Bertakziah: Menguatkan Hati, Membangun Empati di Tengah Duka

Kehidupan adalah serangkaian peristiwa, dari kelahiran hingga kematian. Kematian adalah sebuah kepastian yang akan menghampiri setiap jiwa. Di tengah takdir yang tak terelakkan ini, manusia diuji dengan kehilangan, duka, dan kesedihan mendalam. Dalam tradisi banyak kebudayaan dan agama, terutama dalam Islam, ada sebuah praktik mulia yang dikenal sebagai takziah. Takziah bukan sekadar kunjungan formal, melainkan sebuah manifestasi empati, kasih sayang, dan solidaritas sosial yang mendalam. Ia adalah jembatan yang menghubungkan hati yang berduka dengan hati yang berbelasungkawa, menciptakan ruang bagi penyembuhan dan penguatan.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai takziah, mulai dari esensi dan tujuannya, landasan syariatnya, adab dan etika yang perlu diperhatikan, hingga dampak psikologisnya bagi keluarga yang berduka maupun bagi mereka yang bertakziah. Kita akan menjelajahi bagaimana takziah menjadi lebih dari sekadar tradisi, melainkan sebuah pilar penting dalam membangun masyarakat yang saling peduli dan menguatkan. Dengan pemahaman yang komprehensif, kita diharapkan dapat melaksanakan takziah dengan cara yang paling bermakna dan efektif, menghadirkan ketenangan di tengah badai kesedihan.

Ilustrasi jam yang berhenti, melambangkan waktu yang terhenti karena kehilangan.

1. Memahami Takziah: Esensi dan Tujuannya

Kata "takziah" berasal dari bahasa Arab, 'azza-yu'azzi, yang berarti menghibur, menguatkan, atau melipur lara. Dalam konteks syariat, takziah didefinisikan sebagai kunjungan kepada keluarga jenazah untuk menyampaikan belasungkawa, menghibur mereka yang berduka, mendoakan almarhum atau almarhumah, serta mengingatkan mereka untuk bersabar dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Ia adalah sebuah tindakan mulia yang menembus batas-batas kesedihan, menghadirkan sedikit ketenangan dalam jiwa yang sedang dilanda ujian berat.

1.1. Definisi dan Konsep Dasar Takziah

Secara harfiah, takziah berarti menghibur orang yang ditimpa musibah agar ia merasa ringan kesedihannya dan tidak berputus asa. Dalam praktiknya, takziah memiliki makna yang lebih luas. Ia mencakup kunjungan, ucapan duka, doa, dan bahkan bantuan praktis yang diberikan kepada keluarga yang sedang berduka. Konsep dasarnya adalah tentang kebersamaan dalam menghadapi takdir, saling menopang, dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan yang luhur.

Takziah bukanlah sekadar formalitas atau adat istiadat semata. Lebih dari itu, ia merupakan sebuah ajaran moral yang kuat, mengingatkan kita akan kerapuhan hidup dan pentingnya silaturahim. Melalui takziah, kita diingatkan bahwa setiap individu adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, di mana rasa sakit satu anggota dirasakan oleh yang lain.

1.2. Tujuan Utama Takziah

Tujuan takziah sangat beragam dan mendalam, meliputi aspek spiritual, psikologis, dan sosial:

