dan konfirmasi keberadaannya dalam matriks yang kompleks, seperti sampel biologi atau lingkungan.

Kromatografi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC): HPLC, seringkali dikombinasikan dengan detektor ultraviolet (UV) atau spektrometri massa, adalah metode standar untuk memisahkan heksamina dari komponen matriks lainnya dan mengukurnya secara kuantitatif. Karena heksamina tidak memiliki kromofor yang kuat, derivatisasi mungkin diperlukan sebelum deteksi UV, atau digunakan detektor ELSD (Evaporative Light Scattering Detector).

Kromatografi Gas (GC): Meskipun heksamina memiliki titik didih yang tinggi, kemampuannya untuk menyublim memungkinkannya dianalisis menggunakan GC, terutama untuk mengukur kemurnian heksamina dalam bahan baku industri.

Metode Titrasi

Sebagai basa lemah, heksamina dapat dikuantifikasi melalui titrasi asam-basa. Karena sifatnya yang kurang larut dalam air dibandingkan asam atau basa kuat, titrasi non-air sering digunakan. Analisis ini bergantung pada reaksi pasangan elektron bebas nitrogen dengan asam kuat dalam pelarut non-protik.

VII. Keamanan, Penanganan, dan Toksikologi

Meskipun heksamina memiliki banyak aplikasi yang bermanfaat, penanganan, penyimpanan, dan pembuangannya harus dilakukan dengan pertimbangan keamanan yang cermat, terutama terkait risiko paparan formaldehida dan potensi ledakannya saat digunakan sebagai prekursor.

Toksisitas Akut dan Kronis

Dalam bentuk padatnya, heksamina umumnya dianggap memiliki toksisitas oral akut yang rendah. Namun, risiko utama terkait dengan penggunaannya adalah potensinya untuk melepaskan formaldehida, yang merupakan iritan kuat dan karsinogen yang mungkin bagi manusia (kategori 1 oleh IARC).

Penanganan dan Penyimpanan

Heksamina adalah padatan kristal yang stabil di bawah kondisi penyimpanan normal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanannya meliputi:

  1. Jauhkan dari Bahan Pengoksidasi Kuat: Seperti halnya amina organik lainnya, heksamina dapat bereaksi keras dengan agen pengoksidasi kuat.
  2. Kering dan Sejuk: Penyimpanan harus di area yang sejuk dan kering untuk mencegah hidrolisis minimal yang mungkin terjadi pada kondisi lembab.
  3. Keamanan Kebakaran: Meskipun heksamina tidak mudah terbakar, ia dapat menyala jika terkena api. Apabila terbakar, ia melepaskan gas-gas beracun (nitrogen oksida, amonia, dan formaldehida).

Aspek Lingkungan

Sebagai senyawa yang sangat larut dalam air, heksamina dapat memasuki jalur air. Meskipun biodegradabilitasnya sedang, konsentrasi tinggi di lingkungan air dapat mempengaruhi organisme akuatik karena sifat iritannya. Pengelolaan limbah industri yang mengandung heksamina harus memastikan bahwa senyawa tersebut terurai atau diolah sebelum dibuang.

VIII. Perkembangan dan Derivatif Kimia Heksamina

Karena struktur sangkarnya yang padat, heksamina telah menjadi fokus penelitian untuk modifikasi kimia yang menghasilkan derivatif dengan sifat yang ditingkatkan, terutama dalam hal reaktivitas dan fungsi.

Garam Kuaterner Heksamina

Empat atom nitrogen pada heksamina dapat bertindak sebagai titik nukleofilik. Reaksi dengan alkil halida atau asam kuat menghasilkan garam kuaterner amonium. Garam-garam ini sering digunakan sebagai katalis transfer fasa atau agen penstabil dalam sintesis organik.

Contohnya adalah pembentukan garam N-metil heksamina. Modifikasi ini mengubah kelarutan senyawa dan reaktivitas termalnya, yang bisa dimanfaatkan dalam aplikasi farmasi atau dalam pengembangan zat antara kimia yang baru.

Heksamina dalam Material Kedirgantaraan

Di luar peran utamanya sebagai prekursor RDX/HMX, heksamina juga telah dipelajari sebagai agen modifikasi dalam komposit berkinerja tinggi. Ketika ditambahkan ke resin epoksi atau polimer lain, heksamina dapat memodifikasi morfologi polimer dan meningkatkan ketahanan panasnya, menjadikannya menarik untuk aplikasi yang membutuhkan integritas struktural di bawah kondisi termal ekstrem, seperti pada komponen pesawat terbang atau roket.

Heksamina sebagai Inhibitor Korosi

Penelitian telah menunjukkan potensi heksamina dan beberapa derivatifnya sebagai inhibitor korosi dalam medium asam. Atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas cenderung berinteraksi dengan permukaan logam (seperti baja karbon), membentuk lapisan pelindung tipis. Lapisan ini menghambat akses ion hidrogen ke permukaan logam, secara signifikan mengurangi laju korosi, menjadikannya solusi ekonomis dan efektif dalam industri perminyakan dan gas.

