Benang Nanas: Inovasi Serat Alami Berkelanjutan dari Buah Tropis

Ilustrasi Serat Nanas dan Buah Nanas Sebuah ilustrasi yang menggambarkan buah nanas dengan daunnya yang menjulur, dari daun tersebut muncul untaian serat yang halus dan kuat, melambangkan asal dan produk benang nanas.

Ilustrasi buah nanas dan serat alami yang diekstraksi dari daunnya, melambangkan potensi keberlanjutan.

Di tengah hiruk pikuk pencarian solusi berkelanjutan untuk industri dan gaya hidup modern, benang nanas muncul sebagai sebuah permata tersembunyi dari alam tropis. Lebih dari sekadar buah manis yang menyegarkan, nanas menyimpan potensi luar biasa dalam serat daunnya yang dapat diolah menjadi benang. Serat nanas, atau yang dikenal sebagai Piña di beberapa belahan dunia, bukan hanya sekadar alternatif; ia adalah inovasi yang menjanjikan masa depan yang lebih hijau, etis, dan ekonomis.

Artikel ini akan membawa kita menyelami dunia benang nanas secara mendalam. Kita akan mengupas tuntas mulai dari sejarah panjang penggunaannya yang telah mengakar dalam tradisi budaya tertentu, hingga proses ekstraksi serat yang unik, karakteristik unggulannya, berbagai aplikasinya yang kini semakin meluas, serta peran vitalnya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mari kita jelajahi bagaimana sehelai serat dari daun nanas dapat membuka gerbang menuju revolusi material yang ramah lingkungan.

Sejarah dan Warisan Budaya Benang Nanas

Penggunaan serat nanas bukanlah fenomena baru. Jauh sebelum dunia modern menyadari potensi keberlanjutannya, masyarakat di berbagai belahan dunia tropis, terutama di Asia Tenggara, telah memanfaatkan daun nanas sebagai sumber serat untuk tekstil dan kerajinan tangan selama berabad-abad. Warisan budaya ini menjadi fondasi yang kuat bagi pengembangan benang nanas di era kontemporer.

Filipina: Pusat Tradisi Kain Piña

Salah satu contoh paling menonjol dan termasyhur dari penggunaan serat nanas adalah Filipina, dengan kain Piña-nya yang legendaris. Sejak abad ke-16, ketika bangsa Spanyol memperkenalkan nanas ke Filipina, masyarakat setempat dengan cepat menemukan kegunaan lain dari tanaman ini selain buahnya. Mereka mengembangkan teknik ekstraksi serat dari daun nanas dan menenunnya menjadi kain yang sangat halus, ringan, dan transparan.

Indonesia: Potensi yang Belum Sepenuhnya Tergali

Di Indonesia, meskipun nanas adalah komoditas pertanian yang melimpah, potensi serat daunnya belum dimanfaatkan secara luas hingga beberapa dekade terakhir. Secara historis, beberapa komunitas di daerah tertentu mungkin telah menggunakan serat nanas untuk kerajinan sederhana seperti tali, jaring, atau alas kaki, namun tidak sepopuler di Filipina dalam konteks tekstil halus.

Warisan budaya yang kaya ini, baik yang telah berkembang pesat seperti Piña di Filipina maupun yang sedang bangkit di Indonesia, menunjukkan bahwa benang nanas bukan sekadar tren sesaat. Ia memiliki akar yang dalam dalam praktik tradisional dan kini bertransformasi menjadi solusi modern untuk tantangan lingkungan dan ekonomi global.

Proses Ekstraksi Serat Benang Nanas

Untuk mengubah daun nanas yang tampak biasa menjadi serat yang kuat dan serbaguna, diperlukan serangkaian proses ekstraksi yang cermat. Proses ini bervariasi dari metode tradisional yang padat karya hingga pendekatan modern yang memanfaatkan teknologi untuk efisiensi yang lebih tinggi. Pemahaman akan tahapan ini krusial untuk mengoptimalkan kualitas serat dan produktivitas.