  1. Meringankan Beban Psikologis Keluarga: Kehilangan seseorang yang dicintai dapat menyebabkan duka yang luar biasa. Kehadiran para pentakziah menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri, ada banyak orang yang peduli dan bersimpati. Dukungan ini sangat vital untuk membantu keluarga menghadapi fase awal kesedihan.
  2. Mendoakan Almarhum/Almarhumah: Dalam takziah, mendoakan agar jenazah diampuni dosanya, dilapangkan kuburnya, dan diterima di sisi Allah SWT adalah salah satu tujuan utama. Doa-doa ini tidak hanya bermanfaat bagi almarhum, tetapi juga memberikan ketenangan batin bagi keluarga yang ditinggalkan.
  3. Mengingatkan tentang Kematian dan Akhirat: Kematian adalah pengingat terbaik akan akhirat. Melalui takziah, baik keluarga yang berduka maupun para pentakziah diingatkan akan fana-nya dunia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Ini mendorong refleksi diri dan peningkatan amal ibadah.
  4. Menguatkan Kesabaran Keluarga: Dalam keadaan duka, kesabaran seringkali diuji. Para pentakziah bertugas untuk menguatkan mental keluarga, mendorong mereka untuk menerima takdir dengan ikhlas, dan bersabar atas musibah yang menimpa.
  5. Mempererat Tali Silaturahim: Takziah adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga dan mempererat hubungan antarindividu dan antar keluarga dalam masyarakat. Ia menunjukkan kepedulian dan kebersamaan, yang esensial dalam membangun komunitas yang kokoh.
  6. Memberikan Bantuan Praktis (jika diperlukan): Seringkali, keluarga yang berduka terlalu larut dalam kesedihan untuk mengurus hal-hal praktis. Bantuan berupa makanan, tenaga, atau dukungan finansial dapat sangat membantu meringankan beban mereka.

2. Landasan Syariat dan Filosofi Takziah dalam Islam

Dalam Islam, takziah adalah amalan yang sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan besar. Ada banyak dalil dari Al-Quran dan Hadits yang mendasari praktik ini, serta filosofi mendalam yang melingkupinya.

2.1. Dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits

Meskipun tidak ada ayat Al-Quran yang secara eksplisit memerintahkan takziah, semangatnya terkandung dalam banyak ayat yang menekankan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan, empati, dan kesabaran. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ma'idah ayat 2:

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."

Semangat tolong-menolong ini sangat relevan dalam konteks takziah. Adapun dalil yang lebih spesifik mengenai takziah banyak ditemukan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW:

Dalil-dalil ini jelas menunjukkan bahwa takziah bukan sekadar tradisi, melainkan ajaran agama yang memiliki keutamaan besar di sisi Allah SWT.

2.2. Falsafah Hidup dan Mati dalam Takziah

Takziah memiliki falsafah yang sangat dalam mengenai kehidupan dan kematian. Ia mengajarkan kita untuk:

  1. Menerima Qada dan Qadar: Kematian adalah bagian dari takdir (qada) Allah yang telah ditetapkan (qadar). Melalui takziah, kita belajar untuk menerima ketetapan ini dengan ikhlas dan sabar. Ini adalah manifestasi keimanan yang kuat.
  2. Menghargai Kehidupan: Dengan melihat betapa fana-nya hidup dan betapa cepatnya kematian datang, kita diingatkan untuk menghargai setiap momen, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dan berbuat kebaikan selagi masih ada kesempatan.
  3. Persiapan Menuju Akhirat: Kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan gerbang menuju kehidupan abadi di akhirat. Takziah menjadi pengingat bagi setiap individu untuk senantiasa mempersiapkan bekal terbaik untuk perjalanan setelah mati.
  4. Pentingnya Empati dan Solidaritas: Falsafah takziah menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Kita harus peduli terhadap sesama, terutama saat mereka berada dalam kesulitan. Ini membentuk masyarakat yang berlandaskan kasih sayang dan persaudaraan.

Dengan demikian, takziah bukan hanya tentang menghibur, tetapi juga tentang pendidikan spiritual dan sosial yang berkelanjutan.

Ilustrasi pin lokasi yang menunjuk pada suatu titik, melambangkan kunjungan dan kehadiran.

3. Adab dan Etika Bertakziah: Panduan Lengkap

Melaksanakan takziah dengan adab dan etika yang baik sangat penting agar tujuan mulia takziah dapat tercapai. Ini mencakup persiapan sebelum berangkat, perilaku saat di lokasi, dan tindakan setelah kembali.

