Hangul: Mahakarya Aksara Korea yang Ilmiah dan Indah

Hangul (한글), aksara kebanggaan Korea, adalah salah satu sistem penulisan paling ilmiah, logis, dan mudah dipelajari di dunia. Dirancang dengan cermat dan sengaja pada abad ke-15, Hangul tidak berevolusi secara organik seperti banyak aksara lainnya, melainkan diciptakan dari awal untuk tujuan mulia: memberdayakan rakyat biasa dengan kemampuan membaca dan menulis. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Hangul, mulai dari sejarah penciptaannya yang revolusioner, prinsip-prinsip desainnya yang genius, struktur fonetiknya yang unik, hingga keunggulan dan perannya di era modern.

Dalam dunia yang didominasi oleh sistem penulisan yang kompleks dan seringkali tidak teratur, Hangul berdiri sebagai pengecualian yang brilian. Ia adalah bukti kecerdasan linguistik dan kepemimpinan visioner, yang terus relevan dan bahkan semakin populer di kancah global berkat gelombang budaya Korea. Mari kita selami lebih dalam keajaiban aksara yang telah membentuk identitas budaya dan linguistik Korea selama berabad-abad.

Sejarah Penciptaan Hangul: Revolusi Literasi Abad ke-15

Sebelum penciptaan Hangul, masyarakat Korea menggunakan aksara Hanzi (한자, Hanja) yang dipinjam dari Tiongkok. Meskipun Hanzi telah digunakan selama berabad-abad dan menjadi dasar bagi sistem pemerintahan serta sastra, sistem ini memiliki kelemahan fundamental: sangat sulit dipelajari. Dengan ribuan karakter yang masing-masing merepresentasikan sebuah konsep atau kata, hanya kaum elite terpelajar (yangban) yang mampu menguasainya. Ini menciptakan kesenjangan sosial yang besar, di mana mayoritas rakyat biasa buta huruf dan tidak bisa mengakses pendidikan atau hukum tertulis.

Profil Raja Sejong Sebuah siluet sederhana dari Raja Sejong yang Agung, pencipta Hangul.

Raja Sejong yang Agung: Visi dan Misi

Di sinilah peran Raja Sejong yang Agung (세종대왕, Sejong Daewang) menjadi krusial. Raja keempat Dinasti Joseon ini memerintah dari tahun 1418 hingga 1450 dan dikenal sebagai salah satu pemimpin paling tercerahkan dalam sejarah Korea. Prihatin dengan tingkat buta huruf yang tinggi di kalangan rakyatnya, serta menyadari ketidakmampuan Hanzi untuk secara akurat merepresentasikan nuansa bunyi bahasa Korea, Raja Sejong memimpin sebuah proyek rahasia untuk menciptakan aksara baru.

Pada tahun 1443, dengan bantuan sekelompok cendekiawan dari Jiphyeonjeon (Hall of Worthies), sebuah sistem penulisan baru yang disebut Hunminjeongeum (훈민정음, "Bunyi yang Benar untuk Mengajari Rakyat") selesai diciptakan. Aksara ini secara resmi diumumkan kepada publik pada tahun 1446 melalui dokumen berjudul sama, yang menjelaskan prinsip-prinsip desain dan penggunaan aksara baru tersebut. Tujuannya sangat jelas: "Orang-orang bodoh seringkali tidak dapat mengekspresikan apa yang ingin mereka katakan, meskipun mereka memiliki sesuatu untuk diucapkan. Karena itu, saya telah menciptakan dua puluh delapan karakter baru. Saya berharap setiap orang dapat mempelajarinya dengan mudah dan menggunakannya dengan nyaman dalam kehidupan sehari-hari."

Reaksi dan Penerimaan

Penciptaan Hunminjeongeum tidak disambut dengan tangan terbuka oleh semua pihak. Kaum elite yang terbiasa dengan Hanzi dan memandang literasi sebagai hak istimewa mereka, menentang aksara baru ini. Mereka berpendapat bahwa Hangul adalah "eonmun" (언문, aksara vulgar) atau "amkeul" (암클, tulisan wanita) dan hanya cocok untuk kaum bawah. Namun, Raja Sejong bersikukuh pada visinya, melihat nilai intrinsik dari sistem yang mudah dipelajari dan dirancang untuk semua orang.