1. Pengumpulan dan Persiapan Daun Nanas

Langkah pertama dalam perjalanan benang nanas adalah pengumpulan daun. Daun nanas yang digunakan biasanya adalah limbah dari panen buah atau daun yang sengaja ditanam untuk tujuan serat. Daun yang paling ideal adalah daun yang sudah matang dan berukuran panjang.

2. Ekstraksi Serat Kasar (Decortication)

Tahap ini bertujuan untuk memisahkan serat dari material non-serat seperti pulp daun, klorofil, dan getah.

Metode Tradisional (Pengerokan Manual)

Ini adalah metode yang umum digunakan di Filipina untuk kain Piña dan di beberapa komunitas tradisional lainnya. Prosesnya sangat manual dan membutuhkan keahlian serta kesabaran tinggi.

Metode Mekanis

Untuk produksi skala yang lebih besar dan efisiensi, digunakan mesin dekortikator.

3. Degumming (Penghilangan Getah)

Serat nanas, seperti banyak serat alami lainnya, mengandung gum (pektin, hemiselulosa, lignin) yang membuatnya kaku, rapuh, dan sulit dipintal. Degumming adalah proses untuk menghilangkan atau melarutkan getah ini, sehingga serat menjadi lebih lembut, fleksibel, dan siap untuk diproses lebih lanjut.

4. Pengeringan

Serat yang sudah bersih dan telah melewati proses degumming harus dikeringkan sepenuhnya untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri, serta untuk mempersiapkannya pada tahap selanjutnya.

5. Penyisiran (Carding) dan Pemintalan (Spinning)

Serat yang sudah kering dan bersih kemudian disisir untuk meluruskan dan memisahkan serat-serat individual, menghilangkan sisa-sisa kotoran, dan membentuk gumpalan serat yang disebut sliver. Sliver ini kemudian dipintal menjadi benang.

Setiap tahapan dalam proses ekstraksi benang nanas memerlukan perhatian detail. Peningkatan teknologi dan penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan metode yang lebih efisien, berkelanjutan, dan menghasilkan serat dengan kualitas konsisten untuk memenuhi tuntutan pasar global.

Karakteristik Unggul Serat Nanas

Benang nanas tidak hanya menarik karena asal-usulnya yang berkelanjutan, tetapi juga karena memiliki serangkaian karakteristik unik yang menjadikannya material yang sangat berharga. Sifat-sifat ini membedakannya dari serat alami lainnya dan membuka berbagai peluang aplikasi.

1. Kekuatan Tarik Tinggi

Salah satu sifat paling menonjol dari serat nanas adalah kekuatan tariknya yang luar biasa. Serat ini sangat kuat dan tahan terhadap putus, bahkan lebih kuat dari banyak serat alami lain seperti katun dan rami dalam kondisi tertentu.

2. Ringan dan Halus

Meskipun kuat, serat nanas memiliki bobot yang sangat ringan. Ketika diolah dengan benar, terutama melalui degumming yang efektif, serat ini dapat menghasilkan benang yang sangat halus dan lembut.

3. Kilau Alami

Serat nanas memiliki kilau alami yang indah, mirip dengan sutra atau serat rami berkualitas tinggi. Kilau ini memberikan sentuhan elegan pada kain atau produk yang terbuat dari benang nanas.

4. Daya Serap Kelembaban yang Baik (Hidrofilik)

Serat nanas bersifat hidrofilik, artinya ia memiliki kemampuan untuk menyerap dan melepaskan kelembaban dengan baik. Sifat ini sangat penting untuk kenyamanan dalam aplikasi tekstil.

5. Tahan Terhadap Kerutan

Kain yang terbuat dari benang nanas cenderung lebih tahan terhadap kerutan dibandingkan beberapa serat alami lainnya. Ini adalah keuntungan praktis yang dihargai dalam pakaian dan produk rumah tangga.

6. Ramah Lingkungan dan Biodegradable

Ini adalah salah satu karakteristik paling penting dari benang nanas di era modern.

7. Potensi Anti-Bakteri dan Anti-UV (Masih dalam Penelitian)

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa serat nanas mungkin memiliki sifat anti-bakteri dan kemampuan untuk memblokir radiasi UV. Meskipun studi lebih lanjut masih diperlukan, potensi ini sangat menjanjikan untuk aplikasi khusus seperti pakaian olahraga, pakaian medis, atau tekstil teknis.