3.1. Sebelum Berangkat Takziah

  1. Niat yang Tulus: Pastikan niat untuk bertakziah semata-mata karena Allah SWT, untuk menghibur keluarga yang berduka, dan mendoakan almarhum. Hindari niat-niat lain seperti ingin tahu gosip atau sekadar formalitas.
  2. Waktu yang Tepat: Sebaiknya takziah dilakukan sesegera mungkin setelah mendapat kabar duka, atau dalam rentang waktu tiga hari pertama setelah kematian. Ini adalah masa di mana keluarga sangat membutuhkan dukungan. Namun, jika ada halangan, takziah tetap bisa dilakukan di luar waktu tersebut, disesuaikan dengan kondisi keluarga yang berduka.
  3. Pakaian yang Sopan dan Bersahaja: Kenakan pakaian yang bersih, rapi, dan sopan. Hindari pakaian yang mencolok, terlalu mewah, atau tidak pantas untuk suasana duka. Pakaian berwarna netral atau gelap seringkali dianggap lebih sesuai.
  4. Persiapan Mental: Siapkan mental untuk menghadapi suasana duka. Hindari ekspresi wajah yang ceria berlebihan atau justru terlalu pesimis. Usahakan untuk menunjukkan empati dan ketenangan.
  5. Bawa Bantuan (Opsional): Jika memungkinkan dan dirasa perlu, bawalah makanan ringan, buah-buahan, atau sesuatu yang praktis untuk keluarga yang berduka, terutama jika mereka kesulitan menyiapkan makanan. Jangan sampai niat membantu malah menjadi beban.

3.2. Saat di Lokasi Takziah

  1. Sampaikan Salam dan Ucapan Duka Tulus: Begitu tiba, sampaikan salam (misalnya, "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh") dan langsung menghampiri keluarga inti untuk menyampaikan ucapan belasungkawa yang tulus. Contoh ucapan: "Saya turut berdukacita atas meninggalnya [nama almarhum/almarhumah]. Semoga Allah mengampuni segala dosanya, menerima segala amal kebaikannya, dan menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan."
  2. Jaga Sikap dan Perilaku:
    • Duduk dengan Sopan: Pilih tempat duduk yang tidak terlalu menonjol atau mengganggu. Jangan duduk terlalu dekat atau terlalu jauh dari keluarga inti.
    • Pandangan yang Menunduk: Jaga pandangan, hindari melihat-lihat sekeliling dengan rasa ingin tahu yang berlebihan.
    • Hindari Tawa dan Bercanda: Suasana takziah adalah suasana duka. Hindari tertawa terbahak-bahak, bercanda, atau melakukan hal-hal yang tidak menghormati kesedihan keluarga.
    • Jangan Terlalu Lama: Setelah menyampaikan belasungkawa, mendoakan, dan jika perlu menawarkan bantuan, sebaiknya tidak berlama-lama. Beri ruang bagi keluarga untuk beristirahat dan menghadapi duka mereka. Waktu takziah idealnya antara 10-30 menit, tergantung kondisi.
    • Tidak Menggosip atau Menggali Informasi Berlebihan: Hindari membicarakan hal-hal yang tidak relevan dengan duka cita atau menggali detail kematian secara berlebihan. Fokus pada penghiburan.
    • Tidak Memotret atau Berswafoto: Ini adalah etika dasar. Jangan pernah mengambil foto atau berswafoto di acara takziah, karena ini sangat tidak menghormati dan mengganggu privasi keluarga.
  3. Mendengarkan dengan Empati: Jika keluarga ingin bercerita tentang almarhum atau meluapkan perasaan, dengarkanlah dengan penuh perhatian dan empati. Tidak perlu memberikan solusi atau nasihat yang tidak diminta, cukup menjadi pendengar yang baik.
  4. Mendoakan dengan Khusyuk: Jika ada kesempatan untuk berdoa bersama atau secara individu, lakukanlah dengan khusyuk. Doa adalah hadiah terbaik yang bisa diberikan kepada almarhum dan penguat bagi keluarga.
  5. Menawarkan Bantuan Praktis: Tawarkan bantuan yang konkret, seperti membantu menyiapkan makanan, membersihkan rumah, atau menjaga anak-anak. Pastikan tawaran ini tulus dan benar-benar bisa Anda laksanakan. Jangan hanya menawarkan "kalau ada apa-apa bilang saja," karena seringkali keluarga terlalu sungkan untuk meminta. Lebih baik bertanya, "Apakah ada yang bisa saya bantu sekarang, misalnya untuk menyiapkan hidangan atau menemani anak-anak?"