Meskipun menghadapi penolakan awal, terutama dari kalangan sarjana Konfusianisme, Hangul secara bertahap mendapatkan tempatnya. Awalnya digunakan oleh wanita, pedagang, dan rakyat jelata untuk catatan pribadi, puisi, dan novel populer. Pada abad ke-20, ketika nasionalisme Korea bangkit, Hangul menjadi simbol identitas dan kemerdekaan. Aksara ini akhirnya diakui secara universal sebagai sistem penulisan resmi Korea, baik di Korea Selatan maupun Korea Utara.

Prinsip Desain Hangul: Kecerdasan Linguistik dalam Setiap Goresan

Salah satu aspek paling mengagumkan dari Hangul adalah prinsip-prinsip desainnya yang mendalam dan ilmiah. Setiap jamo (자모, huruf dasar) dirancang bukan secara sembarangan, melainkan berdasarkan bentuk organ bicara saat menghasilkan bunyi tertentu, atau berdasarkan konsep filosofis sederhana.

Prinsip Konsonan: Mimikri Organ Bicara

Konsonan Hangul dirancang untuk meniru bentuk organ bicara yang terlibat dalam produksi bunyi tersebut. Ini adalah contoh luar biasa dari fonetik terapan:

Dari kelima bentuk dasar ini, konsonan lain dibentuk dengan menambahkan goresan (stroke) yang merepresentasikan aspirasi (bunyi napas), ketegangan, atau modifikasi lain pada bunyi dasar:

Prinsip Vokal: Langit, Bumi, Manusia

Vokal Hangul lebih abstrak, didasarkan pada tiga elemen filosofis dari kosmologi Asia Timur:

Prinsip Vokal Hangul Visualisasi langit, bumi, dan manusia sebagai dasar vokal Hangul. Langit • (Langit) Bumi ㅡ (Bumi) Manusia ㅣ (Manusia)

Dengan menggabungkan ketiga elemen ini, vokal dasar diciptakan:

Vokal ganda (yang-moeum) dibentuk dengan menambahkan goresan tambahan, biasanya merepresentasikan huruf 'y' atau 'w', misalnya menambahkan goresan titik/garis lagi pada vokal dasar:

Sistematisasi ini memungkinkan penciptaan vokal yang kompleks dari elemen yang sangat sederhana dan mudah diingat.

Struktur Hangul: Blok Suku Kata yang Unik

Tidak seperti aksara Latin yang ditulis secara linier (huruf demi huruf dari kiri ke kanan), Hangul disusun dalam blok suku kata. Setiap blok merepresentasikan satu suku kata dan terdiri dari 2 hingga 4 jamo yang disusun dalam pola tertentu.

Jamo (자모): Konsonan dan Vokal Dasar

Jamo adalah unit dasar dalam Hangul, mirip dengan huruf dalam alfabet Latin. Ada 19 konsonan dasar (자음, ja-eum) dan 21 vokal dasar (모음, mo-eum), yang jika digabungkan bisa membentuk ribuan suku kata.

Daftar Konsonan Dasar (Ja-eum):

  1. ㄱ (giyeok): Bunyi 'g' atau 'k'. Contoh: 가 (ga), 고기 (gogi).
  2. ㄴ (nieun): Bunyi 'n'. Contoh: 나 (na), 눈 (nun).
  3. ㄷ (digeut): Bunyi 'd' atau 't'. Contoh: 다 (da), 돈 (don).
  4. ㄹ (rieul): Bunyi 'r' atau 'l'. Contoh: 라 (ra), 라면 (ramyeon).
  5. ㅁ (mieum): Bunyi 'm'. Contoh: 마 (ma), 말 (mal).
  6. ㅂ (bieup): Bunyi 'b' atau 'p'. Contoh: 바 (ba), 밤 (bam).
  7. ㅅ (siot): Bunyi 's' atau 't' (di akhir suku kata). Contoh: 사 (sa), 사람 (saram).
  8. ㅇ (ieung): Bunyi 'ng' (di akhir suku kata) atau tanpa suara (di awal suku kata sebagai placeholder). Contoh: 아 (a), 사랑 (sarang).
  9. ㅈ (jieut): Bunyi 'j' atau 't' (di akhir suku kata). Contoh: 자 (ja), 자동차 (jadongcha).
  10. ㅊ (chieut): Bunyi 'ch' yang diaspirasikan. Contoh: 차 (cha), 친구 (chingu).
  11. ㅋ (kieuk): Bunyi 'k' yang diaspirasikan. Contoh: 카 (ka), 카메라 (kamera).
  12. ㅌ (tieut): Bunyi 't' yang diaspirasikan. Contoh: 타 (ta), 토마토 (tomato).
  13. ㅍ (pieup): Bunyi 'p' yang diaspirasikan. Contoh: 파 (pa), 파티 (pati).
  14. ㅎ (hieut): Bunyi 'h'. Contoh: 하 (ha), 학교 (hakgyo).
  15. ㄲ (ssang-giyeok): Konsonan tegang 'kk'. Contoh: 까 (kka), 꼬리 (kkori).
  16. ㄸ (ssang-digeut): Konsonan tegang 'tt'. Contoh: 따 (tta), 딸 (ttal).
  17. ㅃ (ssang-bieup): Konsonan tegang 'pp'. Contoh: 빠 (ppa), 빵 (ppang).
  18. ㅆ (ssang-siot): Konsonan tegang 'ss'. Contoh: 싸 (ssa), 싸다 (ssada).
  19. ㅉ (ssang-jieut): Konsonan tegang 'jj'. Contoh: 짜 (jja), 짜다 (jjada).