IX. Sejarah Penemuan dan Evolusi Penggunaan Heksamina

Kisah heksamina adalah kisah tentang bagaimana reaksi kimia yang relatif sederhana dapat menghasilkan senyawa dengan dampak teknologi dan medis yang luas. Penemuannya terjadi pada pertengahan abad kesembilan belas, jauh sebelum potensi industri utamanya disadari.

Penemuan Awal

Heksamina pertama kali disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Mikhailovich Butlerov pada tahun 1859. Butlerov, yang terkenal karena kontribusinya pada teori struktur kimia, memperoleh senyawa ini melalui reaksi formaldehida dan amonia. Pada saat penemuannya, fokus utama adalah karakterisasi struktur unik yang dihasilkan oleh kondensasi ini, bukan pada aplikasi praktisnya.

Penggunaan Medis Awal

Aplikasi heksamina yang pertama kali dikenal dan dipatenkan secara luas adalah di bidang medis. Pada akhir abad ke-19, ditemukan bahwa heksamina (dengan nama Urotropine) dapat digunakan untuk mengobati sistitis (radang kandung kemih). Penemuan ini didasarkan pada pengamatan bahwa urin pasien yang mengonsumsi heksamina menunjukkan bau formaldehida, menunjukkan mekanisme hidrolisis dalam lingkungan asam saluran kemih.

Penggunaan heksamina sebagai antiseptik urin mencapai puncaknya pada paruh pertama abad ke-20 sebelum sebagian besar digantikan oleh sulfa obat dan kemudian antibiotik modern yang lebih bertarget. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, derivatif metenamina masih memegang peranan penting dalam terapi pencegahan ISK.

Munculnya Peran Industri

Revolusi sejati bagi heksamina terjadi dengan kebangkitan kimia polimer. Sekitar tahun 1907, ketika Leo Baekeland sedang mengembangkan resin fenolik (Bakelite), heksamina ditemukan menjadi agen pengeras yang ideal untuk Novolak. Kemampuannya untuk melepaskan formaldehida secara termal dan amonia secara bersamaan menyediakan kondisi yang optimal untuk reaksi ikatan silang yang menghasilkan material plastik yang sangat keras dan tahan lama.

Pada periode Perang Dunia, peran heksamina bertambah penting sebagai bahan awal untuk sintesis RDX, yang menjadi salah satu bahan peledak paling kuat yang tersedia saat itu. Kebutuhan akan RDX dalam skala industri besar mendorong produksi heksamina secara masif dan efisien di seluruh dunia.

X. Isu Mutakhir dalam Penelitian Heksamina

Meskipun heksamina adalah senyawa yang telah lama dikenal, penelitian terus berlanjut, berfokus pada optimasi sintesis, pemahaman mekanisme reaksi, dan pengembangan aplikasi baru yang memanfaatkan sifat uniknya.

Optimasi Katalitik

Dalam sintesis kimia, fokus saat ini adalah pada penggunaan heksamina sebagai katalis atau prekursor katalis, terutama dalam reaksi reduksi dan oksidasi. Struktur sangkar yang terstruktur memungkinkan fungsionalisasi yang dapat menghasilkan katalis heterogen yang stabil dan dapat didaur ulang, yang merupakan bidang minat besar dalam kimia hijau.

Penyerap Karbon Dioksida

Beberapa penelitian telah mengeksplorasi penggunaan heksamina dalam konteks penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Amina, secara umum, dikenal karena kemampuannya bereaksi dengan $\text{CO}_2$. Meskipun heksamina adalah amina tersier dan kurang reaktif terhadap $\text{CO}_2$ dibandingkan amina primer atau sekunder, modifikasi struktur atau penggunaannya dalam kombinasi dengan bahan berpori lainnya menunjukkan potensi untuk aplikasi ini.

Mikrokapsulasi dan Pelepasan Terkontrol

Aplikasi heksamina dalam pelepasan terkontrol (seperti dalam pertanian atau farmasi) juga menjadi area penelitian yang berkembang. Karena heksamina melepaskan formaldehida hanya di bawah kondisi asam dan suhu tinggi, ia dapat dimikrokapsulasi dan digunakan untuk melepaskan formaldehida atau agen aktif lainnya secara spesifik dan terprogram. Misalnya, dalam pertanian, dapat digunakan sebagai sumber nitrogen yang dilepaskan secara lambat atau sebagai fungisida yang diaktifkan oleh kondisi lingkungan tertentu.

Secara keseluruhan, heksamina berdiri sebagai contoh luar biasa dari senyawa kimia dasar yang, berkat struktur sangkarnya yang stabil dan reaktivitas terkontrolnya, berhasil mengukir peran yang tak tergantikan dalam spektrum aplikasi yang sangat luas, mulai dari meningkatkan kualitas plastik hingga menyelamatkan nyawa di dunia medis, dan menjadi fondasi bagi material berenergi tinggi.