3.3. Setelah Kembali dari Takziah

Setelah meninggalkan lokasi takziah, adab dan etika tetap berlanjut:

  1. Terus Mendoakan: Terus doakan almarhum dan keluarga yang berduka dari kejauhan.
  2. Jaga Lisan: Hindari membicarakan kekurangan atau aib almarhum/almarhumah. Jaga kehormatan mereka.
  3. Jaga Silaturahim: Jika hubungan dekat, tetap jalin silaturahim dengan keluarga yang ditinggalkan, terutama di hari-hari atau minggu-minggu berikutnya, karena duka seringkali baru terasa mendalam setelah keramaian takziah berlalu.
  4. Ambil Pelajaran: Jadikan pengalaman takziah sebagai pengingat akan kematian dan motivasi untuk memperbaiki diri serta meningkatkan amal ibadah.

4. Ucapan Duka yang Menguatkan Hati

Kata-kata memiliki kekuatan besar. Ucapan duka yang tepat dan tulus dapat menjadi penyejuk di tengah hati yang gersang karena duka. Sebaliknya, ucapan yang tidak peka atau klise bisa melukai.

4.1. Contoh Ucapan Duka yang Menguatkan

Berikut adalah beberapa contoh ucapan duka yang dapat disampaikan:

4.2. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari dalam Ucapan Duka

Ada beberapa jenis ucapan yang sebaiknya dihindari karena berpotensi menambah beban atau melukai perasaan keluarga yang berduka:

Fokuslah pada menunjukkan dukungan, kasih sayang, dan ketersediaan Anda untuk membantu, bukan pada memberikan ceramah atau penilaian.

5. Aspek Psikologis Kehilangan dan Dukungan Takziah

Kehilangan adalah salah satu pengalaman manusia yang paling sulit. Proses berduka sangat kompleks dan takziah memiliki peran krusial dalam mendukung kesehatan mental dan emosional keluarga yang berduka.

5.1. Tahap-tahap Proses Berduka

Psikolog Elisabeth Kübler-Ross mengidentifikasi lima tahap umum dalam proses berduka:

  1. Penyangkalan (Denial): Sulit menerima kenyataan. "Ini tidak mungkin terjadi."
  2. Kemarahan (Anger): Merasa marah pada diri sendiri, orang lain, atau bahkan Tuhan. "Mengapa ini terjadi padaku/keluargaku?"
  3. Penawaran (Bargaining): Mencoba membuat kesepakatan, misalnya "Andai saja saya melakukan ini, mungkin ia masih hidup."
  4. Depresi (Depression): Muncul perasaan sedih, putus asa, kehilangan minat, dan menarik diri. Ini adalah tahap di mana duka terasa paling berat.
  5. Penerimaan (Acceptance): Akhirnya, mencapai titik di mana kenyataan kehilangan diterima, bukan berarti melupakan, tetapi belajar untuk hidup dengannya.

Penting untuk diingat bahwa tahapan ini tidak selalu berurutan, bisa berulang, dan setiap orang mengalaminya secara berbeda. Tidak ada "cara yang benar" untuk berduka.

5.2. Peran Takziah dalam Mendukung Kesehatan Mental

Dukungan dari takziah sangat vital karena:

Ilustrasi wajah sedih, mewakili ekspresi duka dan kesedihan.

6. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dan Dihindari Secara Umum

Selain adab dan etika berbicara, ada beberapa hal umum yang perlu diperhatikan dan dihindari agar kehadiran kita benar-benar membawa manfaat.