Daftar Vokal Dasar (Mo-eum):

  1. ㅏ (a): Seperti 'a' pada "ayah". Contoh: 가 (ga).
  2. ㅑ (ya): Seperti 'ya' pada "yakin". Contoh: 갸 (gya).
  3. ㅓ (eo): Seperti 'o' pada "orang" (sedikit lebih terbuka). Contoh: 거 (geo).
  4. ㅕ (yeo): Seperti 'yo' pada "yoyo" (sedikit lebih terbuka). Contoh: 겨 (gyeo).
  5. ㅗ (o): Seperti 'o' pada "bola". Contoh: 고 (go).
  6. ㅛ (yo): Seperti 'yo' pada "yoga". Contoh: 교 (gyo).
  7. ㅜ (u): Seperti 'u' pada "ular". Contoh: 구 (gu).
  8. ㅠ (yu): Seperti 'yu' pada "yupi". Contoh: 규 (gyu).
  9. ㅡ (eu): Seperti 'e' pada "emas" atau 'u' tanpa membulatkan bibir. Contoh: 그 (geu).
  10. ㅣ (i): Seperti 'i' pada "ikan". Contoh: 기 (gi).

Vokal Gabungan (Diphthongs):

  1. ㅐ (ae): Seperti 'e' pada "meja". Contoh: 개 (gae).
  2. ㅔ (e): Seperti 'e' pada "sepatu". Contoh: 게 (ge).
  3. ㅚ (oe): Gabungan 'o' dan 'e'. Contoh: 외 (oe).
  4. ㅟ (wi): Gabungan 'u' dan 'i'. Contoh: 위 (wi).
  5. ㅘ (wa): Gabungan 'o' dan 'a'. Contoh: 과 (gwa).
  6. ㅝ (wo): Gabungan 'u' dan 'eo'. Contoh: 원 (won).
  7. ㅙ (wae): Gabungan 'o' dan 'ae'. Contoh: 왜 (wae).
  8. ㅞ (we): Gabungan 'u' dan 'e'. Contoh: 웨 (we).
  9. ㅢ (ui): Gabungan 'eu' dan 'i'. Bunyinya bervariasi tergantung posisi. Contoh: 의사 (uisa).

Penyusunan Blok Suku Kata

Setiap blok suku kata Hangul selalu dimulai dengan konsonan di bagian kiri atas. Jika suku kata dimulai dengan vokal, konsonan 'ㅇ' (ieung) digunakan sebagai placeholder tanpa suara. Ini disebut konsonan awal (초성, choseong). Diikuti oleh vokal tengah (중성, jungseong). Beberapa suku kata juga memiliki konsonan akhir (종성, jongseong) atau yang dikenal sebagai batchim (받침).