Dengan kombinasi kekuatan, kehalusan, kilau, dan sifat ramah lingkungan, serat nanas menawarkan solusi yang menarik dan berkelanjutan untuk berbagai industri, mulai dari fesyen hingga manufaktur tingkat tinggi.

Aplikasi dalam Industri Tekstil

Potensi benang nanas dalam industri tekstil sangat luas, merentang dari kain tradisional yang berharga hingga inovasi fesyen modern yang berkelanjutan. Karakteristik uniknya menjadikannya material yang diminati untuk berbagai jenis produk.

Ilustrasi Serat Nanas Menjadi Kain Gambar sederhana untaian serat yang digambar tangan, kemudian bertransformasi menjadi pola tenun kotak-kotak, melambangkan proses perubahan serat menjadi tekstil. Transformasi

Dari serat alami hingga kain yang ditenun: sebuah transformasi material yang berkelanjutan.

1. Kain Tradisional dan Mewah (Piña Fabric)

Seperti yang telah dibahas, kain Piña dari Filipina adalah puncak dari aplikasi tekstil benang nanas. Kain ini dikenal karena:

2. Pakaian Fesyen Berkelanjutan

Dengan meningkatnya permintaan akan material yang ramah lingkungan, benang nanas menjadi primadona di industri fesyen berkelanjutan.

3. Tekstil Rumah Tangga dan Dekorasi

Ketahanan dan estetika benang nanas juga cocok untuk aplikasi di rumah.

4. Aksesoris dan Kerajinan Tangan

Sifat serat nanas yang kuat dan fleksibel membuatnya ideal untuk berbagai aksesoris dan kerajinan tangan.

5. Tekstil Teknis dan Industri

Selain aplikasi fesyen dan rumah tangga, serat nanas juga memiliki potensi dalam tekstil teknis.

Melalui inovasi dalam pengolahan dan pencampuran serat, benang nanas terus berkembang dari material tradisional menjadi pemain kunci dalam industri tekstil global yang semakin berorientasi pada keberlanjutan dan etika produksi.

Aplikasi Non-Tekstil Benang Nanas

Meskipun benang nanas paling dikenal dalam aplikasi tekstil, karakteristik uniknya—terutama kekuatan, ringan, dan sifat ramah lingkungannya—membuka peluang luas di luar dunia fesyen dan kain. Serat nanas telah menarik perhatian berbagai industri sebagai material alternatif yang inovatif dan berkelanjutan.

1. Bahan Komposit Biologis (Biocomposites)

Ini adalah salah satu area aplikasi non-tekstil yang paling menjanjikan untuk serat nanas. Komposit biologis adalah material yang menggabungkan serat alami (seperti serat nanas) dengan matriks polimer (baik berbasis minyak bumi maupun bioplastik) untuk menciptakan material baru dengan sifat yang ditingkatkan.

2. Pembuatan Kertas dan Karton

Serat nanas, terutama serat yang lebih pendek atau sisa-sisa dari proses ekstraksi benang, dapat dimanfaatkan dalam produksi kertas dan karton. Struktur selulosa yang kuat pada serat nanas menjadikannya bahan baku yang bagus untuk produk kertas berkualitas tinggi.

3. Bahan Baku untuk Bioplastik

Penelitian sedang berlangsung untuk mengeksplorasi potensi serat nanas sebagai bahan pengisi atau bahkan bahan baku utama dalam pengembangan bioplastik. Ini adalah langkah besar menuju ekonomi yang sepenuhnya sirkular dan mengurangi ketergantungan pada plastik berbasis minyak bumi.

4. Bahan Isolasi Termal dan Akustik

Struktur serat yang berongga dan sifat alami benang nanas dapat memberikan kemampuan isolasi yang baik.

5. Geotekstil dan Bio-remediasi

Serat nanas dapat digunakan dalam aplikasi geotekstil yang sepenuhnya dapat terurai.