6.1. Yang Perlu Diperhatikan

6.2. Yang Perlu Dihindari

7. Takziah Jarak Jauh: Alternatif di Era Modern

Di era digital dan globalisasi saat ini, tidak semua orang bisa hadir secara fisik untuk bertakziah. Namun, ini tidak berarti kita tidak bisa menyampaikan dukungan dan belasungkawa. Takziah jarak jauh dapat menjadi alternatif yang efektif.

7.1. Bentuk-bentuk Takziah Jarak Jauh

Ada beberapa cara untuk menyampaikan takziah dari jarak jauh:

  1. Panggilan Telepon atau Video Call: Ini adalah cara paling personal setelah kunjungan fisik. Dengarkan dengan empati, sampaikan ucapan duka yang tulus, dan tawarkan bantuan yang relevan.
  2. Pesan Singkat (SMS/Chat App): Kirim pesan yang singkat, padat, dan penuh empati. Contoh: "Turut berduka cita atas kepergian [nama]. Saya mendoakan yang terbaik untuk almarhum/almarhumah dan keluarga. Semoga diberi ketabahan."
  3. Kartu Ucapan atau Surat: Meskipun terkesan tradisional, kartu ucapan atau surat tulisan tangan dapat sangat menyentuh dan menunjukkan ketulusan.
  4. Karangan Bunga atau Bunga Duka Cita: Mengirimkan karangan bunga adalah cara umum untuk menunjukkan belasungkawa, terutama di lingkungan perkotaan. Pastikan pesan pada karangan bunga sopan dan sesuai.
  5. Donasi atas Nama Almarhum/Almarhumah: Jika keluarga setuju, memberikan donasi ke yayasan amal atau membantu biaya pemakaman bisa menjadi bentuk takziah yang sangat bermanfaat.
  6. Doa dari Kejauhan: Ini adalah bentuk takziah spiritual yang paling fundamental. Selalu doakan almarhum/almarhumah dan keluarga yang berduka, di mana pun Anda berada.

7.2. Etika Takziah Jarak Jauh

8. Hikmah di Balik Musibah dan Takziah

Setiap musibah, termasuk kematian, memiliki hikmah yang mendalam. Takziah membantu kita merenungkan dan mengambil pelajaran dari hikmah tersebut.

8.1. Pengingat Kematian dan Kehidupan yang Fana

Kematian adalah guru terbaik. Ia mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini sementara. Harta, jabatan, dan kekuasaan tidak akan abadi. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan. Takziah menjadi momen untuk muhasabah diri, meninjau kembali prioritas hidup, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar esensial: hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia.

8.2. Pelajaran tentang Kesabaran dan Keikhlasan

Musibah menguji kesabaran. Bagi keluarga yang berduka, ini adalah ujian keimanan tertinggi. Bagi yang bertakziah, ini adalah kesempatan untuk belajar mengendalikan diri, berempati, dan menyadari bahwa setiap ujian ada batasnya dan Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Menerima takdir dengan ikhlas adalah puncak dari kesabaran.

8.3. Mempererat Tali Silaturahim dan Solidaritas Sosial

Takziah secara alami memperkuat ikatan sosial. Ia mengingatkan kita bahwa kita adalah bagian dari sebuah komunitas yang saling mendukung. Saat satu anggota menderita, anggota lain ikut merasakan dan berusaha meringankan. Ini menciptakan fondasi masyarakat yang kuat, yang tidak hanya peduli pada kesenangan tetapi juga pada kesulitan bersama.

8.4. Mensyukuri Nikmat Kehidupan dan Kesehatan

Melihat orang lain berpulang mengingatkan kita akan nikmat hidup yang masih kita miliki. Nikmat bernapas, bergerak, bersama orang-orang tercinta, dan beribadah. Ini memotivasi kita untuk lebih bersyukur dan memanfaatkan setiap detik hidup untuk kebaikan.

8.5. Refleksi Diri dan Peningkatan Amal Saleh

Setiap takziah adalah cermin. Kita melihat diri kita di masa depan, dan ini seharusnya menjadi dorongan kuat untuk melakukan introspeksi. Apakah kita sudah cukup beramal? Apakah kita sudah meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakiti? Apakah kita sudah berbakti kepada orang tua? Semua pertanyaan ini mendorong kita untuk bergegas meningkatkan amal saleh.