Struktur Blok Suku Kata Hangul Diagram yang menunjukkan bagaimana konsonan awal, vokal tengah, dan konsonan akhir tersusun dalam satu blok Hangul. 초성 (Choseong) 중성 (Jungseong) 종성 (Jongseong)

Ada dua pola dasar penyusunan:

  1. Konsonan (K) + Vokal (V): Vokal diletakkan di samping kanan konsonan jika vokal tersebut adalah vokal vertikal (ㅏ, ㅑ, ㅓ, ㅕ, ㅣ). Contoh:
    • 가 (ga): ㄱ (K) + ㅏ (V)
    • 나 (na): ㄴ (K) + ㅏ (V)
    • 비 (bi): ㅂ (K) + ㅣ (V)
    Jika vokal tersebut adalah vokal horizontal (ㅗ, ㅛ, ㅜ, ㅠ, ㅡ), vokal diletakkan di bawah konsonan. Contoh:
    • 고 (go): ㄱ (K) + ㅗ (V)
    • 누 (nu): ㄴ (K) + ㅜ (V)
    • 그 (geu): ㄱ (K) + ㅡ (V)
  2. Konsonan (K) + Vokal (V) + Konsonan Akhir (C): Konsonan akhir (batchim) selalu diletakkan di bawah kombinasi konsonan dan vokal. Contoh:
    • 한 (han): ㅎ (K) + ㅏ (V) + ㄴ (C)
    • 글 (geul): ㄱ (K) + ㅡ (V) + ㄹ (C)
    • 책 (chaek): ㅊ (K) + ㅐ (V) + ㄱ (C)
    Batchim bisa berupa konsonan tunggal atau ganda (겹받침, gyeop-batchim), yang akan dibahas lebih lanjut.

Sistem blok suku kata ini membuat Hangul sangat padat dan efisien, memungkinkan banyak informasi dikemas dalam ruang yang relatif kecil, sekaligus mudah dibaca karena setiap blok merepresentasikan satu unit fonetik yang koheren.

Batchim (받침): Konsonan Akhir

Batchim adalah salah satu aspek yang paling menarik dan kadang menantang dalam pengucapan Hangul. Meskipun ada 19 konsonan dasar, hanya 7 bunyi konsonan yang dapat muncul di posisi batchim:

Ini berarti, meskipun ada banyak konsonan yang bisa menjadi batchim, pengucapannya akan disederhanakan menjadi salah satu dari tujuh bunyi tersebut. Misalnya, konsonan ㅅ, ㅆ, ㅈ, ㅊ, ㅌ, ㅎ yang berakhir di posisi batchim semuanya diucapkan seperti 't' (ㄷ).

Batchim Ganda (겹받침, Gyeop-batchim)

Korea juga memiliki batchim ganda, di mana dua konsonan muncul di posisi akhir suku kata. Aturan pengucapannya bervariasi, tetapi umumnya hanya salah satu dari dua konsonan yang diucapkan.

Memahami batchim dan batchim ganda adalah kunci untuk pengucapan bahasa Korea yang akurat, karena bunyi batchim sering kali memengaruhi bunyi suku kata berikutnya.

Aturan Pengucapan dan Perubahan Bunyi

Salah satu aspek yang membuat bahasa Korea terdengar unik dan kadang menantang bagi pemula adalah banyaknya aturan perubahan bunyi yang terjadi ketika jamo bertemu satu sama lain dalam sebuah kata atau kalimat. Aturan-aturan ini memastikan kelancaran dan efisiensi dalam berbicara.

1. 연음 (Yeoneum - Linking/Penyambungan)

Jika suku kata berakhir dengan batchim dan suku kata berikutnya dimulai dengan konsonan placeholder 'ㅇ' (ieung), maka batchim akan "disambungkan" dan diucapkan sebagai konsonan awal dari suku kata berikutnya.

2. 동화 (Donghwa - Asimilasi)

Asimilasi terjadi ketika bunyi konsonan diubah agar lebih mirip dengan bunyi konsonan di dekatnya, menciptakan aliran yang lebih halus.

3. 구개음화 (Gugaeumhwa - Palatalisasi)

Konsonan 'ㄷ' atau 'ㅌ' diikuti oleh vokal 'ㅣ' akan berubah menjadi 'ㅈ' atau 'ㅊ'.

4. 경음화 (Gyeongeumhwa - Tense (Fortis) Sound)

Konsonan lenis (ㄱ, ㄷ, ㅂ, ㅅ, ㅈ) diucapkan dengan ketegangan (menjadi ㄲ, ㄸ, ㅃ, ㅆ, ㅉ) dalam kondisi tertentu, seperti setelah batchim tertentu atau dalam kata majemuk.