6. Media Tanam dan Pupuk Organik

Sisa-sisa limbah daun nanas yang tidak bisa diolah menjadi serat halus masih memiliki nilai.

Diversifikasi aplikasi ini menunjukkan bahwa benang nanas bukan hanya material tunggal, tetapi merupakan platform material berkelanjutan dengan potensi yang belum sepenuhnya tergali. Inovasi terus membuka jalan bagi serat nanas untuk berkontribusi pada berbagai sektor industri, mendorong keberlanjutan di setiap level.

Keunggulan Lingkungan dan Keberlanjutan

Di era krisis iklim dan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari aktivitas manusia, benang nanas menonjol sebagai material yang menawarkan solusi keberlanjutan yang signifikan. Keunggulannya tidak hanya terletak pada sifat fisik seratnya, tetapi juga pada kontribusinya terhadap lingkungan dan praktik ekonomi sirkular.

1. Pemanfaatan Limbah Pertanian

Salah satu keunggulan paling menonjol dari benang nanas adalah bahwa ia berasal dari limbah pertanian. Setelah buah nanas dipanen, daun-daunnya biasanya dibuang atau dibakar, yang dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti polusi udara dan pencemaran tanah.

2. Sumber Daya Terbarukan yang Berlimpah

Nanas adalah tanaman yang tumbuh subur di banyak wilayah tropis di seluruh dunia. Pertumbuhannya relatif cepat dan tidak memerlukan lahan khusus yang bersaing dengan tanaman pangan utama, karena seratnya diambil dari daun yang merupakan hasil samping.

3. Konsumsi Air dan Pestisida yang Rendah

Dibandingkan dengan tanaman serat lain seperti kapas, tanaman nanas umumnya membutuhkan lebih sedikit air dan pestisida selama masa pertumbuhannya. Ini adalah aspek krusial dalam konteks kelangkaan air dan pencemaran bahan kimia pertanian.

4. Biodegradable dan Komposibel

Sebagai serat alami, benang nanas sepenuhnya dapat terurai secara hayati (biodegradable) dan komposibel di akhir masa pakainya. Ini adalah perbedaan mencolok dengan serat sintetis (poliester, nilon) yang dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun dan berkontribusi pada masalah mikroplastik.

5. Pengurangan Jejak Karbon

Produksi serat nanas berpotensi memiliki jejak karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan serat konvensional. Pemanfaatan limbah mengurangi emisi dari pembakaran limbah, dan proses ekstraksi yang terus diinovasi menjadi lebih efisien energi.

6. Tidak Bersaing dengan Tanaman Pangan

Daun nanas adalah produk sampingan dari industri buah nanas. Menggunakan daun ini untuk serat tidak mengurangi pasokan pangan atau menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang merugikan. Ini memastikan bahwa produksi serat nanas tidak berdampak negatif pada ketahanan pangan.

Dengan semua keunggulan lingkungan ini, benang nanas bukan hanya sekadar material baru, tetapi merupakan bagian integral dari solusi menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Investasi dalam penelitian, pengembangan, dan produksi benang nanas adalah investasi pada planet kita.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Di balik seratnya yang kuat dan sifatnya yang ramah lingkungan, pengembangan benang nanas membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan, terutama bagi komunitas petani dan pengrajin di wilayah tropis. Potensi untuk menciptakan nilai tambah dari limbah pertanian adalah kunci untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi lokal.

1. Peningkatan Pendapatan Petani Nanas

Sebelumnya, daun nanas dianggap sebagai limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan menjadi beban bagi petani untuk dibuang. Dengan adanya industri benang nanas, daun-daun ini kini memiliki harga dan permintaan.

2. Penciptaan Lapangan Kerja di Pedesaan

Industri benang nanas, terutama jika mengadopsi metode ekstraksi yang lebih padat karya (seperti pengerokan manual atau semi-mekanis), memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan.

3. Pengembangan Industri Lokal dan UMKM

Pengembangan benang nanas dapat mendorong pertumbuhan industri skala kecil dan menengah (UMKM) di tingkat lokal. Ini memungkinkan masyarakat setempat untuk menjadi produsen, bukan hanya penyedia bahan mentah.