9. Studi Kasus dan Contoh Penerapan Takziah

Untuk memberikan pemahaman yang lebih konkret, mari kita lihat beberapa studi kasus dan bagaimana takziah dapat diterapkan dalam berbagai situasi.

9.1. Takziah untuk Kematian Anak Kecil

Kematian seorang anak adalah salah satu duka yang paling mendalam bagi orang tua. Dalam situasi ini, fokus takziah harus sangat lembut dan penuh kepekaan.

9.2. Takziah untuk Korban Kecelakaan Mendadak

Kematian yang mendadak, terutama karena kecelakaan, seringkali meninggalkan keluarga dalam keadaan syok dan tidak siap.

9.3. Takziah bagi Keluarga yang Berbeda Agama/Keyakinan

Takziah adalah tindakan kemanusiaan yang melampaui batas agama. Menghibur orang yang berduka adalah nilai universal.

9.4. Takziah untuk Kematian Setelah Sakit Panjang

Ketika seseorang meninggal setelah sakit panjang, ada kemungkinan keluarga sudah melalui proses duka antisipatif. Namun, duka tetap duka.

10. Membangun Komunitas yang Saling Mendukung Melalui Takziah

Takziah lebih dari sekadar kunjungan tunggal. Ia adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk membangun komunitas yang kuat, peduli, dan saling mendukung.

10.1. Peran Masyarakat dalam Takziah

Masyarakat memiliki peran kolektif dalam menjaga tradisi takziah. Ketika setiap anggota masyarakat memahami dan menjalankan adab takziah dengan baik, itu menciptakan jaring pengaman sosial yang kokoh. Tetangga yang sigap membantu, teman yang datang menghibur, dan komunitas yang bahu-membahu meringankan beban adalah cerminan dari masyarakat yang sehat secara sosial dan spiritual.

Hal ini juga mencakup peran lembaga keagamaan dan sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya takziah, bagaimana melakukannya dengan benar, dan bagaimana dukungan dapat terus diberikan bahkan setelah momen-momen awal duka.

10.2. Takziah sebagai Bagian dari Solidaritas Berkelanjutan

Dukungan tidak boleh berhenti setelah pemakaman. Solidaritas harus berlanjut. Ini bisa berarti:

Solidaritas berkelanjutan ini sangat penting untuk mencegah keluarga yang berduka merasa terisolasi atau terlupakan setelah simpati awal mereda. Ini menunjukkan bahwa ikatan kasih sayang dan kepedulian masyarakat adalah nyata dan abadi.

Ilustrasi siluet dua orang yang saling berpegangan tangan, melambangkan dukungan dan kebersamaan.

Penutup: Memaknai Takziah sebagai Pilar Kemanusiaan

Bertakziah adalah salah satu amalan terbaik dalam agama dan tradisi kita, sebuah manifestasi nyata dari kemanusiaan dan empati. Ia bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah ritual sosial dan spiritual yang memiliki dampak mendalam bagi individu maupun komunitas.

Melalui takziah, kita belajar tentang kerapuhan hidup, pentingnya kesabaran, kekuatan doa, dan keindahan solidaritas sosial. Kita diingatkan bahwa di tengah duka dan kehilangan, kita tidak sendiri. Ada tangan-tangan yang siap menggenggam, telinga yang siap mendengar, dan hati-hati yang siap berbagi beban.

Semoga dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai esensi, adab, dan hikmah takziah, kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih peka, peduli, dan mampu menghadirkan ketenangan serta kekuatan bagi sesama yang sedang dilanda kesedihan. Mari kita jadikan praktik takziah sebagai salah satu pilar utama dalam membangun masyarakat yang madani, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan, dan kepedulian.

Karena pada akhirnya, dalam lingkaran kehidupan dan kematian, adalah cinta dan dukungan yang kita berikan kepada sesama yang akan abadi.