5. 격음화 (Gyeogeumhwa - Aspirasi)

Konsonan lenis (ㄱ, ㄷ, ㅂ, ㅈ) bertemu dengan 'ㅎ' akan menghasilkan konsonan aspirasi (ㅋ, ㅌ, ㅍ, ㅊ).

Memahami dan melatih aturan-aturan ini sangat penting untuk pengucapan bahasa Korea yang alami dan mudah dipahami. Ini menunjukkan betapa dinamisnya fonologi bahasa Korea, di mana bunyi-bunyi berinteraksi dan berubah untuk efisiensi komunikasi.

Keunggulan Hangul: Aksara yang Dicintai Dunia

Hangul tidak hanya sekadar sistem penulisan; ia adalah keajaiban linguistik yang menawarkan banyak keunggulan dibandingkan dengan aksara lain.

1. Mudah Dipelajari dan Diingat

Ini adalah keunggulan paling menonjol. Dengan hanya 24 jamo dasar (14 konsonan dan 10 vokal), seseorang dapat mempelajari dasar-dasar membaca Hangul dalam hitungan jam atau bahkan menit. Bandingkan dengan ribuan Hanzi atau sistem Kana Jepang yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dikuasai. Kesederhanaan dan keteraturan ini menjadikannya sangat mudah diakses, memenuhi tujuan awal Raja Sejong.

2. Ilmiah dan Logis

Desain fonetik yang meniru organ bicara dan prinsip filosofis vokal membuat Hangul sangat logis. Ini bukan sekadar koleksi simbol, melainkan sistem yang terstruktur dengan dasar-dasar linguistik yang kuat. Linguis dunia sering memuji Hangul sebagai salah satu aksara paling sempurna yang pernah diciptakan.

3. Sangat Fonetik

Hangul adalah aksara fonetik yang sangat konsisten. Hampir setiap jamo memiliki bunyi yang tetap dan dapat diprediksi, berbeda dengan bahasa Inggris di mana satu huruf bisa memiliki banyak bunyi (misalnya 'ough'). Meskipun ada aturan perubahan bunyi, aturan-aturan ini juga bersifat sistematis dan dapat dipelajari, memastikan akurasi pengucapan.

4. Efisien untuk Digitalisasi

Karena strukturnya yang modular (blok suku kata), Hangul sangat efisien dalam komputasi dan input digital. Dengan keyboard yang relatif sederhana, ribuan suku kata dapat dihasilkan. Ini membuatnya ideal untuk era digital, memungkinkan input cepat di ponsel, komputer, dan perangkat lainnya.

5. Mampu Merepresentasikan Berbagai Bunyi

Fleksibilitas Hangul memungkinkan tidak hanya merepresentasikan bunyi bahasa Korea dengan akurat, tetapi juga mengadaptasi bunyi asing. Banyak nama dan kata pinjaman asing dapat ditulis dalam Hangul dengan tingkat keakuratan fonetik yang tinggi, menjadikannya alat yang serbaguna.

6. Mempromosikan Literasi

Sejak penciptaannya, Hangul telah menjadi kunci untuk tingkat literasi yang sangat tinggi di Korea. Aksara yang mudah diakses ini telah memberdayakan jutaan orang untuk membaca dan menulis, membuka pintu pendidikan dan partisipasi sosial yang sebelumnya tertutup bagi mereka.

Perbandingan dengan Sistem Tulisan Lain

Untuk lebih memahami keunikan Hangul, ada baiknya kita bandingkan dengan sistem tulisan lain yang umum digunakan di Asia Timur dan dunia.

1. Hanzi (Cina/Jepang)

2. Kana (Jepang)

3. Alfabet Latin

Perbandingan ini menyoroti bahwa Hangul berhasil menggabungkan kemudahan belajar aksara alfabetis dengan efisiensi representasi bunyi, menjadikannya sistem yang unik dan brilian.

Hangul di Era Modern: Duta Budaya Korea

Dalam beberapa dekade terakhir, Hangul telah melampaui perannya sebagai aksara nasional dan menjadi duta budaya Korea ke seluruh dunia. Gelombang K-pop, K-drama, dan konten Korea lainnya telah memicu minat global yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap bahasa dan aksara ini.