4. Pelestarian Pengetahuan Tradisional dan Keterampilan

Di tempat-tempat seperti Filipina, tradisi pembuatan kain Piña adalah bagian integral dari budaya. Kebangkitan minat pada benang nanas membantu melestarikan pengetahuan dan keterampilan tradisional yang mungkin terancam punah.

5. Kontribusi terhadap Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Dampak positif benang nanas selaras dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) PBB, termasuk:

Dengan demikian, benang nanas bukan hanya sekadar serat. Ia adalah pendorong perubahan positif yang memiliki kekuatan untuk mengangkat komunitas, melestarikan budaya, dan membangun masa depan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Tantangan dan Hambatan Pengembangan Benang Nanas

Meskipun benang nanas menawarkan banyak potensi dan keunggulan, pengembangannya tidak lepas dari berbagai tantangan dan hambatan. Untuk mewujudkan potensi penuhnya, perlu ada upaya kolektif dari peneliti, industri, pemerintah, dan masyarakat untuk mengatasi kendala-kendala ini.

1. Proses Ekstraksi Serat yang Intensif

Proses ekstraksi serat dari daun nanas, terutama degumming, masih merupakan salah satu kendala utama.

2. Produktivitas dan Skala Produksi

Untuk bersaing dengan serat alami dan sintetis yang diproduksi massal, benang nanas perlu ditingkatkan skala produksinya.

3. Biaya Produksi

Meskipun bahan baku (daun nanas) adalah limbah, biaya proses ekstraksi dan pengolahan masih relatif tinggi dibandingkan dengan serat massal lainnya.

4. Kurangnya Kesadaran Pasar dan Penerimaan Konsumen

Meskipun ada peningkatan kesadaran tentang keberlanjutan, banyak konsumen dan bahkan industri fesyen belum sepenuhnya mengenal atau memahami potensi benang nanas.

5. Penelitian dan Pengembangan yang Berkelanjutan

Meskipun sudah banyak penelitian, masih banyak ruang untuk peningkatan.

6. Dukungan Kebijakan dan Investasi

Pemerintah dan lembaga keuangan perlu memainkan peran aktif dalam mendukung pengembangan industri benang nanas.

Mengatasi tantangan-tantangan ini akan membutuhkan pendekatan multi-sektoral dan komitmen jangka panjang. Namun, dengan potensi yang begitu besar, investasi dalam benang nanas berpotensi memberikan dividen yang signifikan bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.

Inovasi dan Penelitian Masa Depan Benang Nanas

Meskipun benang nanas memiliki sejarah panjang, era modern membawa gelombang baru inovasi dan penelitian yang terus memperluas batas kemungkinannya. Para ilmuwan, insinyur, dan desainer di seluruh dunia kini berupaya untuk mengoptimalkan setiap aspek dari serat nanas, mulai dari sumbernya hingga aplikasinya yang paling canggih.

1. Pengembangan Varietas Nanas Khusus Serat

Saat ini, sebagian besar serat nanas berasal dari daun nanas yang ditanam untuk buahnya. Namun, ada potensi besar dalam mengembangkan varietas nanas yang secara genetik dioptimalkan untuk produksi serat.

2. Biorefinery dan Pemanfaatan Holistik Nanas

Konsep biorefinery bertujuan untuk memanfaatkan setiap komponen dari biomassa nanas secara maksimal, tidak hanya seratnya tetapi juga bagian lain dari daun dan buah yang mungkin terbuang.

3. Nanofiber dan Nanokristal Selulosa Nanas

Teknologi nano telah membuka dimensi baru dalam pemanfaatan serat nanas. Nanofiber selulosa (CNF) dan nanokristal selulosa (CNC) yang diekstraksi dari serat nanas menunjukkan sifat mekanis yang luar biasa dan potensi aplikasi yang sangat luas.

4. Inovasi Proses Degumming dan Pemintalan

Peningkatan dalam proses inti pengolahan serat nanas terus menjadi fokus penelitian.

5. Desain Produk dan Fesyen Adaptif

Inovasi tidak hanya pada material itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana ia digunakan dalam produk akhir.