1. Gelombang Hallyu (Korean Wave)

Popularitas budaya pop Korea, yang dikenal sebagai Hallyu, telah menjadi magnet bagi jutaan orang untuk belajar bahasa Korea. Dengan belajar bahasa, mereka secara otomatis mulai akrab dengan Hangul. Sekolah bahasa Korea di seluruh dunia melihat peningkatan pendaftaran yang signifikan, dengan Hangul sebagai pintu gerbang utama.

2. Digitalisasi dan Teknologi

Di era digital, Hangul berkembang pesat. Keyboard Korea dan metode input Hangul di perangkat seluler dan komputer sangat intuitif. Google Translate, Papago, dan aplikasi pembelajaran bahasa lainnya telah membuat Hangul semakin mudah diakses. Karakter Hangul yang unik juga memberikan estetika modern dalam desain grafis dan tipografi.

3. Pengakuan Internasional

Hangul sering dipuji oleh para linguis dan pakar bahasa. UNESCO bahkan telah menganugerahkan "King Sejong Literacy Prize" untuk menghormati upaya dalam memberantas buta huruf, sebagai pengakuan atas semangat di balik penciptaan Hangul itu sendiri.

4. Inovasi dan Adaptasi

Hangul terus beradaptasi. Ada upaya untuk menggunakan Hangul untuk merekam bahasa-bahasa minoritas yang tidak memiliki sistem penulisan sendiri. Contohnya, suku Cia-Cia di Indonesia telah mengadopsi Hangul sebagai aksara resmi mereka, menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas sistem ini.

Prospek Masa Depan Hangul

Masa depan Hangul terlihat sangat cerah. Dengan fondasi yang kuat sebagai sistem penulisan yang ilmiah dan efisien, serta dorongan dari fenomena budaya global, Hangul diposisikan untuk terus berkembang.

1. Peningkatan Pembelajaran Global

Minat terhadap bahasa Korea diperkirakan akan terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Ini berarti lebih banyak orang akan terpapar dan mempelajari Hangul, memperluas jangkauannya secara global.

2. Peran dalam Pendidikan

Hangul akan terus menjadi alat utama dalam pendidikan di Korea dan juga di pusat-pusat studi Korea di seluruh dunia. Kemudahan belajarnya akan terus menjadi aset berharga dalam mempromosikan literasi dan pemahaman linguistik.

3. Penelitian Linguistik dan Inovasi Teknologi

Para peneliti akan terus mempelajari struktur dan efisiensi Hangul, yang dapat mengarah pada inovasi dalam pengenalan suara, pemrosesan bahasa alami, dan teknologi teks lainnya. Desain modularnya membuatnya menjadi subjek yang menarik untuk pengembangan AI dan machine learning.

4. Simbol Identitas dan Kebanggaan Nasional

Bagi rakyat Korea, Hangul akan selalu menjadi lebih dari sekadar aksara. Ini adalah simbol identitas nasional, warisan sejarah yang kaya, dan bukti kecerdasan serta semangat kemanusiaan Raja Sejong yang Agung. Kebanggaan ini akan terus memelihara dan mempromosikan Hangul di masa depan.

Hangul adalah pengingat bahwa tujuan utama bahasa dan aksara adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan pemahaman antarmanusia. Desainnya yang brilian, sejarahnya yang mulia, dan perannya yang terus berkembang di dunia modern menjadikannya salah satu warisan budaya paling berharga umat manusia.

Kesimpulan

Hangul adalah sebuah mahakarya linguistik yang lahir dari visi kemanusiaan Raja Sejong yang Agung. Dari awal penciptaannya yang revolusioner pada abad ke-15 hingga perannya sebagai duta budaya Korea di era modern, Hangul telah membuktikan dirinya sebagai sistem penulisan yang luar biasa. Prinsip-prinsip desainnya yang ilmiah, strukturnya yang logis, dan kemudahannya untuk dipelajari telah menjadikannya salah satu aksara paling efisien dan dihormati di dunia.

Lebih dari sekadar alat komunikasi, Hangul adalah fondasi literasi yang tinggi di Korea, sebuah simbol kebanggaan nasional, dan jembatan yang menghubungkan jutaan orang di seluruh dunia dengan budaya Korea yang kaya. Menguasai Hangul adalah langkah pertama untuk memahami keindahan dan kedalaman bahasa Korea, sebuah pengalaman yang semakin dihargai di kancah global. Keajaiban Hangul akan terus menginspirasi dan memfasilitasi pertukaran budaya untuk generasi yang akan datang.