Dengan semua jalur penelitian dan inovasi ini, masa depan benang nanas terlihat sangat cerah. Ia berpotensi menjadi salah satu material kunci dalam transisi global menuju ekonomi yang lebih hijau, sirkular, dan berkelanjutan, mengubah limbah dari buah tropis menjadi harta yang tak ternilai harganya.

Perbandingan Benang Nanas dengan Serat Alami Lainnya

Untuk sepenuhnya menghargai nilai dan potensi benang nanas, penting untuk menempatkannya dalam konteks perbandingan dengan serat alami populer lainnya. Setiap serat memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan benang nanas menawarkan profil unik yang dapat melengkapi atau bahkan melampaui beberapa pesaingnya di pasar.

1. Benang Nanas vs. Kapas (Cotton)

2. Benang Nanas vs. Rami (Linen/Flax)

3. Benang Nanas vs. Sutra (Silk)

4. Benang Nanas vs. Rami (Jute)

5. Benang Nanas vs. Bambu (Bamboo Viscose/Lyocell)

Singkatnya, benang nanas menawarkan kombinasi unik antara kekuatan, kehalusan, kilau, dan, yang terpenting, keberlanjutan. Meskipun mungkin tidak selalu menggantikan serat lain sepenuhnya, ia melengkapi dan memperkaya lanskap material alami dengan menawarkan alternatif yang ramah lingkungan dan berpotensi menjadi bahan premium di banyak aplikasi.

Kesimpulan: Masa Depan Cerah Benang Nanas

Perjalanan kita menjelajahi dunia benang nanas telah membuka mata terhadap potensi luar biasa dari serat alami ini. Dari warisan budaya yang kaya di Filipina hingga inovasi modern dalam tekstil dan material komposit, benang nanas tidak hanya sekadar material alternatif; ia adalah simbol keberlanjutan, inovasi, dan pemberdayaan.

Kita telah melihat bagaimana daun nanas, yang dulunya sering dianggap limbah, kini bertransformasi menjadi benang yang kuat, halus, dan berkilau melalui proses ekstraksi yang terus disempurnakan. Karakteristik unggulannya—mulai dari kekuatan tarik yang impresif, ringan, daya serap yang baik, hingga kilau alaminya—menjadikannya pilihan yang menarik untuk beragam aplikasi.

Di bidang tekstil, benang nanas telah membuktikan diri dalam kain Piña yang mewah dan kini menemukan tempatnya dalam fesyen berkelanjutan, tekstil rumah tangga, hingga aksesoris ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, potensinya dalam aplikasi non-tekstil seperti biokomposit, kertas, dan bahkan bioplastik menunjukkan cakupan yang jauh lebih luas dari yang dibayangkan sebelumnya.

Namun, yang paling krusial adalah kontribusinya terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebagai material yang memanfaatkan limbah pertanian, membutuhkan konsumsi air dan pestisida yang lebih rendah, serta sepenuhnya biodegradable, benang nanas menawarkan solusi konkret untuk mengurangi jejak ekologis kita. Dampak sosial dan ekonominya juga tak kalah penting, dengan potensi untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja di pedesaan, dan mendorong pertumbuhan UMKM.

Tentu, ada tantangan yang harus dihadapi, mulai dari optimalisasi proses produksi, peningkatan skala, hingga edukasi pasar. Namun, dengan gelombang inovasi dan penelitian yang terus berlanjut, terutama dalam pengembangan varietas nanas khusus serat, biorefinery, dan teknologi nanofiber, hambatan-hambatan ini semakin dapat diatasi.

Benang nanas adalah lebih dari sekadar serat; ia adalah cerita tentang bagaimana alam memberikan solusi, bagaimana tradisi dapat bertemu inovasi, dan bagaimana limbah dapat diubah menjadi harta. Mendukung pengembangan dan penggunaan benang nanas berarti mendukung masa depan yang lebih hijau, lebih adil, dan lebih makmur bagi semua.

Mari bersama-sama merangkul potensi benang nanas dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari ekonomi sirkular global, satu serat pada satu waktu.